Bos Pentagon Sambangi India, Didesak Usik Pembelian S-400 Rusia
loading...
A
A
A
NEW DELHI - Bos Pentagon atau Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin dijadwalkan berkunjung ke India , Jumat (19/3/2021). Seorang senator AS mendesaknya untuk mengangkat sejumlah masalah sensitif, termasuk pembelian sistem rudal S-400 Rusia , selama lawatannya ke New Delhi.
Robert Menendez, ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS, mengatakan selain pembelian senjata Rusia, Austin harus mengangkat hak asasi manusia (HAM) dan nilai-nilai demokrasi dalam konteks protes petani di India. Mengusik masalah-masalah sensitif itu, kemungkinan akan membuat tuan rumah tidak nyaman.
Agenda kunjungan Austin yang sebenarnya, seperti dalam dokumen pra-tinjau Pentagon minggu lalu, adalah memperdalam kemitraan pertahanan utama AS-India dan memajukan kerjasama kedua negara untuk Kawasan Indo-Pasifik dan Samudra Hindia Barat yang bebas, makmur dan terbuka.
Ada keresahan yang meningkat di antara beberapa anggota parlemen AS atas protes petani dan tanggapan pemerintah India terhadap para pengunjuk rasa.
Menendez menekankan Panduan Strategis Keamanan Nasional Sementara yang baru-baru ini dirilis oleh pemerintahan Biden, yang menggarisbawahi pentingnya demokrasi."Itu penting untuk memenuhi tantangan zaman kita," kata senator tersebut, seperti dikutip Hindustan Times.
"Kita harus berusaha untuk bermitra dengan India untuk mengatasi tantangan dari China hingga perubahan iklim, tetapi dengan melakukan itu kita tidak bisa membiarkan nilai-nilai demokrasi kita lenyap."
Terkait proses pembelian S-400 Rusia oleh New Delhi, Menendez mendesak bos Pentagon untuk meningkatkan penentangan AS.
"Itu mengancam kerjasama pertahanan AS-India di masa depan dan menempatkan India pada risiko sanksi," paparnya merujuk pada Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA), undang-undang AS yang bertujuan untuk menghukum Rusia atas campur tangannya dalam pemilu Amerika 2016.
India membayar uang muka USD800 juta untuk lima baterai S-400 pada 2019 dan diharapkan menerimanya pada akhir tahun ini.
Sanksi CAATSA biasanya berlaku ketika negara pembeli menerima pengiriman peralatan Rusia, seperti yang terjadi pada Turki.
Turki menerima kiriman S-400 pertamanya pada Juli 2019, dan AS pada pekan depannya mendepak Ankara dari program jet tempur siluman F-35. Sanksi yang lebih lengkap dijatuhkan oleh pemerintahan Trump pada Desember 2020.
India berharap mendapatkan pembebasan dari sanksi CAATSA, tetapi para pejabat AS telah memperingatkan agar tidak menganggapnya dan juga mengatakan bahwa di antara hal-hal lain sistem pertahanan rudal Rusia dapat menghalangi interoperabilitas India dengan perangkat keras pertahanan Amerika dan dapat membahayakan transfer senjata di masa depan.
Robert Menendez, ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS, mengatakan selain pembelian senjata Rusia, Austin harus mengangkat hak asasi manusia (HAM) dan nilai-nilai demokrasi dalam konteks protes petani di India. Mengusik masalah-masalah sensitif itu, kemungkinan akan membuat tuan rumah tidak nyaman.
Agenda kunjungan Austin yang sebenarnya, seperti dalam dokumen pra-tinjau Pentagon minggu lalu, adalah memperdalam kemitraan pertahanan utama AS-India dan memajukan kerjasama kedua negara untuk Kawasan Indo-Pasifik dan Samudra Hindia Barat yang bebas, makmur dan terbuka.
Ada keresahan yang meningkat di antara beberapa anggota parlemen AS atas protes petani dan tanggapan pemerintah India terhadap para pengunjuk rasa.
Menendez menekankan Panduan Strategis Keamanan Nasional Sementara yang baru-baru ini dirilis oleh pemerintahan Biden, yang menggarisbawahi pentingnya demokrasi."Itu penting untuk memenuhi tantangan zaman kita," kata senator tersebut, seperti dikutip Hindustan Times.
"Kita harus berusaha untuk bermitra dengan India untuk mengatasi tantangan dari China hingga perubahan iklim, tetapi dengan melakukan itu kita tidak bisa membiarkan nilai-nilai demokrasi kita lenyap."
Terkait proses pembelian S-400 Rusia oleh New Delhi, Menendez mendesak bos Pentagon untuk meningkatkan penentangan AS.
"Itu mengancam kerjasama pertahanan AS-India di masa depan dan menempatkan India pada risiko sanksi," paparnya merujuk pada Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA), undang-undang AS yang bertujuan untuk menghukum Rusia atas campur tangannya dalam pemilu Amerika 2016.
India membayar uang muka USD800 juta untuk lima baterai S-400 pada 2019 dan diharapkan menerimanya pada akhir tahun ini.
Sanksi CAATSA biasanya berlaku ketika negara pembeli menerima pengiriman peralatan Rusia, seperti yang terjadi pada Turki.
Turki menerima kiriman S-400 pertamanya pada Juli 2019, dan AS pada pekan depannya mendepak Ankara dari program jet tempur siluman F-35. Sanksi yang lebih lengkap dijatuhkan oleh pemerintahan Trump pada Desember 2020.
India berharap mendapatkan pembebasan dari sanksi CAATSA, tetapi para pejabat AS telah memperingatkan agar tidak menganggapnya dan juga mengatakan bahwa di antara hal-hal lain sistem pertahanan rudal Rusia dapat menghalangi interoperabilitas India dengan perangkat keras pertahanan Amerika dan dapat membahayakan transfer senjata di masa depan.
(min)