AS Tuding Putin Dalangi Kampanye Pro Trump
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Pejabat intelijen Amerika Serikat (AS) menuduh Presiden Rusia , Vladimir Putin , kemungkinan mengizinkan upaya untuk mempengaruhi pemilu AS tahun lalu untuk mendukung mantan Presiden Donald Trump . Tudingan itu dimuat dalam sebuah laporan.
"Moskow menyebarkan tuduhan yang menyesatkan atau tidak berdasar tentang pemenang akhir, Joe Biden," menurut laporan pemerintah AS seperti dikutip dari BBC, Rabu (17/3/2021).
Laporan setebal 15 halaman itu, yang dirilis Selasa oleh Kantor Direktur Intelijen Nasional, menguraikan apa yang dikatakannya sebagai "operasi pengaruh" yang didorong oleh Rusia dan juga Iran.
Dikatakan individu terkait Rusia telah menyebarkan klaim tidak berdasar tentang Presiden Biden menjelang pemilihan 3 November. Ia juga mengatakan kampanye disinformasi berusaha merusak kepercayaan dalam proses pemilu yang lebih luas.
"Beberapa orang yang terkait dengan intelijen Rusia juga mendorong narasi anti-Biden ke media, pejabat senior dan sekutu Trump," kata laporan itu.
Presiden Biden mengalahkan Trump dan dilantik pada 20 Januari.
Laporan itu menambahkan bahwa, sementara Rusia berusaha untuk meningkatkan peluang kemenangan Trump, Iran telah meluncurkan kampanye pengaruh terselubung multi-cabang dalam upaya untuk melemahkan dukungannya.
Mantan presiden AS, Donald Trump, memberlakukan kebijakan "tekanan maksimum" pada Iran, memberlakukan sanksi yang merusak dan meningkatkan perang kata-kata antara kedua negara.
Laporan itu juga menyimpulkan dengan "keyakinan tinggi" bahwa China, yang telah lama dituduh melakukan spionase dunia maya oleh Washington, memilih untuk tidak mengerahkan upaya campur tangan menjelang pemungutan suara.
"China mencari stabilitas dalam hubungannya dengan Amerika Serikat dan tidak melihat hasil pemilu sebagai cukup menguntungkan bagi China untuk mengambil risiko pukulan balik jika tertangkap," bunyi laporan itu.
Menurut laporan itu, proses pemungutan suara dan hasil akhir tidak diganggu oleh negara asing.
Laporan intelijen tersebut dirilis bersamaan dengan investigasi bersama oleh departemen Kehakiman dan Keamanan Dalam Negeri yang sampai pada kesimpulan serupa.
Laporan mereka mengatakan kampanye luas Rusia dan Iran yang menargetkan beberapa sektor infrastruktur penting memang membahayakan keamanan beberapa jaringan yang mengelola beberapa fungsi pemilu.
Tetapi ditekankan bahwa dugaan upaya interferensi sebagian besar tidak langsung.
"Kami tidak memiliki indikasi bahwa ada aktor asing yang mencoba mengganggu dengan mengubah aspek teknis apa pun dari proses pemungutan suara, termasuk pendaftaran pemilih, pemilihan suara, tabulasi suara, atau hasil pelaporan," bunyi dokumen itu.
Komunitas intelijen AS mengatakan Agustus lalu bahwa China, Rusia, dan Iran secara aktif mencoba ikut campur dalam pemilihan presiden yang akan datang.
Penilaian tersebut menemukan bahwa Rusia berusaha untuk "merendahkan" Biden. Penilaian itu juga menemukan bahwa China dan Iran ingin Trump kehilangan suara.
Rusia sendiri berulang kali membantah tuduhan campur tangan dalam pemilu AS.
"Moskow menyebarkan tuduhan yang menyesatkan atau tidak berdasar tentang pemenang akhir, Joe Biden," menurut laporan pemerintah AS seperti dikutip dari BBC, Rabu (17/3/2021).
Laporan setebal 15 halaman itu, yang dirilis Selasa oleh Kantor Direktur Intelijen Nasional, menguraikan apa yang dikatakannya sebagai "operasi pengaruh" yang didorong oleh Rusia dan juga Iran.
Dikatakan individu terkait Rusia telah menyebarkan klaim tidak berdasar tentang Presiden Biden menjelang pemilihan 3 November. Ia juga mengatakan kampanye disinformasi berusaha merusak kepercayaan dalam proses pemilu yang lebih luas.
"Beberapa orang yang terkait dengan intelijen Rusia juga mendorong narasi anti-Biden ke media, pejabat senior dan sekutu Trump," kata laporan itu.
Presiden Biden mengalahkan Trump dan dilantik pada 20 Januari.
Laporan itu menambahkan bahwa, sementara Rusia berusaha untuk meningkatkan peluang kemenangan Trump, Iran telah meluncurkan kampanye pengaruh terselubung multi-cabang dalam upaya untuk melemahkan dukungannya.
Mantan presiden AS, Donald Trump, memberlakukan kebijakan "tekanan maksimum" pada Iran, memberlakukan sanksi yang merusak dan meningkatkan perang kata-kata antara kedua negara.
Laporan itu juga menyimpulkan dengan "keyakinan tinggi" bahwa China, yang telah lama dituduh melakukan spionase dunia maya oleh Washington, memilih untuk tidak mengerahkan upaya campur tangan menjelang pemungutan suara.
"China mencari stabilitas dalam hubungannya dengan Amerika Serikat dan tidak melihat hasil pemilu sebagai cukup menguntungkan bagi China untuk mengambil risiko pukulan balik jika tertangkap," bunyi laporan itu.
Menurut laporan itu, proses pemungutan suara dan hasil akhir tidak diganggu oleh negara asing.
Laporan intelijen tersebut dirilis bersamaan dengan investigasi bersama oleh departemen Kehakiman dan Keamanan Dalam Negeri yang sampai pada kesimpulan serupa.
Laporan mereka mengatakan kampanye luas Rusia dan Iran yang menargetkan beberapa sektor infrastruktur penting memang membahayakan keamanan beberapa jaringan yang mengelola beberapa fungsi pemilu.
Tetapi ditekankan bahwa dugaan upaya interferensi sebagian besar tidak langsung.
"Kami tidak memiliki indikasi bahwa ada aktor asing yang mencoba mengganggu dengan mengubah aspek teknis apa pun dari proses pemungutan suara, termasuk pendaftaran pemilih, pemilihan suara, tabulasi suara, atau hasil pelaporan," bunyi dokumen itu.
Komunitas intelijen AS mengatakan Agustus lalu bahwa China, Rusia, dan Iran secara aktif mencoba ikut campur dalam pemilihan presiden yang akan datang.
Penilaian tersebut menemukan bahwa Rusia berusaha untuk "merendahkan" Biden. Penilaian itu juga menemukan bahwa China dan Iran ingin Trump kehilangan suara.
Rusia sendiri berulang kali membantah tuduhan campur tangan dalam pemilu AS.
(ian)