Telepon Erdogan, Biden Akan Akui Genosida Armenia oleh Kekaisaran Ottoman
loading...
A
A
A
Pada 2018, kampanye militer Erdogan di Suriah utara melawan pasukan Kurdi membuat jengkel para pemimpin Kongres AS.
Turki, yang bergabung dengan NATO pada tahun 1952, telah menjadi mitra strategis utama AS di kawasan itu, menyediakan jembatan ke dunia Islam dan melawan ambisi Rusia. Namun meningkatnya gesekan pada sejumlah masalah—termasuk tangan Erdogan yang semakin berat terhadap media dan lawan politik—telah membuatnya mencari hubungan yang lebih dekat dengan Rusia.
Moskow tampaknya ingin memanfaatkan celah tersebut. TASS, kantor berita negara Rusia, melaporkan minggu ini bahwa "pemerintahan Biden memperjelas bahwa Amerika sebenarnya tidak memandang Erdogan sebagai mitra dan politisi yang patut dipertaruhkan, dan akan membangun hubungan dengannya dari posisi kekuatan."
Mata uang Lira Turki memperpanjang kerugian karena berita penggilan telepon Biden-Erdogan, turun sebanyak 1% terhadap dollar AS. Itu membuat kerugian minggu ini menjadi 3,9%.
“Penting untuk memajukan hubungan Turki-AS," kata kantor Erdogan.
Ronald Reagan adalah presiden AS terakhir yang menyebut kekejaman yang dilakukan terhadap orang-orang Armenia sebagai "genosida", pada tahun 1981. Namun, dia segera mengurungkannya di bawah tekanan dari Turki—negara penerus Kekaisaran Ottoman, yang runtuh setelah berakhirnya Perang Dunia I.
Erdogan telah menegur negara-negara lain yang menyebut eksekusi, deportasi, dan pembantaian terorganisir terhadap orang-orang Armenia sebagai genosida.
Diaspora Armenia telah lama melobi pemerintah AS untuk secara resmi mengakui rangkaian kekejaman berusia lebih dari 100 tahun itu sebagai genosida.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan kepada situs berita Haberturk minggu ini bahwa kata-kata Biden tidak memiliki efek hukum dan hanya akan membahayakan hubungan AS-Turki.
"Jika Amerika Serikat ingin memperburuk hubungan, keputusan ada di tangan mereka," katanya.
Turki, yang bergabung dengan NATO pada tahun 1952, telah menjadi mitra strategis utama AS di kawasan itu, menyediakan jembatan ke dunia Islam dan melawan ambisi Rusia. Namun meningkatnya gesekan pada sejumlah masalah—termasuk tangan Erdogan yang semakin berat terhadap media dan lawan politik—telah membuatnya mencari hubungan yang lebih dekat dengan Rusia.
Moskow tampaknya ingin memanfaatkan celah tersebut. TASS, kantor berita negara Rusia, melaporkan minggu ini bahwa "pemerintahan Biden memperjelas bahwa Amerika sebenarnya tidak memandang Erdogan sebagai mitra dan politisi yang patut dipertaruhkan, dan akan membangun hubungan dengannya dari posisi kekuatan."
Mata uang Lira Turki memperpanjang kerugian karena berita penggilan telepon Biden-Erdogan, turun sebanyak 1% terhadap dollar AS. Itu membuat kerugian minggu ini menjadi 3,9%.
“Penting untuk memajukan hubungan Turki-AS," kata kantor Erdogan.
Ronald Reagan adalah presiden AS terakhir yang menyebut kekejaman yang dilakukan terhadap orang-orang Armenia sebagai "genosida", pada tahun 1981. Namun, dia segera mengurungkannya di bawah tekanan dari Turki—negara penerus Kekaisaran Ottoman, yang runtuh setelah berakhirnya Perang Dunia I.
Erdogan telah menegur negara-negara lain yang menyebut eksekusi, deportasi, dan pembantaian terorganisir terhadap orang-orang Armenia sebagai genosida.
Diaspora Armenia telah lama melobi pemerintah AS untuk secara resmi mengakui rangkaian kekejaman berusia lebih dari 100 tahun itu sebagai genosida.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan kepada situs berita Haberturk minggu ini bahwa kata-kata Biden tidak memiliki efek hukum dan hanya akan membahayakan hubungan AS-Turki.
"Jika Amerika Serikat ingin memperburuk hubungan, keputusan ada di tangan mereka," katanya.