98 Tewas dalam Ledakan di Pangkalan Militer Guinea Ekuatorial

Selasa, 09 Maret 2021 - 16:27 WIB
loading...
98 Tewas dalam Ledakan...
Jumlah korban tewas dalam ledakan di Guinea Ekuatorial lebih dari tiga kali lipat dari yang diperkirakan. Foto/en.ultimasnoticias.com.ve
A A A
BATA - Jumlah korban tewas dalam ledakan di pangkalan militer Guinea Ekuatorial lebih dari tiga kali lipat dari perkiraan awal. Presiden negara itu mengaitkan ledakan tersebt dengan kelalaian dan memerintahkan penyelidikan atas insiden tersebut.

"Sedikitnya 98 orang tewas akibat luka-luka yang diderita dalam serangkaian ledakan di Guinea Ekuatorial," kata Kementerian Kesehatan Guinea Ekuatorial setelah sukarelawan mencari mayat di reruntuhan seperti dikutip dari Deutsche Welle, Selasa (9/3/2021).

Jumlah ini tiga kali lipat dari perkiraan sebelumnya yaitu 31 tewas dalam ledakan yang terjadi pada Minggu sore di pangkalan militer di kota pantai Bata. Baik warga sipil maupun personel militer termasuk di antara korban.



"Setidaknya 615 orang terluka, 299 di antaranya masih dirawat di rumah sakit," kementerian kesehatan menulis di Twitter, mengutip wakil presiden.

Stasiun televisi TVGE memperlihatkan Wakil Presiden Teodoro Nguema Obiang Mangue mengunjungi sebuah rumah sakit di Bata tempat para korban ledakan dirawat.

Laporan media lokal menunjukkan anak-anak ditarik keluar dari bawah tumpukan beton yang rusak dan logam, serta mayat-mayat yang terbungkus seprai berbaris di sisi jalan.

Kementerian kesehatan juga men-tweet pada hari sebelumnya bahwa mereka telah menyiapkan "brigade kesehatan mental" yang terdiri dari psikiater, psikolog, dan perawat untuk menangani para korban ledakan di Bata.

"Karena kerusakan tidak hanya fisik tapi juga mental," kata kementerian Guinea Ekuatorial.

Diwartakan sebelumnya, ada empat ledakan yang mengguncang kota terbesar negara Afrika Tengah dan pusat ekonomi utama itu pada Minggu atau Senin kemarin. Ledakan awal terjadi sekitar pukul 13.00 waktu setempat.



Kebakaran di dekat gudang senjata di Pangkalan Militer Nkoantoma di kota itu diyakini telah menyebabkan ledakan tersebut.

Presiden Teodoro Obiang Nguema, ayah wakil presiden, menyebut ledakan itu sebagai kelalaian dan kurangnya perhatian terkait penanganan dinamit.

"Depot-depot yang menyimpan bahan peledak terbakar ketika tetangga di pertanian terdekat menyalakan api, dan api menyebar ke barak," katanya.

Dia mengatakan ledakan itu telah merusak hampir semua rumah dan bangunan di Bata, sebuah kota dengan lebih dari 200.000 penduduk, menambahkan bahwa dia telah memerintahkan penyelidikan untuk meminta pertanggungjawaban mereka.

Rumah sakit di kota itu kewalahan merawat pasien dan meminta donor darah.



Obiang Nguema telah memerintah Guinea Ekuatorial - bekas koloni Spanyol - sejak 1979, menjadi presiden Afrika tertua yang tetap menjabat.

Negara penghasil minyak itu berada di bawah tekanan ekonomi, menghadapi guncangan ganda karena pandemi virus Corona dan penurunan harga minyak mentah, yang menyumbang sekitar tiga perempat dari pendapatannya.

"Menyusul ledakan dahsyat di Bata kemarin...Spanyol akan melanjutkan pengiriman segera pengiriman bantuan kemanusiaan," tweet Menteri Luar Negeri Spanyol Arancha Gonzalez Laya.

(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1225 seconds (0.1#10.140)