Ilmuwan Senjata Kimia Rezim Suriah Diduga Jadi Mata-mata CIA

Selasa, 23 Februari 2021 - 07:00 WIB
loading...
Ilmuwan Senjata Kimia Rezim Suriah Diduga Jadi Mata-mata CIA
Demonstrasi di Istanbul, Turki, menentang penggunaan senjata kimia rezim Suriah. Foto/Abdullah Coskun/Anadolu Agency
A A A
DAMASKUS - Ilmuwan top program senjata kimia Suriah itu diduga telah menjadi mata-mata untuk CIA Amerika Serikat (AS) selama bertahun-tahun sambil bekerja untuk memajukan kemampuan rezim pemerintah Presiden Bashar al-Assad .

Dugaan itu muncul dalam sebuah buku baru yang diterbitkan minggu ini. Buku "Red Line: The Unraveling of Syria and America's Race to Destroy the Most Dangerous Arsenal in the World", yang ditulis oleh jurnalis Amerika pemenang penghargaan Joby Warrick, mengungkapkan perjalanan dan peran ilmuwan dalam program senjata kimia Damaskus sambil memberikan informasi kepada AS.



Ilmuwan—yang identitasnya dirahasiakan oleh penulis tetapi disebut sebagai "Ayman"—kembali ke Suriah setelah belajar di AS selama 1980-an dengan beasiswa.

Dia kemudian menjadi peneliti senior dalam program senjata kimia rahasia bernama Institute 3000, yang secara diam-diam merupakan bagian dari Syria's Scientific Studies and Research Centre (SSRC), lembaga yang didirikan oleh ayah Presiden Bashar Al-Assad, Hafez, yang memimpin pengembangan senjata kimia rezim.

Menurut buku Warrick, yang mengutip wawancara dengan seorang pembangkang Suriah yang mengenal ilmuwan tersebut dan dengan tiga mantan pejabat intelijen AS yang mengetahui kasus ini, Ayman menghubungi Central Intelligence Agency (CIA) dalam usianya 30-an tahun saat berada di sebuah konferensi di Eropa selama pertengahan 1990-an.

Dia kemudian mulai memberi tahu agensi tentang hal-hal rahasia seperti sampel agen saraf yang sedang dikerjakan oleh Institute 3000 setelah seorang petugas CIA mendekatinya di Damaskus. "Menerima pembayaran rutin dalam bentuk transfer tunai ke rekening bank asing," tulis Warrick, seperti dikutip Middle East Monitor, Selasa (23/2/2021).



Namun, itu dilaporkan berakhir pada akhir 2001, ketika dinas intelijen Suriah membawa ilmuwan itu untuk diinterogasi karena laporan kasus kecil bahwa dia telah meminta pembayaran untuk pemasok asing SSRC sebagai imbalan untuk mengajukan mereka untuk kontrak lebih lanjut.

Salah mengira bahwa para interogator mengetahui tentang kontaknya dengan CIA, dia mengakui segalanya kepada mereka, dan kemudian ditahan dan dieksekusi oleh regu tembak di Penjara Adra pada 7 April 2002.

Meskipun rezim Assad telah menghancurkan sebagian besar cadangan senjata kimianya pada tahun 2013 karena permintaan dan kemarahan internasional setelah penggunaannya terhadap warga sipil Suriah dan larangannya di bawah hukum internasional, SSRC masih beroperasi hingga hari ini dan diperkirakan masih mengembangkan arsenal senjata kimianya.

Bulan lalu, PBB mengakui bahwa tidak yakin apakah Suriah benar-benar telah menghilangkan persediaan senjata kimianya, dan bulan ini PBB mendesak rezim tersebut untuk bekerja sama dengan upaya untuk melepaskan diri dari senjata yang telah digunakannya dalam perang sipil yang sedang berlangsung.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1887 seconds (0.1#10.140)