Friends of Indonesia di Negeri Kanguru Gelar Malam Peduli untuk Nusa Tenggara
loading...
A
A
A
CANBERRA - “Indonesia sangat beruntung memiliki teman-teman di Australia yang peduli terhadap kondisi saudara kita di Nusa Tenggara,” demikian disampaikan Duta Besar Republik Indonesia untuk Australia dan Vanuatu, Y Kristiarto S Legowo, pada malam penggalangan dana untuk Nusa Tenggara, Indonesia, Jumat (21/5/2021).
Acara penggalangan dana tersebut diinisiasi oleh NTA (Nusa Tenggara Association) Australia. Dalam sambutannya, Dubes Kristiarto menyampaikan apresiasi yang mendalam atas kerja keras NTA selama 30 tahun dalam membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Nusa Tenggara.
Menurut Kristiarto, kegiatan penggalangan dana tersebut merupakan tali kasih dari Australia untuk Nusa Tenggara dan merupakan refleksi dari hubungan baik yang senantiasa dibangun antara Indonesia-Australia pada berbagai tingkatan dari pemimpin negara hingga hubungan antarmanusia.
Sementara itu, CEO NTA Dr Collin Barlow dan Executive Officer NTA Phil Domanchesz menyampaikan penghargaan dan apresiasi terhadap dukungan Pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra dalam setiap program kegiatan yang dilakukan NTA dengan misi meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama di pedesaan Nusa Tenggara.
Kegiatan dihadiri oleh tidak kurang dari 130 undangan yang terdiri dari berbagai anggota organisasi nirlaba Australia, komunitas pecinta Bahasa dan Budaya Indonesia, pengusaha, pegawai pemerintah Australia, serta diplomat Australia yang pernah bertugas di Indonesia.
Acara itu juga diisi presentasi secara virtual mengenai kekayaan tradisi tenun kain ikat khas Nusa Tenggara, serta sejarah dan tekniknya oleh Dr Joanna Barrkman, kurator dari Charles Darwin University Art Collection and Art Gallery.
Kemudian dilanjutkan dengan presentasi singkat mengenai kegiatan NTA di lapangan dari Stephanie Heighes, operation manager NTA, dalam rangka membantu perajin tenun kain ikat tersebut dalam mengakses pasar, termasuk pemanfaatan media sosial dan workshop peningkatan kualitas produk itu sendiri.
Selain itu, juga turut ditampilkan kesenian Nusa Tenggara serta lelang produk seni dan ekonomi kreatif Indonesia di antaranya tenun ikat Flores, lukisan Bali, hingga patung kayu Nias yang seluruh hasilnya akan dipergunakan untuk program peningkatan pembangunan masyarakat di Nusa Tenggara.
Pada kesempatan tersebut, Dubes Kristiarto juga menyampaikan donasi secara tunai sebesar AUD 1.000 yang dikumpulkan dari staf KBRI Canberra untuk membantu meringankan korban bencana siklon dan banjir pada bulan April 2021 di provinsi Nusa Tenggara Timur, di mana NTA juga secara khusus memprogramkan bantuan khusus.
NTA merupakan organisasi nirlaba yang diinisiasi dan dijalankan oleh relawan yang juga merupakan friends of Indonesia sejak tahun 1991. Fokus utama dari kerangka kerja NTA adalah untuk meningkatkan kesejahteraan di daerah Indonesia Timur khususnya di Nusa Tenggara Barat dan Timur. Bekerjasama dengan komunitas lokal di Nusa Tenggara, NTA telah berhasil melakukan berbagai program peningkatan kesejahteraan di antaranya penyediaan air bersih dan sanitasi, pemberian bantuan bahan pokok, pembangunan infrastruktur, hingga pelatihan keterampilan atau capacity building.
Lihat Juga: Australia Nekad Larang Media Sosial untuk Anak di Bawah 16 Tahun, Langkah Positif atau Salah Arah?
Acara penggalangan dana tersebut diinisiasi oleh NTA (Nusa Tenggara Association) Australia. Dalam sambutannya, Dubes Kristiarto menyampaikan apresiasi yang mendalam atas kerja keras NTA selama 30 tahun dalam membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Nusa Tenggara.
Menurut Kristiarto, kegiatan penggalangan dana tersebut merupakan tali kasih dari Australia untuk Nusa Tenggara dan merupakan refleksi dari hubungan baik yang senantiasa dibangun antara Indonesia-Australia pada berbagai tingkatan dari pemimpin negara hingga hubungan antarmanusia.
Sementara itu, CEO NTA Dr Collin Barlow dan Executive Officer NTA Phil Domanchesz menyampaikan penghargaan dan apresiasi terhadap dukungan Pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra dalam setiap program kegiatan yang dilakukan NTA dengan misi meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama di pedesaan Nusa Tenggara.
Kegiatan dihadiri oleh tidak kurang dari 130 undangan yang terdiri dari berbagai anggota organisasi nirlaba Australia, komunitas pecinta Bahasa dan Budaya Indonesia, pengusaha, pegawai pemerintah Australia, serta diplomat Australia yang pernah bertugas di Indonesia.
Acara itu juga diisi presentasi secara virtual mengenai kekayaan tradisi tenun kain ikat khas Nusa Tenggara, serta sejarah dan tekniknya oleh Dr Joanna Barrkman, kurator dari Charles Darwin University Art Collection and Art Gallery.
Kemudian dilanjutkan dengan presentasi singkat mengenai kegiatan NTA di lapangan dari Stephanie Heighes, operation manager NTA, dalam rangka membantu perajin tenun kain ikat tersebut dalam mengakses pasar, termasuk pemanfaatan media sosial dan workshop peningkatan kualitas produk itu sendiri.
Selain itu, juga turut ditampilkan kesenian Nusa Tenggara serta lelang produk seni dan ekonomi kreatif Indonesia di antaranya tenun ikat Flores, lukisan Bali, hingga patung kayu Nias yang seluruh hasilnya akan dipergunakan untuk program peningkatan pembangunan masyarakat di Nusa Tenggara.
Pada kesempatan tersebut, Dubes Kristiarto juga menyampaikan donasi secara tunai sebesar AUD 1.000 yang dikumpulkan dari staf KBRI Canberra untuk membantu meringankan korban bencana siklon dan banjir pada bulan April 2021 di provinsi Nusa Tenggara Timur, di mana NTA juga secara khusus memprogramkan bantuan khusus.
NTA merupakan organisasi nirlaba yang diinisiasi dan dijalankan oleh relawan yang juga merupakan friends of Indonesia sejak tahun 1991. Fokus utama dari kerangka kerja NTA adalah untuk meningkatkan kesejahteraan di daerah Indonesia Timur khususnya di Nusa Tenggara Barat dan Timur. Bekerjasama dengan komunitas lokal di Nusa Tenggara, NTA telah berhasil melakukan berbagai program peningkatan kesejahteraan di antaranya penyediaan air bersih dan sanitasi, pemberian bantuan bahan pokok, pembangunan infrastruktur, hingga pelatihan keterampilan atau capacity building.
Lihat Juga: Australia Nekad Larang Media Sosial untuk Anak di Bawah 16 Tahun, Langkah Positif atau Salah Arah?
(min)