Pantas Jadi Panutan, Ini Jejak 10 Filsuf Paling Berpengaruh di Abad ke-20
loading...
A
A
A
4. Jacques Derrida (Prancis-Aljazair)
Jacques Derrida merupakan filsuf Prancis kelahiran Aljazair. Ia pernah kuliah dan mengajar di Ecole Normale Superieure di Paris serta mendapat gelar doctor Honoris Causa di Universitas Cambridge. Derrida dikenal sebagai filsuf penggagas teori dekonstruksi. Teori ini menolak pemikiran tentang ada sebagai kehadiran. Dia mengkritik adanya paham Rasionalisme Barat. Derrida beranggapan bahwa filsafat bukan lagi suatu representasi kebenaran.
5. Leo Strauss (Jerman-AS)
Leo Strauss (20 September 1899 - 18 Oktober 1973) adalah filsuf dan klasikis politik Jerman-Amerika yang berspesialisasi dalam filsafat politik klasik.Terlatih dalam tradisi neo-Kantian bersama Ernst Cassirer dan tenggelam dalam karya ahli fenomenologi Edmund Husserl dan Martin Heidegger, Strauss kemudian memfokuskan penelitiannya pada teks-teks Yunani Plato dan Aristoteles, menelusuri kembali interpretasi mereka melalui filsafat Islam dan Yahudi abad pertengahan dan mendorong penerapan ide-ide itu pada teori politik kontemporer.
6. Noam Chomsky (AS)
Noam Chomsky (lahir 7 Desember 1928) dikenal sebagai seorang filsuf politik, sekaligus aktivis sosial politik Amerika Serikat. Di bidang akademis ia seorang profesor linguistik dari Institut Teknologi Massaachusetts (ITM). Salah satu reputasi Chomsky di bidang linguistik terpahat lewat teorinya tentang tata bahasa generatif. (Baca juga: Strategi tipu Muslihat yang Berhasil Memenangkan 8 Peperangan Besar)
Kepakarannya di bidang linguistik ini mengantarkannya merambah ke studi politik. Chomsky telah menulis lebih dari 30 buku politik, dengan beragam tema. Sejak 1965 hingga kini, dia menjelma menjadi salah satu tokoh intelektual yang paling kritis terhadap kebijakan luar negeri AS.
7. Judith Jarvis Thomson (AS)
Jacques Derrida merupakan filsuf Prancis kelahiran Aljazair. Ia pernah kuliah dan mengajar di Ecole Normale Superieure di Paris serta mendapat gelar doctor Honoris Causa di Universitas Cambridge. Derrida dikenal sebagai filsuf penggagas teori dekonstruksi. Teori ini menolak pemikiran tentang ada sebagai kehadiran. Dia mengkritik adanya paham Rasionalisme Barat. Derrida beranggapan bahwa filsafat bukan lagi suatu representasi kebenaran.
5. Leo Strauss (Jerman-AS)
Leo Strauss (20 September 1899 - 18 Oktober 1973) adalah filsuf dan klasikis politik Jerman-Amerika yang berspesialisasi dalam filsafat politik klasik.Terlatih dalam tradisi neo-Kantian bersama Ernst Cassirer dan tenggelam dalam karya ahli fenomenologi Edmund Husserl dan Martin Heidegger, Strauss kemudian memfokuskan penelitiannya pada teks-teks Yunani Plato dan Aristoteles, menelusuri kembali interpretasi mereka melalui filsafat Islam dan Yahudi abad pertengahan dan mendorong penerapan ide-ide itu pada teori politik kontemporer.
6. Noam Chomsky (AS)
Noam Chomsky (lahir 7 Desember 1928) dikenal sebagai seorang filsuf politik, sekaligus aktivis sosial politik Amerika Serikat. Di bidang akademis ia seorang profesor linguistik dari Institut Teknologi Massaachusetts (ITM). Salah satu reputasi Chomsky di bidang linguistik terpahat lewat teorinya tentang tata bahasa generatif. (Baca juga: Strategi tipu Muslihat yang Berhasil Memenangkan 8 Peperangan Besar)
Kepakarannya di bidang linguistik ini mengantarkannya merambah ke studi politik. Chomsky telah menulis lebih dari 30 buku politik, dengan beragam tema. Sejak 1965 hingga kini, dia menjelma menjadi salah satu tokoh intelektual yang paling kritis terhadap kebijakan luar negeri AS.
7. Judith Jarvis Thomson (AS)