Horor, 40 Mayat Diduga Korban COVID-19 Dibuang di Sungai Gangga India
loading...
A
A
A
Gelombang infeksi COVID-19 di India saat ini menyumbang separuh dari angka kasus COVID-19 harian dunia selama lebih dari seminggu. Kondisi itu telah membuat pemerintah bertekuk lutut saat dunia mencari solusi.
WHO telah menyatakan gelombang kedua COVID-19 di India sebagai krisis, mengirimkan ribuan pekerja tambahan untuk membantu sistem perawatan kesehatan mereka, yang telah berjuang dengan kekurangan oksigen dan ICU yang tidak cukup selama berminggu-minggu.
Mungkin yang lebih mengkhawatirkan, para pejabat sekarang memperingatkan gelombang ketiga "tak terhindarkan". Pada Rabu pekan lalu, penasihat ilmiah utama India K. Vijay Raghavan mengatakan negara berpenduduk 1,3 miliar itu harus siap menghadapi gelombang infeksi lain setelah gelombang saat ini.
“Fase 3 tidak bisa dihindari mengingat tingginya tingkat virus yang bersirkulasi. Tetapi tidak jelas pada skala waktu apa fase 3 ini akan terjadi. Kita harus mempersiapkan gelombang baru," kata Raghavan dalam konferensi pers.
Temuan mengerikan di Sungai Gangga terjadi setelah para ilmuwan mengecam pemerintah India karena "menyia-nyiakan" keberhasilan awal dalam mengelola wabah COVID-19. Kecaman itu mereka tulis dalam jurnal medis The Lancet.
Para ilmuwan mengatakan upaya Perdana Menteri Narendra Modi "untuk membungkam kritik" saat krisis COVID-19 meningkat "tidak dapat dimaafkan".
Itu terjadi ketika pakar penyakit menular terkemuka Amerika Serikat Anthony Fauci mengatakan bahwa India harus "ditutup" untuk mengendalikan wabah yang menghancurkan itu.
“Anda harus ditutup. Saya yakin beberapa negara bagian India telah melakukan itu, tetapi Anda perlu memutus rantai penularan, dan salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menutupnya," kata penasihat virus korona Gedung Putih itu kepada ABC's This Week pada hari Minggu.
WHO telah menyatakan gelombang kedua COVID-19 di India sebagai krisis, mengirimkan ribuan pekerja tambahan untuk membantu sistem perawatan kesehatan mereka, yang telah berjuang dengan kekurangan oksigen dan ICU yang tidak cukup selama berminggu-minggu.
Mungkin yang lebih mengkhawatirkan, para pejabat sekarang memperingatkan gelombang ketiga "tak terhindarkan". Pada Rabu pekan lalu, penasihat ilmiah utama India K. Vijay Raghavan mengatakan negara berpenduduk 1,3 miliar itu harus siap menghadapi gelombang infeksi lain setelah gelombang saat ini.
“Fase 3 tidak bisa dihindari mengingat tingginya tingkat virus yang bersirkulasi. Tetapi tidak jelas pada skala waktu apa fase 3 ini akan terjadi. Kita harus mempersiapkan gelombang baru," kata Raghavan dalam konferensi pers.
Temuan mengerikan di Sungai Gangga terjadi setelah para ilmuwan mengecam pemerintah India karena "menyia-nyiakan" keberhasilan awal dalam mengelola wabah COVID-19. Kecaman itu mereka tulis dalam jurnal medis The Lancet.
Para ilmuwan mengatakan upaya Perdana Menteri Narendra Modi "untuk membungkam kritik" saat krisis COVID-19 meningkat "tidak dapat dimaafkan".
Itu terjadi ketika pakar penyakit menular terkemuka Amerika Serikat Anthony Fauci mengatakan bahwa India harus "ditutup" untuk mengendalikan wabah yang menghancurkan itu.
“Anda harus ditutup. Saya yakin beberapa negara bagian India telah melakukan itu, tetapi Anda perlu memutus rantai penularan, dan salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menutupnya," kata penasihat virus korona Gedung Putih itu kepada ABC's This Week pada hari Minggu.
(min)