Bersembunyi dan Dilindungi 24 Jam, Politisi Anti-Islam Belanda Tak Menyesal
loading...
A
A
A
AMSTERDAM - Politisi anti-Islam Belanda , Geert Wilders, mengatakan dia tidak menyesal atas berbagai tindakannya yang memicu kemarahan komunitas Muslim dunia. Dia saat ini tinggal di persembunyian dan mendapat perlindungan 24 jam dari negara.
Dalam kondisi bersembunyi, Wilders siap untuk meningkatkan kampanyenya melawan imigrasi meskipun krisis virus corona akan mendominasi isu dalam pemilu Belanda minggu depan.
Pernah dijuluki "Trump-nya Belanda" karena rambut pirangnya yang memutih dan retorika yang menghasut, Wilders kini lebih fokus pada isu perawatan kesehatan dan menentang pembatasan lockdown selama kampanye pemilu.
Partainya, Partai Kebebasan (PVV), menjadi partai terbesar kedua di parlemen pada pemilu 2017. Namun, politisi 57 tahun itu mengakui bahwa Perdana Menteri Rutte masih berada di jalur untuk menang.
"Pemerintah saat ini agak populer sekarang—setidaknya, perdana menteri—tetapi sekali lagi, pada saat krisis orang cenderung mengerahkan diri di sekitar bendera,” kata Wilders kepada AFP dalam sebuah wawancara di parlemen Belanda yang dilansir Selasa (9/3/2021).
“Masalah lain seperti imigrasi masih penting. Untuk pemilih saya, itu masih nomor satu. Tapi jika Anda melihat rata-rata orang Belanda, corona memang masalah nomor satu,” paparnya.
Meskipun demikian, Wilders mengatakan dia melihat tidak perlu untuk melepaskan retorika anti-imigrasi dan anti-Islam yang telah menentukan karier politiknya selama dua dekade.
“Imigrasi imigran non-Barat merupakan masalah eksistensial,” kata Wilders. "Saya percaya kita bahkan harus melangkah, untuk berinvestasi lebih banyak dalam mewujudkan kebijakan ini (menentang imigrasi)."
Rutte dan partai-partai lain telah berjanji untuk mengecualikan Wilders dari koalisi mana pun, sebuah tindakan yang oleh ketua Partai Kebebasan itu disebut "sangat tidak demokratis".
Dalam kondisi bersembunyi, Wilders siap untuk meningkatkan kampanyenya melawan imigrasi meskipun krisis virus corona akan mendominasi isu dalam pemilu Belanda minggu depan.
Pernah dijuluki "Trump-nya Belanda" karena rambut pirangnya yang memutih dan retorika yang menghasut, Wilders kini lebih fokus pada isu perawatan kesehatan dan menentang pembatasan lockdown selama kampanye pemilu.
Partainya, Partai Kebebasan (PVV), menjadi partai terbesar kedua di parlemen pada pemilu 2017. Namun, politisi 57 tahun itu mengakui bahwa Perdana Menteri Rutte masih berada di jalur untuk menang.
"Pemerintah saat ini agak populer sekarang—setidaknya, perdana menteri—tetapi sekali lagi, pada saat krisis orang cenderung mengerahkan diri di sekitar bendera,” kata Wilders kepada AFP dalam sebuah wawancara di parlemen Belanda yang dilansir Selasa (9/3/2021).
“Masalah lain seperti imigrasi masih penting. Untuk pemilih saya, itu masih nomor satu. Tapi jika Anda melihat rata-rata orang Belanda, corona memang masalah nomor satu,” paparnya.
Meskipun demikian, Wilders mengatakan dia melihat tidak perlu untuk melepaskan retorika anti-imigrasi dan anti-Islam yang telah menentukan karier politiknya selama dua dekade.
“Imigrasi imigran non-Barat merupakan masalah eksistensial,” kata Wilders. "Saya percaya kita bahkan harus melangkah, untuk berinvestasi lebih banyak dalam mewujudkan kebijakan ini (menentang imigrasi)."
Rutte dan partai-partai lain telah berjanji untuk mengecualikan Wilders dari koalisi mana pun, sebuah tindakan yang oleh ketua Partai Kebebasan itu disebut "sangat tidak demokratis".