Pagi Ini, Rezim Kim Jong-un Tembakkan Rudal Korut ke Laut Jepang
loading...
A
A
A
PYONGYANG - Pasukan rezim Kim Jong-un menembakkan sebuah rudal balistik Korea Utara (Korut) ke Laut Jepang pagi ini (25/3/2021). Ini merupakan uji tembak kedua rudal balistik Korea Utara setelah hari Minggu lalu.
Coast Guard Jepang mendesak kapal-kapal agar tidak mendekati objek yang jatuh di Laut Jepang dan meminta informasi tentang misil tersebut.
"Itu mungkin rudal balistik. Itu belum jatuh di dalam wilayah Jepang dan diyakini tidak jatuh dalam zona ekonomi eksklusif Jepang," kata Kementerian Pertahanan Jepang melalui seorang juru bicaranya kepada wartawan.
Kantor berita Korea Selatan, Yonhap, juga melaporkan bahwa proyektil tak dikenal diluncurkan ke Laut Timur—sebutan lain untuk Laut Jepang.
Ini adalah peluncuran rudal kedua dari Korea Utara dalam kurun waktu empat hari. Pada hari Minggu, dua proyektil ditembakkan dari Onchon dan jatuh ke Laut Kuning, wilayah perairan antara semenanjung Korea dan China.
Pejabat Amerika Serikat dan Korea Selatan mengatakan itu adalah rudal jelajah jarak pendek.
Pyongyang belum mengomentari peluncuran rudal apa pun. Minggu lalu, media pemerintah; DPRK, mengutip adik pemimpin Korut Kim Jong-un; Kim Yo-jong, yang memperingatkan AS agar tidak berusaha keras untuk menyebabkan bau busuk di tanah Korea Utara.
"Jika ingin tidur dengan nyenyak selama empat tahun mendatang, sebaiknya jangan menyebabkan bau pada langkah pertama," katanya merujuk pada pemerintahan Joe Biden-Kamala Harris. Peringatan itu disampaikan setelah Amerika dan Korea Selatan kembali menggelar latihan perang gabungan.
Pengembangan dan uji coba rudal balistik Korut secara eksplisit dikecam oleh PBB dalam serangkaian resolusi dan pemberlakuan sanksi ekonomi yang ekstensif terhadap Pyongyang, mulai tahun 2006.
Resolusi PBB tidak mengatakan apa-apa tentang rudal jelajah. PBB telah berusaha untuk memaksa Korea Utara untuk bergabung kembali dengan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir, yang ditariknya pada tahun 2003 setelah pemerintah AS menuduhnya melakukan pengayaan uranium ilegal.
Pyongyang berargumen bahwa program senjatanya adalah tindakan defensif terhadap AS, yang memiliki pangkalan di Jepang dan Korea Selatan. Konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan yang dimulai pada tahun 1950—dan akhirnya menarik China di satu sisi dan pasukan PBB yang didominasi AS di sisi lain—dibekukan oleh gencatan senjata Juli 1953, tetapi tidak pernah secara resmi berakhir.
Coast Guard Jepang mendesak kapal-kapal agar tidak mendekati objek yang jatuh di Laut Jepang dan meminta informasi tentang misil tersebut.
"Itu mungkin rudal balistik. Itu belum jatuh di dalam wilayah Jepang dan diyakini tidak jatuh dalam zona ekonomi eksklusif Jepang," kata Kementerian Pertahanan Jepang melalui seorang juru bicaranya kepada wartawan.
Kantor berita Korea Selatan, Yonhap, juga melaporkan bahwa proyektil tak dikenal diluncurkan ke Laut Timur—sebutan lain untuk Laut Jepang.
Ini adalah peluncuran rudal kedua dari Korea Utara dalam kurun waktu empat hari. Pada hari Minggu, dua proyektil ditembakkan dari Onchon dan jatuh ke Laut Kuning, wilayah perairan antara semenanjung Korea dan China.
Pejabat Amerika Serikat dan Korea Selatan mengatakan itu adalah rudal jelajah jarak pendek.
Pyongyang belum mengomentari peluncuran rudal apa pun. Minggu lalu, media pemerintah; DPRK, mengutip adik pemimpin Korut Kim Jong-un; Kim Yo-jong, yang memperingatkan AS agar tidak berusaha keras untuk menyebabkan bau busuk di tanah Korea Utara.
"Jika ingin tidur dengan nyenyak selama empat tahun mendatang, sebaiknya jangan menyebabkan bau pada langkah pertama," katanya merujuk pada pemerintahan Joe Biden-Kamala Harris. Peringatan itu disampaikan setelah Amerika dan Korea Selatan kembali menggelar latihan perang gabungan.
Pengembangan dan uji coba rudal balistik Korut secara eksplisit dikecam oleh PBB dalam serangkaian resolusi dan pemberlakuan sanksi ekonomi yang ekstensif terhadap Pyongyang, mulai tahun 2006.
Resolusi PBB tidak mengatakan apa-apa tentang rudal jelajah. PBB telah berusaha untuk memaksa Korea Utara untuk bergabung kembali dengan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir, yang ditariknya pada tahun 2003 setelah pemerintah AS menuduhnya melakukan pengayaan uranium ilegal.
Pyongyang berargumen bahwa program senjatanya adalah tindakan defensif terhadap AS, yang memiliki pangkalan di Jepang dan Korea Selatan. Konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan yang dimulai pada tahun 1950—dan akhirnya menarik China di satu sisi dan pasukan PBB yang didominasi AS di sisi lain—dibekukan oleh gencatan senjata Juli 1953, tetapi tidak pernah secara resmi berakhir.
(min)