Perlu Beberapa Pekan untuk Pindahkan Kapal yang Blokir Terusan Suez
loading...
A
A
A
SUEZ - Kapal kontainer yang memblokir Terusan Suez seperti "paus yang terdampar" mengirimkan gelombang kejutan baru pada perdagangan global.
Para pejabat Mesir menghentikan semua kapal yang memasuki saluran tersebut dan perusahaan penyelamat memperkirakan perlu beberapa pekan untuk membebaskan kapal itu.
Kapal Ever Given dengan panjang 400 meter itu hampir sepanjang Gedung Empire State.
Kapal itu memblokir lalu lintas kapal di kedua arah melalui salah satu jalur pengiriman minyak dan biji-bijian tersibuk di dunia.
Jalur itu sangat penting untuk perdagangan dengan menghubungkan Asia dan Eropa.
Lihat infografis: Topeng Emas Berusia 3.000 Tahun Ditemukan di China
Otoritas Terusan Suez (SCA) mengatakan delapan kapal tunda sedang bekerja memindahkan kapal kontainer yang terjebak secara diagonal melintasi bentangan selatan kanal satu jalur sejak Selasa pagi di tengah angin kencang dan badai debu.
"Kami tidak bisa memungkiri, mungkin butuh waktu berpekan-pekan, tergantung pada situasinya," papar Peter Berdowski, CEO perusahaan Belanda, Boskalis, yang mencoba membebaskan kapal, pada program televisi Belanda "Nieuwsuur".
Beberapa lusin kapal, termasuk kapal kontainer besar lainnya, kapal tanker yang membawa minyak dan gas, serta kapal curah yang mengangkut biji-bijian telah mundur di kedua ujung kanal.
Situasi ini pun menciptakan salah satu kemacetan pengiriman terburuk selama bertahun-tahun.
SCA telah mengizinkan beberapa kapal memasuki kanal dengan harapan penyumbatan bisa dibersihkan. Namun mereka kini menghentikan sementara semua lalu lintas.
“Tiga belas kapal yang berlayar ke selatan dari Port Said dalam konvoi kemarin telah menjatuhkan jangkar di ruang tunggu Danau Bitter sampai navigasi dapat dilanjutkan,” ungkap pernyataan SCA.
Berdowski mengatakan haluan dan buritan kapal telah diangkat ke kedua sisi kanal.
"Ini seperti paus besar yang terdampar di pantai. Ini beban yang sangat besar di atas pasir. Kita mungkin harus bekerja dengan kombinasi mengurangi berat dengan memindahkan kontainer, minyak dan air dari kapal kontainer, kapal tunda dan pengerukan pasir," ungkap dia.
Kira-kira 30% volume pengiriman peti kemas dunia melewati Terusan Suez sepanjang 193 kilometer setiap hari, dan sekitar 12% dari total perdagangan global semua barang.
Pakar perkapalan mengatakan jika penyumbatan tidak mungkin diselesaikan dalam beberapa hari mendatang, beberapa perusahaan pelayaran mungkin akan memindah rute kapal ke sekitar ujung selatan Afrika, yang akan menambah sekitar satu pekan perjalanan.
Konsultan Wood Mackenzie mengatakan dampak terbesar terjadi pada pengiriman peti kemas, tetapi ada juga total 16 kapal tanker minyak mentah dan kapal produk minyak yang berlayar melalui kanal itu dan sekarang tertunda akibat insiden tersebut.
“Muatan sejumlah kapal tanker berjumlah 870.000 ton minyak mentah dan 670.000 ton produk minyak bersih seperti bensin, nafta dan solar,” papar konsultan itu.
Menurut perusahaan analitik minyak Vortexa, Rusia dan Arab Saudi adalah dua pengekspor minyak terbesar melalui kanal tersebut, sedangkan India dan China adalah importir utama.
Pemilik kapal kontainer asal Jepang, Shoei Kisen, meminta maaf atas insiden itu dan mengatakan pekerjaan untuk membebaskan kapal, yang sedang menuju ke Eropa dari China, "sangat sulit" dan tidak jelas kapan kapal itu akan mengapung lagi.
