Bisakah AI Membuat Orang 'Hidup' Lagi setelah Lama Meninggal?

Sabtu, 10 Juli 2021 - 06:51 WIB
loading...
Bisakah AI Membuat Orang Hidup Lagi setelah Lama Meninggal?
Para peneliti dan pengusaha mulai merenungkan bagaimana artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dapat menciptakan versi orang setelah kematian mereka. Foto/www.freepik.com
A A A
WASHINGTON - Bagaimana jika Abraham Lincoln, mantan presiden Amerika Serikat (AS) yang telah lama meninggal, bisa berpidato di Kongres Amerika hari ini? Atau nenek buyut Anda yang telah lama meninggal bisa membantu menjalankan bisnis keluarga?

Para peneliti dan pengusaha mulai merenungkan bagaimana artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dapat menciptakan versi orang setelah kematian mereka—tidak hanya sebagai replika statis untuk kepentingan orang yang mereka cintai tetapi sebagai entitas digital yang berkembang yang dapat mengarahkan perusahaan atau memengaruhi peristiwa dunia.



Banyak perusahaan rintisan telah mengantisipasi meningkatnya permintaan akan persona digital, termasuk Replika, aplikasi yang belajar mereplikasi seseorang dalam bentuk chatbot [bot obrolan], dan HereAfter AI, yang merekam kisah hidup orang dan menggunakannya untuk membuat replika yang disematkan di speaker pintar.

Bahkan Big Tech tampaknya mengakui potensinya, di mana Microsoft Corp baru-baru ini mematenkan metode penggunaan chatbot untuk melestarikan tokoh sejarah dan orang yang masih hidup.

Seorang juru bicara Microsoft mengatakan tidak ada rencana untuk menggunakannya.

Persona digital memiliki banyak bentuk, mulai dari chatbot hingga robot animatronik hingga proyeksi bergerak yang memberi isyarat dan berbicara seperti hal yang nyata. AI biasanya penting untuk membangun dan melatih mereka untuk berinteraksi dengan orang-orang. Sudah, proyeksi seperti hologram artis musik mati, termasuk Roy Orbison dan Tupac Shakur, tampil di atas panggung.

Dalam paten Microsoft, dua penemu; Dustin Abramson dan Joseph Johnson, menggambarkan chatbot percakapan yang menggunakan data dari media sosial, rekaman suara, dan tulisan "untuk melatih chatbot untuk berkomunikasi dan berinteraksi dalam kepribadian orang tertentu".

"Orang itu mungkin sesuai dengan entitas masa lalu atau sekarang (atau versinya), seperti teman, kerabat, kenalan, selebriti, karakter fiksi, tokoh sejarah," bunyi paten Microsoft.

Paten itu selanjutnya menjelaskan bagaimana chatbot dapat meniru suara seseorang dan berinteraksi menggunakan gambar dua atau tiga dimensi "untuk menciptakan pengalaman obrolan yang lebih realistis dan mirip manusia".
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1614 seconds (0.1#10.140)