Gunung Berapi Nyiragongo di Kongo Meletus, Picu Kepanikan Penduduk
loading...
A
A
A
GOMA - Gunung Nyiragongo di Kongo meletus untuk pertama kalinya dalam hampir dua dekade, ,merubah langit menjadi merah mengirimkan lahar ke jalan raya utama. Situasi ini memicu kepanikan penduduk yang mencoba melarikan diri dari kota Goma, yang berpenduduk hampir dua juta jiwa itu.
Belum ada laporan mengenai korban jiwa, tetapi saksi mengatakan bahwa lahar telah menelan satu jalan raya yang menghubungkan Goma dengan kota Beni di provinsi Kivu Utara.
Gunung Nyiragongo terakhir meletus pada tahun 2002, menyebabkan ratusan orang tewas dan landasan pacu bandara dilapisi dengan lahar. Lebih dari 100.000 orang kehilangan tempat tinggal setelah kejadian tersebut, menambah ketakutan di Goma pada Sabtu malam.
"Kami sudah berada dalam psikosis total," kata penduduk Zacharie Paluku seperti dikutip dari The Associated Press (AP), Minggu (23/5/2021).
“Setiap orang takut; orang melarikan diri. Kami benar-benar tidak tahu harus berbuat apa," imbuhnya.
Beberapa warga mencari perlindungan di atas perahu di Danau Kivu, sementara yang lain melarikan diri ke Gunung Goma, titik tertinggi di wilayah metropolitan. Dorcas Mbulayi meninggalkan rumahnya sekitar satu jam setelah gunung berapi itu pertama kali menunjukkan tanda-tanda meletus.
“Kami sedang makan ketika seorang teman ayah meneleponnya dan menyuruhnya pergi dan melihat ke luar,” kata Mbulayi, yang masih anak-anak saat terakhir kali gunung meletus.
"Ayah memberi tahu kami bahwa gunung berapi itu sedang meletus dan kami akan pergi ke Gunung Goma untuk menghindari lahar dari gunung tersebut," imbuhnya.
Dia juga menyalahkan pihak berwenang karena tidak memberi tahu warga tepat waktu tentang kemungkinan gunung berapi itu meletus .
Kurangnya pengumuman langsung dari pihak berwenang dan catatan berbeda yang beredar di media sosial hanya menambah rasa kekacauan di Goma.
Pihak berwenang di Observatorium Gunung Api Goma awalnya mengatakan itu adalah gunung berapi Nyamulagira di dekatnya yang telah meletus. Kedua gunung berapi itu berjarak sekitar 13 kilometer.
Ahli vulkanologi Charles Balagizi mengatakan laporan observatorium itu didasarkan pada arah aliran lava, yang mengarah ke Rwanda, bukan Goma.
Pemerintah Kongo mengatakan pihaknya sedang menerapkan rencana evakuasi, tetapi pengumuman itu dibuat beberapa jam setelah langit berubah menjadi merah menyala, dan banyak warga yang telah melarikan diri dengan berjalan kaki dengan harapan melintasi pos perbatasan Rwanda di luar kota. Bunyi klakson mobil dan motor ojek meliuk saat orang-orang berusaha melarikan diri dengan panik.
Otoritas imigrasi Rwanda melaporkan bahwa sekitar 3.000 orang telah secara resmi menyeberang dari Republik Demokratik Kongo untuk menghindari letusan gunung berapi tersebut, menurut stasiun televisi nasional.
Misi penjaga perdamaian PBB yang dikenal sebagai MONUSCO mentweet cuplikan dramatis kota alit, mengatakan mereka melakukan penerbangan pengintaian di atas Goma di mana badan itu mempertahankan pangkalan besar.
“Lahar itu sepertinya tidak menuju ke kota Goma. Kami tetap waspada,” kata MONUSCA.
Goma sendiri terletak di sepanjang perbatasan antara Republik Demokratik Kongo dan tetangganya Rwanda, dan merupakan pusat regional bagi banyak badan kemanusiaan di wilayah tersebut, serta misi penjaga perdamaian PBB yang dikenal sebagai MONUSCO.