Sinyal GPS kapal hanya menunjukkan perubahan kecil pada posisinya selama 24 jam terakhir.
Para pejabat Mesir menghentikan semua kapal yang memasuki saluran tersebut dan perusahaan penyelamat memperkirakan perlu beberapa pekan untuk membebaskan kapal itu.
Kapal Ever Given dengan panjang 400 meter itu hampir sepanjang Gedung Empire State.
Kapal itu memblokir lalu lintas kapal di kedua arah melalui salah satu jalur pengiriman minyak dan biji-bijian tersibuk di dunia.
Jalur itu sangat penting untuk perdagangan dengan menghubungkan Asia dan Eropa.
Lihat infografis: Topeng Emas Berusia 3.000 Tahun Ditemukan di China
Otoritas Terusan Suez (SCA) mengatakan delapan kapal tunda sedang bekerja memindahkan kapal kontainer yang terjebak secara diagonal melintasi bentangan selatan kanal satu jalur sejak Selasa pagi di tengah angin kencang dan badai debu.
"Kami tidak bisa memungkiri, mungkin butuh waktu berpekan-pekan, tergantung pada situasinya," papar Peter Berdowski, CEO perusahaan Belanda, Boskalis, yang mencoba membebaskan kapal, pada program televisi Belanda "Nieuwsuur".
Beberapa lusin kapal, termasuk kapal kontainer besar lainnya, kapal tanker yang membawa minyak dan gas, serta kapal curah yang mengangkut biji-bijian telah mundur di kedua ujung kanal.
Situasi ini pun menciptakan salah satu kemacetan pengiriman terburuk selama bertahun-tahun.
SCA telah mengizinkan beberapa kapal memasuki kanal dengan harapan penyumbatan bisa dibersihkan. Namun mereka kini menghentikan sementara semua lalu lintas.
“Tiga belas kapal yang berlayar ke selatan dari Port Said dalam konvoi kemarin telah menjatuhkan jangkar di ruang tunggu Danau Bitter sampai navigasi dapat dilanjutkan,” ungkap pernyataan SCA.
Berdowski mengatakan haluan dan buritan kapal telah diangkat ke kedua sisi kanal.
"Ini seperti paus besar yang terdampar di pantai. Ini beban yang sangat besar di atas pasir. Kita mungkin harus bekerja dengan kombinasi mengurangi berat dengan memindahkan kontainer, minyak dan air dari kapal kontainer, kapal tunda dan pengerukan pasir," ungkap dia.
Kira-kira 30% volume pengiriman peti kemas dunia melewati Terusan Suez sepanjang 193 kilometer setiap hari, dan sekitar 12% dari total perdagangan global semua barang.
Pakar perkapalan mengatakan jika penyumbatan tidak mungkin diselesaikan dalam beberapa hari mendatang, beberapa perusahaan pelayaran mungkin akan memindah rute kapal ke sekitar ujung selatan Afrika, yang akan menambah sekitar satu pekan perjalanan.
Konsultan Wood Mackenzie mengatakan dampak terbesar terjadi pada pengiriman peti kemas, tetapi ada juga total 16 kapal tanker minyak mentah dan kapal produk minyak yang berlayar melalui kanal itu dan sekarang tertunda akibat insiden tersebut.
“Muatan sejumlah kapal tanker berjumlah 870.000 ton minyak mentah dan 670.000 ton produk minyak bersih seperti bensin, nafta dan solar,” papar konsultan itu.
Menurut perusahaan analitik minyak Vortexa, Rusia dan Arab Saudi adalah dua pengekspor minyak terbesar melalui kanal tersebut, sedangkan India dan China adalah importir utama.
Pemilik kapal kontainer asal Jepang, Shoei Kisen, meminta maaf atas insiden itu dan mengatakan pekerjaan untuk membebaskan kapal, yang sedang menuju ke Eropa dari China, "sangat sulit" dan tidak jelas kapan kapal itu akan mengapung lagi.
Sinyal GPS kapal hanya menunjukkan perubahan kecil pada posisinya selama 24 jam terakhir.
(sya)