Dua Dekade 'Tertidur', Letusan Gunung Berapi Kongo Merubah Langit Jadi Merah

Minggu, 23 Mei 2021 - 11:25 WIB
loading...
Dua Dekade Tertidur,...
Pemandangan umum yang diambil pada tanggal 22 Mei 2021 dari Pulau Tchegera di luar Goma di danau Kivu di sebelah timur Kongo ini menunjukkan semburan api dari gunung berapi Nyiragongo. Foto/Al Arabiya
A A A
GOMA - Gunung Nyiragongo di Kongo meletus untuk pertama kalinya dalam hampir dua dekade. Letusan salah satu gunung berapi aktif di dunia itu mengubah langit malam menjadi merah menyala dan mengirimkan lahar ke jalan raya utama.

Dikutip dari berbagai sumber, Minggu (23/5/2021), gunung berapi itu mulai meletus pada Sabtu sekitar pukul 19:00 waktu setempat. Rekaman yang dibagikan secara online menunjukkan Nyiragongo menyemburkan asap dan api ke udara, mengubah langit malam menjadi merah.

Charles Balagizi dari Goma Volcano Observatory merekam video pendek letusan, menunjukkan lahar merah di langit malam yang gelap.

Gunung itu terletak sekitar 10 km (6 mil) di utara Goma, sebuah kota berpenduduk sekitar 670.000 orang, yang selanjutnya hanya berjarak 1 km dari perbatasan Rwanda. Gunung berapi setinggi 11.500 kaki ini adalah sebuah kawasan hutan hujan tropis dan gorila gunung yang langka.



Letusan tersebut telah menyebabkan kepanikan besar di antara penduduk, yang bergegas melarikan diri ke negara tetangga Rwanda, banyak dari mereka berjalan kaki. Video dan foto menunjukkan warga, termasuk anak kecil, berbaris menuju perbatasan bersama dengan barang-barang mereka.

Stasiun televisiRwanda melaporkan bahwa lebih dari 3.000 pengungsi telah melintasi perbatasan.

"Sekolah, gereja dan fasilitas lainnya akan menampung mereka yang melarikan diri dari bencana," kata Badan Penyiaran Rwanda (RBA) seperti dikutip dari Russia Today.

Letusan besar terakhir gunung berapi tersebut pada tahun 2002 menewaskan 250 orang di Goma. Selain itu lebih dari 100.000 orang kehilangan tempat tinggal setelah bencana tersebut.



Letusan paling mematikan di Nyiragongo terjadi pada tahun 1977. Pada saat itu, aliran lahar menyapu kota, merusaknya dengan kecepatan hingga 60 kilometer per jam (37mph). Korban tewas pasti dari letusan itu tidak diketahui. AFP melaporkan bahwa lebih dari 600 orang tewas saat itu.
(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1133 seconds (0.1#10.140)