Gunung berapi yang meletus juga berada di dekat Taman Nasional Virunga, rumah bagi beberapa gorila gunung terakhir di dunia. Meskipun Goma adalah rumah bagi banyak penjaga perdamaian dan pekerja bantuan PBB, banyak wilayah di sekitar Kongo timur juga di bawah ancaman dari berbagai kelompok bersenjata yang berlomba-lomba untuk menguasai sumber daya mineral di kawasan itu.
Belum ada laporan mengenai korban jiwa, tetapi saksi mengatakan bahwa lahar telah menelan satu jalan raya yang menghubungkan Goma dengan kota Beni di provinsi Kivu Utara.
Gunung Nyiragongo terakhir meletus pada tahun 2002, menyebabkan ratusan orang tewas dan landasan pacu bandara dilapisi dengan lahar. Lebih dari 100.000 orang kehilangan tempat tinggal setelah kejadian tersebut, menambah ketakutan di Goma pada Sabtu malam.
"Kami sudah berada dalam psikosis total," kata penduduk Zacharie Paluku seperti dikutip dari The Associated Press (AP), Minggu (23/5/2021).
“Setiap orang takut; orang melarikan diri. Kami benar-benar tidak tahu harus berbuat apa," imbuhnya.
Beberapa warga mencari perlindungan di atas perahu di Danau Kivu, sementara yang lain melarikan diri ke Gunung Goma, titik tertinggi di wilayah metropolitan. Dorcas Mbulayi meninggalkan rumahnya sekitar satu jam setelah gunung berapi itu pertama kali menunjukkan tanda-tanda meletus.
“Kami sedang makan ketika seorang teman ayah meneleponnya dan menyuruhnya pergi dan melihat ke luar,” kata Mbulayi, yang masih anak-anak saat terakhir kali gunung meletus.
"Ayah memberi tahu kami bahwa gunung berapi itu sedang meletus dan kami akan pergi ke Gunung Goma untuk menghindari lahar dari gunung tersebut," imbuhnya.
Dia juga menyalahkan pihak berwenang karena tidak memberi tahu warga tepat waktu tentang kemungkinan gunung berapi itu meletus .
Kurangnya pengumuman langsung dari pihak berwenang dan catatan berbeda yang beredar di media sosial hanya menambah rasa kekacauan di Goma.
Pihak berwenang di Observatorium Gunung Api Goma awalnya mengatakan itu adalah gunung berapi Nyamulagira di dekatnya yang telah meletus. Kedua gunung berapi itu berjarak sekitar 13 kilometer.
Ahli vulkanologi Charles Balagizi mengatakan laporan observatorium itu didasarkan pada arah aliran lava, yang mengarah ke Rwanda, bukan Goma.
Pemerintah Kongo mengatakan pihaknya sedang menerapkan rencana evakuasi, tetapi pengumuman itu dibuat beberapa jam setelah langit berubah menjadi merah menyala, dan banyak warga yang telah melarikan diri dengan berjalan kaki dengan harapan melintasi pos perbatasan Rwanda di luar kota. Bunyi klakson mobil dan motor ojek meliuk saat orang-orang berusaha melarikan diri dengan panik.
Otoritas imigrasi Rwanda melaporkan bahwa sekitar 3.000 orang telah secara resmi menyeberang dari Republik Demokratik Kongo untuk menghindari letusan gunung berapi tersebut, menurut stasiun televisi nasional.
Misi penjaga perdamaian PBB yang dikenal sebagai MONUSCO mentweet cuplikan dramatis kota alit, mengatakan mereka melakukan penerbangan pengintaian di atas Goma di mana badan itu mempertahankan pangkalan besar.
“Lahar itu sepertinya tidak menuju ke kota Goma. Kami tetap waspada,” kata MONUSCA.
Goma sendiri terletak di sepanjang perbatasan antara Republik Demokratik Kongo dan tetangganya Rwanda, dan merupakan pusat regional bagi banyak badan kemanusiaan di wilayah tersebut, serta misi penjaga perdamaian PBB yang dikenal sebagai MONUSCO.
Gunung berapi yang meletus juga berada di dekat Taman Nasional Virunga, rumah bagi beberapa gorila gunung terakhir di dunia. Meskipun Goma adalah rumah bagi banyak penjaga perdamaian dan pekerja bantuan PBB, banyak wilayah di sekitar Kongo timur juga di bawah ancaman dari berbagai kelompok bersenjata yang berlomba-lomba untuk menguasai sumber daya mineral di kawasan itu.
(ian)