FBI di Bawah Tekanan Setelah Gagal Halau Kejahatan Rasial Terhadap Warga Asia
loading...
A
A
A
WASHINGTON - FBI dan pasukan polisi Amerika Serikat (AS) lainnya saat ini berada di bawah tekanan karena gagal menahan kejahatan rasial anti-Asia di AS. Tekanan ini datang menyusul penembakan di sebuah tempat spa di Atlanta yang merenggut nyawa delapan orang, termasuk enam wanita keturunan Asia.
Lembaga penegak hukum menghadapi kritik karena respon mereka yang dinilai lemah dan pencatatan yang sangat rendah terhadap laporan kejahatan rasial terhadap orang Asia-Amerika.
Sung Yeon Choimorrow, direktur eksekutif Forum Wanita Amerika Asia Pasifik Nasional (NAPAWF), mengatakan, dibutuhkan enam wanita Asia-Amerika yang meninggal dalam satu hari untuk membuat orang memperhatikan ini.
"Pencatatan kejahatan rasial terhadap orang Asia-Amerika tetap sangat rendah, karena mereka (petugas polisi) bahkan tidak bersedia menerima bahwa kami didiskriminasi dan dilecehkan karena ras kami," ucap Sung, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (18/3/2021).
Choimorrow juga merujuk pada lonjakan insiden kebencian selama pandemi Covid-19. "Saya mengalami rasisme yang ditujukan kepada diri saya terkait dengan pandemi hanya dengan berjalan di sekitar lingkungan saya di Chicago," jelasnya.
Dia menuturkan bahwa selama insiden itu, seorang pria mengejarnya dan putrinya di jalan sambil berteriak, "Kembali ke China dan bawa virusmu!".
Sebuah laporan NAPAWF, yang akan dirilis dalam waktu dekat, menemukan bahwa sekitar 50% wanita China-Amerika telah melalui penghinaan rasis di depan umum.
Sementara itu, Marita Etcubanez dari kelompok Asian-American Advancing Justice, pada gilirannya, bersikeras bahwa pelaporan yang tidak dilaporkan secara permanen berasal dari keengganan individu untuk berinteraksi dengan lembaga penegak hukum dan kurangnya dukungan bahasa.
"Banyak imigran yang tidak percaya pada pemerintah dan tidak yakin bahwa mereka akan mendapatkan bantuan dan dukungan yang mereka butuhkan jika mereka melapor," katanya.
Lembaga penegak hukum menghadapi kritik karena respon mereka yang dinilai lemah dan pencatatan yang sangat rendah terhadap laporan kejahatan rasial terhadap orang Asia-Amerika.
Sung Yeon Choimorrow, direktur eksekutif Forum Wanita Amerika Asia Pasifik Nasional (NAPAWF), mengatakan, dibutuhkan enam wanita Asia-Amerika yang meninggal dalam satu hari untuk membuat orang memperhatikan ini.
"Pencatatan kejahatan rasial terhadap orang Asia-Amerika tetap sangat rendah, karena mereka (petugas polisi) bahkan tidak bersedia menerima bahwa kami didiskriminasi dan dilecehkan karena ras kami," ucap Sung, seperti dilansir Sputnik pada Kamis (18/3/2021).
Choimorrow juga merujuk pada lonjakan insiden kebencian selama pandemi Covid-19. "Saya mengalami rasisme yang ditujukan kepada diri saya terkait dengan pandemi hanya dengan berjalan di sekitar lingkungan saya di Chicago," jelasnya.
Dia menuturkan bahwa selama insiden itu, seorang pria mengejarnya dan putrinya di jalan sambil berteriak, "Kembali ke China dan bawa virusmu!".
Sebuah laporan NAPAWF, yang akan dirilis dalam waktu dekat, menemukan bahwa sekitar 50% wanita China-Amerika telah melalui penghinaan rasis di depan umum.
Sementara itu, Marita Etcubanez dari kelompok Asian-American Advancing Justice, pada gilirannya, bersikeras bahwa pelaporan yang tidak dilaporkan secara permanen berasal dari keengganan individu untuk berinteraksi dengan lembaga penegak hukum dan kurangnya dukungan bahasa.
"Banyak imigran yang tidak percaya pada pemerintah dan tidak yakin bahwa mereka akan mendapatkan bantuan dan dukungan yang mereka butuhkan jika mereka melapor," katanya.
(esn)