Pentagon Takut AS Akan Kalah Lebih Cepat dalam Konflik dengan China
loading...
A
A
A
Masih belum diketahui apakah rencana AS, yang dilaporkan mencakup pembangunan kapal yang lebih kecil serta kapal permukaan dan kapal selam otonom, akan dapat menghentikan kebangkitan China.
AS telah menghabiskan anggaran hampir tiga kali lebih banyak daripada China untuk pertahanan. Menurut data Stockholm International Peace Research Institute, Washington mengeluarkan lebih dari USD 732 miliar pada 2019. Sedangkan China mengeluarkan USD261 miliar untuk tahun yang sama.
Sekutu Amerika di NATO untuk wilayah Eropa dan di Timur Jauh, termasuk Jepang dan Korea Selatan, menempatkan pembelanjaan gabungan dari aliansi yang dipimpin AS itu lebih dari USD1 triliun.
Menurut Hinote, perencanaan militer China dibangun di sekitar skenario Taiwan, dengan perencana PLA memikirkan subjek "sepanjang waktu".
Perwira tersebut menyarankan bahwa satu-satunya harapan bagi AS dalam skenario Taiwan melawan China adalah jika AS dapat merancang kekuatan yang menciptakan "cukup ketidakpastian" dan menyebabkan para pemimpin China mempertanyakan apakah mereka dapat mencapai tujuan mereka secara militer.
“Sementara itu, meskipun Pentagon mulai memahami jenis kekuatan militer AS yang diperlukan untuk mencapai tujuan Strategi Pertahanan Nasional ... itu bukan kekuatan yang kami rencanakan dan bangun hari ini,” paparnya.
Ketegangan China dan AS atas Taiwan telah meningkat secara dramatis dalam minggu-minggu pertama Presiden Joe Biden menjabat, di mana Beijing mengerahkan pesawat tempur, pembom, dan pesawat perang elektronik di dekat Selat Taiwan, sedangkan AS mengirim kapal perang bersenjata rudal melintasi selat itu berulang kali, dengan yang terbaru pada Rabu lalu.
Pada hari Selasa, Kepala Komando Indo-Pasifik AS Laksamana Philip Davidson memperingatkan bahwa China mungkin akan mencaplok Taiwan dalam enam tahun ke depan, dan menyarankan bahwa kemungkinan ketegasan militer Beijing yang meningkat di Asia berisiko menciptakan situasi yang tidak menguntungkan bagi AS.
Minggu lalu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mendesak Washington untuk sepenuhnya memahami sensitivitas tinggi dari masalah Taiwan terhadap Beijing, dan untuk meninggalkan praktik berbahaya, melewati batas dan bermain api.
China menganggap Taiwan sebagai provinsinya yang memisahkan diri yang suatu hari akan ditundukkan. Para pemimpin negara pulau itu menolak nasib seperti itu dengn menimbun peralatan militer dari Washington.
AS telah menghabiskan anggaran hampir tiga kali lebih banyak daripada China untuk pertahanan. Menurut data Stockholm International Peace Research Institute, Washington mengeluarkan lebih dari USD 732 miliar pada 2019. Sedangkan China mengeluarkan USD261 miliar untuk tahun yang sama.
Sekutu Amerika di NATO untuk wilayah Eropa dan di Timur Jauh, termasuk Jepang dan Korea Selatan, menempatkan pembelanjaan gabungan dari aliansi yang dipimpin AS itu lebih dari USD1 triliun.
Menurut Hinote, perencanaan militer China dibangun di sekitar skenario Taiwan, dengan perencana PLA memikirkan subjek "sepanjang waktu".
Perwira tersebut menyarankan bahwa satu-satunya harapan bagi AS dalam skenario Taiwan melawan China adalah jika AS dapat merancang kekuatan yang menciptakan "cukup ketidakpastian" dan menyebabkan para pemimpin China mempertanyakan apakah mereka dapat mencapai tujuan mereka secara militer.
“Sementara itu, meskipun Pentagon mulai memahami jenis kekuatan militer AS yang diperlukan untuk mencapai tujuan Strategi Pertahanan Nasional ... itu bukan kekuatan yang kami rencanakan dan bangun hari ini,” paparnya.
Ketegangan China dan AS atas Taiwan telah meningkat secara dramatis dalam minggu-minggu pertama Presiden Joe Biden menjabat, di mana Beijing mengerahkan pesawat tempur, pembom, dan pesawat perang elektronik di dekat Selat Taiwan, sedangkan AS mengirim kapal perang bersenjata rudal melintasi selat itu berulang kali, dengan yang terbaru pada Rabu lalu.
Pada hari Selasa, Kepala Komando Indo-Pasifik AS Laksamana Philip Davidson memperingatkan bahwa China mungkin akan mencaplok Taiwan dalam enam tahun ke depan, dan menyarankan bahwa kemungkinan ketegasan militer Beijing yang meningkat di Asia berisiko menciptakan situasi yang tidak menguntungkan bagi AS.
Minggu lalu, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mendesak Washington untuk sepenuhnya memahami sensitivitas tinggi dari masalah Taiwan terhadap Beijing, dan untuk meninggalkan praktik berbahaya, melewati batas dan bermain api.
China menganggap Taiwan sebagai provinsinya yang memisahkan diri yang suatu hari akan ditundukkan. Para pemimpin negara pulau itu menolak nasib seperti itu dengn menimbun peralatan militer dari Washington.