Israel Halangi Azan di Masjid Al-Aqsa, Palestina Sebut Bisa Picu Perang Agama
loading...
A
A
A
Situs suci tempat berdirinya Masjid Al-Aqsa dan Temple Mount itu dihormati oleh umat Muslim dan Yahudi dan merupakan tempat di mana banyak orang Palestina sering berkumpul, terutama untuk salat Jumat. Situs ini telah lama menjadi titik nyala, dan konfrontasi antara Palestina dan pasukan keamanan Israel yang terkadang berubah menjadi konflik mematikan.
Setelah merebut wilayah dan sisa Kota Tua Yerusalem dari Yordania dalam Perang Enam Hari 1967, Israel terus memberikan Wakaf—lembaga yang didanai dan dikendalikan oleh pemerintah Yordania—kendali penuh atas wilayah situs suci tersebut. Pasukan keamanan Israel hadir di area itu dan bekerja dalam koordinasi dengan Wakaf.
Orang Yahudi diizinkan untuk berkunjung, tetapi tidak seperti Muslim, dilarang keras untuk berdoa di halaman Temple Mount.
Kepemimpinan Palestina memiliki sejarah panjang dalam upaya untuk mengumpulkan publiknya sebagai tanggapan atas dugaan pelanggaran Israel atas kedaulatan Muslim di kompleks Masjid Al-Aqsa.
Media resmi Otoritas Palestina sering menunjukkan kunjungan orang-orang Yahudi yang religius ke situs tersebut, yang dianggap sebagai "invasi pemukim".
Menteri Luar Negeri Otoritas Palestina Riyad al-Maliki menyebut insiden di Masjid Al-Aqsa itu hanya satu dari serangkaian tindakan agresi yang berulang oleh Israel di situs suci itu.
Menurut Kepolisian Israel, beberapa jamaah Muslim yang kembali dari salat melemparkan batu dan petasan ke bus yang lewat dan petugas polisi Israel di dekat Gerbang Damaskus. Menurut polisi, sekitar enam pejalan kaki terluka dan lima orang ditangkap.
Sheikh Safwat Freij, wakil kepala Gerakan Islam Israel, kepada The Times of Israel, Kamis (15/4/2021), menyesalkan gesekan yang dituduhkan oleh tindakan Israel antara jamaah Muslim dan Yahudi.
“Seharusnya ada dialog, agar ribuan jamaah tidak perlu dilanggar hak-haknya, apalagi di malam pertama Ramadhan. Mereka bisa saja memulai [upacara Memorial Day] mereka lebih awal atau lebih lambat, membiarkan doa tidak dihalangi," kata Freij, yang memimpin Asosiasi Amal Al-Aqsa.
Setelah merebut wilayah dan sisa Kota Tua Yerusalem dari Yordania dalam Perang Enam Hari 1967, Israel terus memberikan Wakaf—lembaga yang didanai dan dikendalikan oleh pemerintah Yordania—kendali penuh atas wilayah situs suci tersebut. Pasukan keamanan Israel hadir di area itu dan bekerja dalam koordinasi dengan Wakaf.
Orang Yahudi diizinkan untuk berkunjung, tetapi tidak seperti Muslim, dilarang keras untuk berdoa di halaman Temple Mount.
Kepemimpinan Palestina memiliki sejarah panjang dalam upaya untuk mengumpulkan publiknya sebagai tanggapan atas dugaan pelanggaran Israel atas kedaulatan Muslim di kompleks Masjid Al-Aqsa.
Media resmi Otoritas Palestina sering menunjukkan kunjungan orang-orang Yahudi yang religius ke situs tersebut, yang dianggap sebagai "invasi pemukim".
Menteri Luar Negeri Otoritas Palestina Riyad al-Maliki menyebut insiden di Masjid Al-Aqsa itu hanya satu dari serangkaian tindakan agresi yang berulang oleh Israel di situs suci itu.
Menurut Kepolisian Israel, beberapa jamaah Muslim yang kembali dari salat melemparkan batu dan petasan ke bus yang lewat dan petugas polisi Israel di dekat Gerbang Damaskus. Menurut polisi, sekitar enam pejalan kaki terluka dan lima orang ditangkap.
Sheikh Safwat Freij, wakil kepala Gerakan Islam Israel, kepada The Times of Israel, Kamis (15/4/2021), menyesalkan gesekan yang dituduhkan oleh tindakan Israel antara jamaah Muslim dan Yahudi.
“Seharusnya ada dialog, agar ribuan jamaah tidak perlu dilanggar hak-haknya, apalagi di malam pertama Ramadhan. Mereka bisa saja memulai [upacara Memorial Day] mereka lebih awal atau lebih lambat, membiarkan doa tidak dihalangi," kata Freij, yang memimpin Asosiasi Amal Al-Aqsa.