Tarik Rem Darurat, Pemerintah Dapat Belajar dari Pembatasan Sosial di New Delhi
loading...
A
A
A
Praktis semua aktifitas sosial, politik, olahraga, hiburan, budaya, perkantoran, restoran, taman dll. didalam kota New Delhi praktis semua ditutup, dengan beberapa pengecualian yang tetap dapat beroperasi, yaitu antara lain toko yang menjual makanan, obat dan kebutuhan dasar lainnya (tentu saja tidak dalam mall karena malldll. ditutup semua), bank dan ATM nya, pelayanan internet dan telekomunikasi lainnya, pom bensin dan sejenisnya, seperti penjual LPG dll, pelayanan antar makanan ke rumah-rumah.
"Kebijakan “lockdown” ini berlangsung di beberapa negara bagian dan juga kota-kota besar di India. Dengan upaya keras dan pembatasan sosial amat ketat ini maka kasus di New Delhi dan di India turun dengan amat drastis," kata Prof Tjandra.
"Dalam waktu satu bulan saja angka kasus baru per hari turun delapan kali lipat, dari lebih dari 400 ribu sehari pada awal Mei 2021 menjadi hanya 50 ribu sehari pada Juni 2021. Angka kepositifan India pun turun amat tajam, dari sekitar 22% sebelum ada “curfew” menjadi hanya sekitar 3% saja," sambungnya.
Pada 31 Mei 2021 pemerintah New Delhi mulai melakukan pelonggararan dalam bentuk “unlocking process”, dimana pekerjaan konstruksi bangunandan pabrik mulai dibuka sehingga buruh harian mulai dapat bekerja kembali.
"Ini menunjukkan perhatian aspek ekonomi pada mereka yang amat terdampak, yaitu yang mendapat upah harian yang pekerjaan dan penghasilannya berhenti ketika “lockdown” total," kata Prof Tjandra.
Lalu tahap berikutnya dimulai seminggu kemudian, yaitu pada 7 Juni 2021 dimana beberapa toko sudah boleh dilakukan.
"Toko-toko di Mall dan pasar mulai dibuka bergiliran, sebagian buka di tanggal genap dan sebagian lain buka di tanggal ganjil saja, jadi hanya separuh toko yang buka," katanya.
Selain itu transportasi umum utama kota New Delhi yaitu kereta “Delhi metro” mulai beroperasi dengan kapasitas 50%. Demikian juga beberapa kantor tertentu. Yang masih tetap harus tutup adalah bioskop, teater serta tempat hiburan lain, tempat kebugaran, salon kecantikan, cukur rambut, spa dan yang sejenisnya.
"Dalam perkembangan waktu maka proses pelonggaran (“unlock”) ini akan terus disesuaikan dengan situasi epidemiologi yang ada," tukasnya.
"Kebijakan “lockdown” ini berlangsung di beberapa negara bagian dan juga kota-kota besar di India. Dengan upaya keras dan pembatasan sosial amat ketat ini maka kasus di New Delhi dan di India turun dengan amat drastis," kata Prof Tjandra.
"Dalam waktu satu bulan saja angka kasus baru per hari turun delapan kali lipat, dari lebih dari 400 ribu sehari pada awal Mei 2021 menjadi hanya 50 ribu sehari pada Juni 2021. Angka kepositifan India pun turun amat tajam, dari sekitar 22% sebelum ada “curfew” menjadi hanya sekitar 3% saja," sambungnya.
Pada 31 Mei 2021 pemerintah New Delhi mulai melakukan pelonggararan dalam bentuk “unlocking process”, dimana pekerjaan konstruksi bangunandan pabrik mulai dibuka sehingga buruh harian mulai dapat bekerja kembali.
"Ini menunjukkan perhatian aspek ekonomi pada mereka yang amat terdampak, yaitu yang mendapat upah harian yang pekerjaan dan penghasilannya berhenti ketika “lockdown” total," kata Prof Tjandra.
Lalu tahap berikutnya dimulai seminggu kemudian, yaitu pada 7 Juni 2021 dimana beberapa toko sudah boleh dilakukan.
"Toko-toko di Mall dan pasar mulai dibuka bergiliran, sebagian buka di tanggal genap dan sebagian lain buka di tanggal ganjil saja, jadi hanya separuh toko yang buka," katanya.
Selain itu transportasi umum utama kota New Delhi yaitu kereta “Delhi metro” mulai beroperasi dengan kapasitas 50%. Demikian juga beberapa kantor tertentu. Yang masih tetap harus tutup adalah bioskop, teater serta tempat hiburan lain, tempat kebugaran, salon kecantikan, cukur rambut, spa dan yang sejenisnya.
"Dalam perkembangan waktu maka proses pelonggaran (“unlock”) ini akan terus disesuaikan dengan situasi epidemiologi yang ada," tukasnya.