Buku Sejarah di Sekolah Inggris Ditarik karena Dianggap Pro-Israel

Rabu, 09 Juni 2021 - 04:05 WIB
loading...
A A A
Tetapi Dewan Deputi Yahudi Inggris dan Pengacara Inggris untuk Israel tetap menolak buku teks tersebut, mengklaim bahwa buku-buku itu “sangat bias terhadap Israel.”

Pearson menarik buku teks itu sambil berkonsultasi dengan kelompok pro-Israel mengenai perubahan tersebut.

Dalam satu kasus, Pengacara Inggris untuk Israel menentang penggambaran pembantaian Deir Yassin pada 1948 sebagai “salah satu kekejaman perang terburuk.”

Pengacara Inggris untuk Israel juga kecewa dengan kelalaian dari apa yang diklaimnya sebagai “perbaikan besar-besaran” dalam standar hidup orang-orang Palestina di wilayah-wilayah pendudukan di bawah kekuasaan Israel.

Setelah konsultasi, buku teks yang direvisi diperkenalkan kembali pada 2020, tetapi telah ditarik kembali setelah keluhan dari Komite Inggris untuk Universitas Palestina (Bricup).

Komite bekerja sama dengan Profesor John Chalcraft yang mengajar sejarah dan politik Timur Tengah di London School of Economics, dan Profesor James Dickins dari fakultas bahasa Arab di University of Leeds, untuk membandingkan edisi terbaru dari buku teks itu dengan edisi lama.

Chalcraft dan Dickins menghasilkan laporan yang mencantumkan hampir 300 revisi buku teks. Mereka menemukan sebagian besar suntingan mendukung perspektif pro-Israel.

“Revisi secara konsisten meremehkan dan menjelaskan kekerasan oleh Yahudi dan Israel, sambil memperkuat dan membiarkan kekerasan oleh Arab dan Palestina yang tidak dapat dijelaskan,” papar laporan itu.

“Mereka telah memperpanjang atau meninggalkan laporan utuh tentang penderitaan Yahudi dan Israel, sambil mengecilkan dan mengedit beban penderitaan Arab dan Palestina,” ungkap laporan itu.

Chalcraft mengatakan periode sejarah ini harus dipelajari di sekolah-sekolah Inggris. "Ini sangat jelas terkait dengan masa kini dan sangat penting untuk mendidik orang melalui materi yang seimbang," papar dia.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1195 seconds (0.1#10.140)