Serang Seorang Nenek Etnis China, Pria AS Berakhir di Rumah Sakit
loading...
A
A
A
SAN FRANCISCO - Seorang pria di Amerika Serikat (AS) harus berakhir di rumah sakit dan berurusan dengan pihak kepolisian setelah melakukan penyerangan terhadap seorang wanita tua etnis China . Pria tersebut terluka sehingga harus ditandu untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit setelah wanita tua yang diserangnya memberikan perlawanan.
Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya serangan rasial terhadap komunitas Asia-Amerika sejak dimulainya pandemi virus Corona baru satu tahun lalu.
Xiao Zhen Xie (76) mengatakan dia sedang menunggu di lampu lalu lintas ketika tersangka meninju dekat mata kirinya dan instingnya pun muncul untuk membela diri," lapor berita setempat.
"Dia menemukan tongkat di sekitar daerah itu dan melawan," kata putri wanita itu, Dong-Mei Li, seperti dikutip Al Arabiya dari media lokal KPIX, Jumat (19/3/2021).
Mei Li mengatakan ibunya tidak bisa melihat dari mata kirinya akibat serangan itu dan dia belum bisa makan sejak serangan itu.
Polisi San Francisco sedang menyelidiki insiden itu sebagai serangan serius, namun tidak jelas apakah serangan itu terkait dengan ras korban.
Dalam sebuah video yang dibagikan secara luas di media sosial, penyerang terlihat berdarah dan diborgol ke tandu saat dikelilingi oleh polisi.
Sebelumnya pada hari itu, pria tua lainnya di daerah itu, berusia 83, juga diserang oleh tersangka yang sama dan dirawat di rumah sakit, menurut laporan itu.
Beberapa jam sebelumnya, polisi di negara bagian Georgia sedang mencari petunjuk tentang apa yang memicu penembakan fatal terhadap delapan orang, enam di antaranya wanita Asia, dalam serangkaian serangan di kawasan Atlanta.
Terdakwa pria bersenjata berusia 21 tahun, Robert Aaron Long, yang berkulit putih, mengaku kepada penyelidik bahwa kecanduan seks membuatnya melakukan aksi kekerasan di tiga spa - dua di antaranya di Atlanta dan satu di Distrik Cherokee sekitar 64 kilometer di utara gedung DPR negara bagian, kata petugas penegak hukum.
Tetapi pihak berwenang tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa serangan itu dimotivasi, setidaknya sebagian, oleh sentimen anti-imigran atau anti-Asia, atau sebab lainnya.
Terlepas dari motif tersangka, pembunuhan tersebut menempatkan masalah kejahatan rasial anti-Asia di tengah wacana nasional.
Sebuah laporan oleh Center for the Study of Hate and Extremism bulan ini menunjukkan bahwa kejahatan rasial terhadap orang Asia-Amerika di 16 kota besar AS naik 149 persen dari 2019 hingga 2020, periode ketika kejahatan rasial secara keseluruhan turun 7 persen.
Para pembela hak-hak sipil mengatakan kenaikan itu tampaknya terkait dengan orang Asia dan Amerika Asia yang disalahkan atas pandemi, yang berasal dari China. Mantan Presiden Donald Trump menyebut novel coronavirus sebagai "virus China", "wabah China", dan bahkan "kung flu".
Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya serangan rasial terhadap komunitas Asia-Amerika sejak dimulainya pandemi virus Corona baru satu tahun lalu.
Xiao Zhen Xie (76) mengatakan dia sedang menunggu di lampu lalu lintas ketika tersangka meninju dekat mata kirinya dan instingnya pun muncul untuk membela diri," lapor berita setempat.
"Dia menemukan tongkat di sekitar daerah itu dan melawan," kata putri wanita itu, Dong-Mei Li, seperti dikutip Al Arabiya dari media lokal KPIX, Jumat (19/3/2021).
Mei Li mengatakan ibunya tidak bisa melihat dari mata kirinya akibat serangan itu dan dia belum bisa makan sejak serangan itu.
Polisi San Francisco sedang menyelidiki insiden itu sebagai serangan serius, namun tidak jelas apakah serangan itu terkait dengan ras korban.
Dalam sebuah video yang dibagikan secara luas di media sosial, penyerang terlihat berdarah dan diborgol ke tandu saat dikelilingi oleh polisi.
Sebelumnya pada hari itu, pria tua lainnya di daerah itu, berusia 83, juga diserang oleh tersangka yang sama dan dirawat di rumah sakit, menurut laporan itu.
Beberapa jam sebelumnya, polisi di negara bagian Georgia sedang mencari petunjuk tentang apa yang memicu penembakan fatal terhadap delapan orang, enam di antaranya wanita Asia, dalam serangkaian serangan di kawasan Atlanta.
Terdakwa pria bersenjata berusia 21 tahun, Robert Aaron Long, yang berkulit putih, mengaku kepada penyelidik bahwa kecanduan seks membuatnya melakukan aksi kekerasan di tiga spa - dua di antaranya di Atlanta dan satu di Distrik Cherokee sekitar 64 kilometer di utara gedung DPR negara bagian, kata petugas penegak hukum.
Tetapi pihak berwenang tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa serangan itu dimotivasi, setidaknya sebagian, oleh sentimen anti-imigran atau anti-Asia, atau sebab lainnya.
Terlepas dari motif tersangka, pembunuhan tersebut menempatkan masalah kejahatan rasial anti-Asia di tengah wacana nasional.
Sebuah laporan oleh Center for the Study of Hate and Extremism bulan ini menunjukkan bahwa kejahatan rasial terhadap orang Asia-Amerika di 16 kota besar AS naik 149 persen dari 2019 hingga 2020, periode ketika kejahatan rasial secara keseluruhan turun 7 persen.
Para pembela hak-hak sipil mengatakan kenaikan itu tampaknya terkait dengan orang Asia dan Amerika Asia yang disalahkan atas pandemi, yang berasal dari China. Mantan Presiden Donald Trump menyebut novel coronavirus sebagai "virus China", "wabah China", dan bahkan "kung flu".
(ian)