China Merasa ‘Terhina’ dengan Rencana WHO Kembali Selidiki Asal COVID
loading...
A
A
A
BEIJING - China menganggap kriteria Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk tahap kedua penyelidikan tentang asal-usul virus corona sebagai penghinaan dan tidak akan mengikutinya.
Sikap tersebut ditegaskan oleh Komisi Kesehatan Nasional China pada Kamis (22/7).
Pekan lalu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan studi kedua akan mencakup audit laboratorium dan fasilitas penelitian di daerah tempat kasus pertama COVID-19 terdaftar pada Desember 2019.
Studi baru ini merupakan bagian dari rencana lima tahap yang disusun WHO untuk mengidentifikasi dari mana asal virus corona.
“Hingga 31 Desember 2019, Institut Virologi Wuhan tidak pernah mempelajari dan menghadapi COVID-19. Institut Virologi Wuhan tidak pernah mensintesis, menciptakan COVID, dan tidak pernah membiarkannya bocor. Apalagi, tidak ada karyawan atau mahasiswa institut tersebut yang pernah terinfeksi COVID-19 hingga saat itu," papar perwakilan lembaga itu saat konferensi pers.
Dia menekankan tidak ada bukti asal buatan virus itu dan kebocorannya dari laboratorium.
"Para ilmuwan telah mencapai konsensus bahwa COVID-19 berasal dari alam. Para ahli telah menerbitkan pernyataan yang mengatakan tidak ada bukti asal buatan COVID-19 dan kebocorannya dari laboratorium," papar perwakilan lembaga itu.
Sementara itu, Global Times melaporkan lebih dari setengah juta warga China menandatangani surat bersama untuk WHO, menuntut penyelidikan ke Laboratorium Fort Detrick Amerika Serikat (AS) untuk "mencegah" epidemi di masa depan.
Surat itu mencatat China telah mengizinkan ahli virologi Barat dan perwakilan media AS untuk mengunjungi Institut Virologi Wuhan, sementara AS tidak mengikuti langkah itu untuk Fort Detrick atau membagikan data apa pun dengan "negara-negara termasuk China yang independen dari pengaruh geopolitik AS."
Institut Penelitian Penyakit Menular Angkatan Darat AS (USAMRIID) di Fort Detrick, Maryland, ditutup sebentar pada 2019 setelah inspeksi oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).
Laboratorium mengatakan alasan penutupannya adalah "masalah infrastruktur yang sedang berlangsung dengan dekontaminasi air limbah."
Presiden AS Joe Biden telah memerintahkan komunitas intelijen AS membuat laporan yang memeriksa kembali asal-usul virus corona dan menentukan apakah penyakit itu bocor dari laboratorium atau menyebar dari hewan yang terinfeksi ke manusia.
China terus menyebut teori kebocoran laboratorium sebagai konspirasi.
Pada Januari, para ahli internasional WHO melakukan perjalanan ke Wuhan saat mereka memeriksa laboratorium, rumah sakit, dan pasar untuk mencari petunjuk tentang asal-usul SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19.
Misi pakar WHO kemudian menyusun laporan, mengatakan kebocoran virus corona baru dari laboratorium di Wuhan, sarang pertama COVID-19, sangat kecil kemungkinannya.
Laporan tersebut, yang dirilis pada Maret, mengatakan virus baru itu kemungkinan besar ditularkan ke manusia dari kelelawar melalui inang perantara.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
Sikap tersebut ditegaskan oleh Komisi Kesehatan Nasional China pada Kamis (22/7).
Pekan lalu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan studi kedua akan mencakup audit laboratorium dan fasilitas penelitian di daerah tempat kasus pertama COVID-19 terdaftar pada Desember 2019.
Studi baru ini merupakan bagian dari rencana lima tahap yang disusun WHO untuk mengidentifikasi dari mana asal virus corona.
“Hingga 31 Desember 2019, Institut Virologi Wuhan tidak pernah mempelajari dan menghadapi COVID-19. Institut Virologi Wuhan tidak pernah mensintesis, menciptakan COVID, dan tidak pernah membiarkannya bocor. Apalagi, tidak ada karyawan atau mahasiswa institut tersebut yang pernah terinfeksi COVID-19 hingga saat itu," papar perwakilan lembaga itu saat konferensi pers.
Dia menekankan tidak ada bukti asal buatan virus itu dan kebocorannya dari laboratorium.
"Para ilmuwan telah mencapai konsensus bahwa COVID-19 berasal dari alam. Para ahli telah menerbitkan pernyataan yang mengatakan tidak ada bukti asal buatan COVID-19 dan kebocorannya dari laboratorium," papar perwakilan lembaga itu.
Sementara itu, Global Times melaporkan lebih dari setengah juta warga China menandatangani surat bersama untuk WHO, menuntut penyelidikan ke Laboratorium Fort Detrick Amerika Serikat (AS) untuk "mencegah" epidemi di masa depan.
Surat itu mencatat China telah mengizinkan ahli virologi Barat dan perwakilan media AS untuk mengunjungi Institut Virologi Wuhan, sementara AS tidak mengikuti langkah itu untuk Fort Detrick atau membagikan data apa pun dengan "negara-negara termasuk China yang independen dari pengaruh geopolitik AS."
Institut Penelitian Penyakit Menular Angkatan Darat AS (USAMRIID) di Fort Detrick, Maryland, ditutup sebentar pada 2019 setelah inspeksi oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).
Laboratorium mengatakan alasan penutupannya adalah "masalah infrastruktur yang sedang berlangsung dengan dekontaminasi air limbah."
Presiden AS Joe Biden telah memerintahkan komunitas intelijen AS membuat laporan yang memeriksa kembali asal-usul virus corona dan menentukan apakah penyakit itu bocor dari laboratorium atau menyebar dari hewan yang terinfeksi ke manusia.
China terus menyebut teori kebocoran laboratorium sebagai konspirasi.
Pada Januari, para ahli internasional WHO melakukan perjalanan ke Wuhan saat mereka memeriksa laboratorium, rumah sakit, dan pasar untuk mencari petunjuk tentang asal-usul SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19.
Misi pakar WHO kemudian menyusun laporan, mengatakan kebocoran virus corona baru dari laboratorium di Wuhan, sarang pertama COVID-19, sangat kecil kemungkinannya.
Laporan tersebut, yang dirilis pada Maret, mengatakan virus baru itu kemungkinan besar ditularkan ke manusia dari kelelawar melalui inang perantara.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
(sya)