Sidang Parlemen Uni Afrika Berubah Jadi Kekacauan, Anggota Saling Baku Hantam
loading...
A
A
A
CAPE TOWN - Sidang parlemen Uni Afrika berjalan kacau dan jadi arena baku hantam ketika anggota parlemen saling berebut kotak suara. Sementara itu, seorang pria tampak mengarahkan tendangannya ke seorang perempuan di tengah teriakan bahwa ada orang yang membawa senjata di dalam ruangan.
Sejumlah bentrokan pecah di pertemuan parlemen Uni Afrika (AU) di Midrand, Afrika Selatan (Afsel). Pemicunya adalah ketidaksepakatan atas proses pemilihan presiden baru untuk badan legislatif yang berjalan panas. Adegan itu disiarkan di stasiun televisi nasional Afrika Selatan, SABC. Pemilihan Parlemen Pan-Afrika ditunda sementara para pemimpin mencari jalan keluar.
Pemilihan telah ditunda Kamis lalu ketika seorang anggota staf yang bekerja di tempat dekat Johannesburg dinyatakan positif mengidap virus Corona baru. Tapi pertemuan pekan lalu itu juga pertama kali mengungkap ketegangan ketika anggota parlemen Afrika Selatan Julius Malema terdengar mengancam anggota parlemen asal Mali Ali Kone di tengah sidang.
“Aku akan membunuhmu di luar. Di luar ruangan ini, aku akan membunuhmu. Aku akan membunuhmu,” ujar Malema, seorang pemimpin partai oposisi sayap kiri di Afrika Selatan yang terkenal berapi-api, sambil menudingkan jarinya ke Kone seperti dikutip dari AP, Selasa (1/6/2021).
Itu semua berasal dari ketidaksepakatan antara satu blok negara dari Afrika Barat dan blok dari Afrika selatan mengenai apakah kepresidenan harus bergerak di berbagai wilayah Afrika secara bergilir. Dua presiden terakhir Parlemen Pan-Afrika berasal dari Afrika Barat dan tidak pernah ada presiden dari selatan dalam sejarah singkat parlemen, yang muncul pada tahun 2004.
Saat amarah kembali meradang pada Senin, anggota parlemen bergulat di atas kotak suara putih di depan ruangan yang dimaksudkan untuk menyimpan surat suara untuk pemilihan. Pertama-tama dua orang perempuan memperebutkan kotak itu, mencoba merenggutnya dari tangan satu sama lain. Anggota parlemen lainnya kemudian bergabung dalam pergumulan.
Kemudian, seorang anggota parlemen laki-laki yang marah merobek jasnya dan mengarahkan tendangan ke arah anggota perempuan yang diketahui bernama Pemmy Majodina dari Afrika Selatan. Anggota parlemen yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan bahwa dia tidak mencoba untuk menendang Majodina tetapi mencoba untuk menendang ponsel dari tangan anggota parlemen lain yang merekam kekacauan.
"Ini situasi yang cukup kasar dan kacau sekarang, dan masalahnya adalah tentang pemilihan dan prinsip rotasi," kata Majodina kepada SABC.
Saat kekacauan terjadi, anggota parlemen lainnya berteriak ke mikrofon mereka bahwa ada "orang bersenjata di ruangan itu" dan berulang kali memanggil polisi serta keamanan. Mereka mengklaim bahwa mereka diancam oleh sekelompok orang Afrika Selatan dengan senjata. Majodina mengatakan tidak ada senjata di ruangan itu.
Ahli hubungan Afrika dan internasional Dr. Charles Sinkala mengatakan kepada SABC bahwa adegan yang disiarkan di televisi Afrika Selatan itu memalukan.
"Kami tidak mengharapkan pemimpin terpilih untuk berperilaku mengerikan seperti itu," katanya.
"Lihat rekamannya ... orang dewasalah yang membutuhkan pengawasan orang dewasa," tegasnya.
Sejumlah bentrokan pecah di pertemuan parlemen Uni Afrika (AU) di Midrand, Afrika Selatan (Afsel). Pemicunya adalah ketidaksepakatan atas proses pemilihan presiden baru untuk badan legislatif yang berjalan panas. Adegan itu disiarkan di stasiun televisi nasional Afrika Selatan, SABC. Pemilihan Parlemen Pan-Afrika ditunda sementara para pemimpin mencari jalan keluar.
Pemilihan telah ditunda Kamis lalu ketika seorang anggota staf yang bekerja di tempat dekat Johannesburg dinyatakan positif mengidap virus Corona baru. Tapi pertemuan pekan lalu itu juga pertama kali mengungkap ketegangan ketika anggota parlemen Afrika Selatan Julius Malema terdengar mengancam anggota parlemen asal Mali Ali Kone di tengah sidang.
“Aku akan membunuhmu di luar. Di luar ruangan ini, aku akan membunuhmu. Aku akan membunuhmu,” ujar Malema, seorang pemimpin partai oposisi sayap kiri di Afrika Selatan yang terkenal berapi-api, sambil menudingkan jarinya ke Kone seperti dikutip dari AP, Selasa (1/6/2021).
Itu semua berasal dari ketidaksepakatan antara satu blok negara dari Afrika Barat dan blok dari Afrika selatan mengenai apakah kepresidenan harus bergerak di berbagai wilayah Afrika secara bergilir. Dua presiden terakhir Parlemen Pan-Afrika berasal dari Afrika Barat dan tidak pernah ada presiden dari selatan dalam sejarah singkat parlemen, yang muncul pada tahun 2004.
Saat amarah kembali meradang pada Senin, anggota parlemen bergulat di atas kotak suara putih di depan ruangan yang dimaksudkan untuk menyimpan surat suara untuk pemilihan. Pertama-tama dua orang perempuan memperebutkan kotak itu, mencoba merenggutnya dari tangan satu sama lain. Anggota parlemen lainnya kemudian bergabung dalam pergumulan.
Kemudian, seorang anggota parlemen laki-laki yang marah merobek jasnya dan mengarahkan tendangan ke arah anggota perempuan yang diketahui bernama Pemmy Majodina dari Afrika Selatan. Anggota parlemen yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan bahwa dia tidak mencoba untuk menendang Majodina tetapi mencoba untuk menendang ponsel dari tangan anggota parlemen lain yang merekam kekacauan.
"Ini situasi yang cukup kasar dan kacau sekarang, dan masalahnya adalah tentang pemilihan dan prinsip rotasi," kata Majodina kepada SABC.
Saat kekacauan terjadi, anggota parlemen lainnya berteriak ke mikrofon mereka bahwa ada "orang bersenjata di ruangan itu" dan berulang kali memanggil polisi serta keamanan. Mereka mengklaim bahwa mereka diancam oleh sekelompok orang Afrika Selatan dengan senjata. Majodina mengatakan tidak ada senjata di ruangan itu.
Ahli hubungan Afrika dan internasional Dr. Charles Sinkala mengatakan kepada SABC bahwa adegan yang disiarkan di televisi Afrika Selatan itu memalukan.
"Kami tidak mengharapkan pemimpin terpilih untuk berperilaku mengerikan seperti itu," katanya.
"Lihat rekamannya ... orang dewasalah yang membutuhkan pengawasan orang dewasa," tegasnya.
(ian)