Tegang dengan AS, Turki Didesak Aktifkan Sistem Rudal S-400 Rusia

Rabu, 28 April 2021 - 00:50 WIB
loading...
Tegang dengan AS, Turki...
Sistem pertahanan rudal S-400 buatan Rusia. Foto/REUTERS
A A A
ANKARA - Militer Turki didesak untuk mengaktifkan sistem pertahanan rudal S-400 yang dibeli dari Rusia. Desakan ini muncul dari partai nasionalis setempat sebagai respons atas ketegangan dengan Amerika Serikat (AS) yang kembali memanas.

Partai Gerakan Nasionalis (MHP) mengatakan hubungan Ankara dengan Washington berada di persimpangan sejarah setelah penggunaan kata "genosida" oleh Presiden Joe Biden dalam peringatan tahunan peristiwa 1915.



“Menurut pendapat kami, hubungan dengan AS berada di persimpangan sejarah. Hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengaktifkan S-400," kata Ketua MHP, Devlet Bahceli, di parlemen pada Selasa (27/4/2021).

"Dapatkan kembali uang yang kita bayarkan untuk [jet tempur siluman] F-35. Saya dengan ini menyatakan bahwa kami akan mendukung penuh setiap keputusan yang akan diambil oleh negara dan pemerintah kami," lanjut Bahceli seperti dikutip Hurriyet Daily.

Menurutnya, tuduhan Biden terhadap Turki terkait peristiwa 1915 memberikan pukulan besar pada hubungan sekutu dan telah membuktikan bahwa persahabatannya adalah kebohongan dan kemitraan strategis hanyalah dongeng.

Bahceli menuduh AS mencoba menggunakan peringatan 24 April sebagai alat untuk menekan Turki. Dia juga mengingatkan genosida yang dilakukan oleh AS terhadap orang Indian Amerika selama abad ke-19, termasuk orang Indian Seminole di Florida.



Politisi tersebut melanjutkan keputusan Kekaisaran Ottoman untuk mendeportasi orang-orang Armenia dari Anatolia timur ke bagian lain negara itu merupakan reaksi atas kekejaman geng bersenjata Armenia terhadap warga sipil Muslim selama Perang Dunia Pertama. Menurutnya, sekitar 124.000 Muslim Turki dibunuh oleh geng-geng tersebut antara Agustus 1914 hingga Maret 1916.

Pemimpin MHP mengingat fakta bahwa puluhan diplomat Turki dibunuh oleh organisasi teror Armenia, ASALA, sepanjang tahun 1970-an dan 1980-an. "Siapa yang akan memberikan pertanggungjawaban atas diplomat dan warga negara kita yang menjadi martir oleh geng teror ASALA?," ujarnya.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1651 seconds (0.1#10.140)