Ada Bukti China Ingin Hancurkan Minoritas Muslim di Xinjiang
loading...
A
A
A
Menurut laporan itu, antara 1 juta dan 2 juta orang diduga telah ditahan di sebanyak 1.400 fasilitas interniran di luar hukum di Xinjiang oleh pemerintah China sejak 2014, ketika mereka meluncurkan kampanye yang seolah-olah menargetkan ekstremisme Islam.
Beijing mengklaim tindakan keras itu diperlukan setelah serangkaian serangan mematikan di Xinjiang dan bagian lain China, yang dikategorikan China sebagai terorisme.
Laporan tersebut merinci tuduhan pelecehan seksual, penyiksaan psikologis, percobaan pencucian otak budaya, dan sejumlah kematian yang tidak diketahui di dalam kamp.
"Tahanan Uighur di dalam kamp interniran dicabut kebutuhan dasarnya sebagai manusia, sangat dipermalukan dan menjadi sasaran perlakuan atau hukuman yang tidak manusiawi, termasuk kurungan isolasi tanpa makanan untuk waktu yang lama," klaim laporan itu.
"Bunuh diri telah menjadi begitu meluas sehingga para tahanan harus mengenakan seragam 'pengaman bunuh diri' dan dilarang mengakses materi yang rentan menyebabkan melukai diri sendiri," sambung laporan itu.
Laporan itu juga mengaitkan penurunan dramatis dalam angka kelahiran Uighur di seluruh wilayah - turun sekitar 33% antara 2017 dan 2018 - dengan dugaan penerapan program sterilisasi, aborsi, dan pengendalian kelahiran yang diberlakukan secara resmi oleh pemerintah China, yang dalam beberapa kasus dipaksakan kepada wanita tanpa persetujuan mereka.
Pemerintah China telah mengkonfirmasi penurunan angka kelahiran ke CNN tetapi mengklaim bahwa antara 2010 dan 2018 populasi Uighur di Xinjiang meningkat secara keseluruhan.
Laporan itu mengungkapkan selama tindakan keras tersebut, buku teks untuk budaya Uighur, sejarah dan sastra diduga dihapus dari kelas untuk anak-anak sekolah Xinjiang. Di kamp-kamp, para tahanan diajari bahasa Mandarin secara paksa dan digambarkan disiksa jika mereka menolak, atau tidak mampu, untuk berbicara.
Beijing mengklaim tindakan keras itu diperlukan setelah serangkaian serangan mematikan di Xinjiang dan bagian lain China, yang dikategorikan China sebagai terorisme.
Laporan tersebut merinci tuduhan pelecehan seksual, penyiksaan psikologis, percobaan pencucian otak budaya, dan sejumlah kematian yang tidak diketahui di dalam kamp.
"Tahanan Uighur di dalam kamp interniran dicabut kebutuhan dasarnya sebagai manusia, sangat dipermalukan dan menjadi sasaran perlakuan atau hukuman yang tidak manusiawi, termasuk kurungan isolasi tanpa makanan untuk waktu yang lama," klaim laporan itu.
"Bunuh diri telah menjadi begitu meluas sehingga para tahanan harus mengenakan seragam 'pengaman bunuh diri' dan dilarang mengakses materi yang rentan menyebabkan melukai diri sendiri," sambung laporan itu.
Laporan itu juga mengaitkan penurunan dramatis dalam angka kelahiran Uighur di seluruh wilayah - turun sekitar 33% antara 2017 dan 2018 - dengan dugaan penerapan program sterilisasi, aborsi, dan pengendalian kelahiran yang diberlakukan secara resmi oleh pemerintah China, yang dalam beberapa kasus dipaksakan kepada wanita tanpa persetujuan mereka.
Pemerintah China telah mengkonfirmasi penurunan angka kelahiran ke CNN tetapi mengklaim bahwa antara 2010 dan 2018 populasi Uighur di Xinjiang meningkat secara keseluruhan.
Laporan itu mengungkapkan selama tindakan keras tersebut, buku teks untuk budaya Uighur, sejarah dan sastra diduga dihapus dari kelas untuk anak-anak sekolah Xinjiang. Di kamp-kamp, para tahanan diajari bahasa Mandarin secara paksa dan digambarkan disiksa jika mereka menolak, atau tidak mampu, untuk berbicara.