Minus Hongaria, UE Serukan Gencatan Senjata Israel-Palestina

Rabu, 19 Mei 2021 - 04:38 WIB
loading...
Minus Hongaria, UE Serukan...
Uni Eropa serukan gencatan senjata Israel-Palestina. Foto/Ilustrasi
A A A
BRUSSELS - Menteri luar negeri negara-negara Uni Eropa (UE) telah menyerukan gencatan senjata untuk mengakhiri hari-hari yang penuh dengan kekerasan di Palestina . Namun blok itu gagal mencapai kesepakatan yang mungkin memberikan pengaruhUE dalam terciptanya perdamaian.

Hongaria menolak untuk bergabung dengan 26 menteri luar negeri lainnya dalam menyerukan gencatan senjata melalui video call mereka pada hari Selasa, yang diselenggarakan oleh kepala kebijakan luar negeriUE Josep Borrell. Hongaria adalah sekutu dekat Israel di blok tersebut.

"Ada kesepakatan luas di antara para menteri bahwa prioritasnya adalah penghentian segera semua kekerasan dan penerapan gencatan senjata," kata Borrell setelah memimpin pertemuan tersebut seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (19/5/2021).

Perpecahan tradisional UE atas kebijakan terhadap Israel dan Palestina mendapat perhatian yang luar biasa dari publik setelah Borrell mengakui bahwa hanya Hongaria di antara 27 negara anggota yang tidak mendukung pernyataannya. Namun dia tidak memberikan detailnya.



Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijjarto kemudian mengungkapkan alasan pihaknya tidak mendukung pernyataan UE.

"Saya memiliki masalah umum dengan pernyataan Eropa tentang Israel ini. Ini biasanya sangat sepihak, dan pernyataan ini tidak membantu, terutama dalam keadaan saat ini, ketika ketegangan begitu tinggi," ujarnya kepada kantor berita AFP:

Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian memperingatkan bahwa konflik dapat menyebar ke seluruh wilayah jika tidak ada gencatan senjata yang disepakati. Dia juga mengatakan dia berharap Israel tidak akan melancarkan operasi darat di Gaza.

"Setiap hari membawa risiko yang lebih besar: risiko konflik menyebar ke Tepi Barat, risiko kekerasan di dalam Israel sendiri, risiko bahwa konflik menjadi konflik regional," kata Le Drian kepada wartawan di Paris selama jeda dalam pertemuan tersebut.



“Situasi di lapangan sangat mengkhawatirkan. Ada banyak korban jiwa. Keluarga Israel dan Palestina berduka. Gambar-gambarnya mengerikan dan tidak bisa membuat siapa pun acuh tak acuh. Menunggu bukanlah pilihan,” sambung Le Drian.

“Salah satu alasan situasi dramatis hari ini justru karena tidak adanya perspektif proses politik. Apa yang perlu kami lakukan adalah menemukan jalan menuju proses politik, tetapi sebelum hal lain, untuk memastikan bahwa permusuhan berakhir," tegasnya.

Meski demikian, menteri lain berjanji bahwa UE akan mencoba meluncurkan kembali proses perdamaian bersama dengan Amerika Serikat (AS), Rusia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

"Minimal, kami dapat mencoba untuk mendapatkan gencatan senjata, kemudian memberikan bantuan kemanusiaan, dan kemudian melihat apa yang dapat dilakukan untuk memulai kembali proses perdamaian Timur Tengah untuk mengatasi akar penyebab kekerasan," ungkap Menteri Luar Negeri Malta Evarist Bartolo kepada Reuters.

“Kami tidak bisa membiarkan ekstremis di kedua sisi saling memberi umpan dan mengatur agenda,” imbuhnya.



Sementara itu Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas juga mengatakan "senjata akhirnya harus terdiam".

Maas menekankan peran Kuartet diplomatik, di mana UE diwakili oleh utusan perdamaian Timur Tengahnya yang baru Sven Koopmans.

"Kami mendukung perluasan lebih lanjut upaya mediasinya," ucapnya.

Tiga anggota kuartet lainnya adalah PBB, AS, dan Rusia.

"Kita harus menggunakan hubungan kita dengan kedua belah pihak untuk mendorong langkah-langkah membangun kepercayaan yang dapat mengarah pada menenangkan situasi di dalam Israel dan di Tepi Barat," tambah Maas.

“Hanya dengan cara itu dimungkinkan untuk berbicara lagi tentang solusi abadi untuk konflik Timur Tengah,” ujarnya.



Setidaknya 217 warga Palestina, termasuk 61 anak-anak, telah tewas di Gaza sejak serangan dimulai awal bulan ini. Sekitar 1.500 warga Palestina terluka.

Sementara itu 12 orang di Israel tewas, termasuk dua anak, sementara setidaknya 300 lainnya luka-luka.
(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2463 seconds (0.1#10.140)