Dituduh Jadi Mata-mata, Inggris Usir Tiga Jurnalis China
loading...
A
A
A
LONDON - Tiga jurnalis yang diduga bekerja sebagai mata-mata China diminta meninggalkan Inggris tahun lalu.
Kepergian mereka, pertama kali dilaporkan oleh Daily Telegraph. Menurut laporan itu, pengusiran terjadi karena mereka tiba dengan visa jurnalisme tetapi diyakini bekerja untuk Kementerian Keamanan Negara China, bagian dari aparat intelijen Beijing.
Kepergian mereka tak banyak diungkap media dan tidak terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
Kantor Dalam Negeri Inggris menolak mengomentari laporan tersebut.
Lihat infografis: Perusahaan China Bangun Kota di Depan Pintu Australia
Tidak jelas organisasi media tempat mereka bekerja. Kedutaan Besar (Kedubes) China di London telah dihubungi untuk memberikan komentar.
Lihat video: Masuk Masjidil Haram Pakai Barcode, Jamaah Umrah Diberi Waktu 3 Jam
Pengungkapan itu muncul setelah Ofcom pada Kamis mencabut izin badan penyiaran pemerintah China CGTN untuk beroperasi di Inggris.
Regulator penyiaran mengatakan perusahaan yang memiliki izin itu tidak memiliki kontrol sehari-hari atas saluran yang melanggar aturan.
Keputusan itu tidak terkait dengan pemberitaan tentang ketiga jurnalis China tersebut.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan pihaknya "sangat menentang" keputusan Ofcom.
Sementara itu, pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan pihaknya "sangat terganggu" oleh laporan BBC yang merinci tuduhan pemerkosaan sistematis terhadap wanita Uighur di kamp-kamp China.
"Kekejaman ini mengejutkan hati nurani dan harus dihadapi dengan konsekuensi serius," ungkap seorang juru bicara pemerintah AS.
Menteri pemerintah Inggris, Nigel Adams, mengatakan kepada parlemen bahwa laporan tersebut menunjukkan "tindakan jahat yang jelas".
Menurut perkiraan, lebih dari satu juta etnis Uighur dan minoritas lainnya telah ditahan di kamp-kamp di China.
Investigasi yang diterbitkan BBC pada Rabu berisi kesaksian langsung dari para korban pemerkosaan sistematis, pelecehan seksual dan penyiksaan terhadap tahanan wanita oleh polisi dan penjaga China.
Lihat Juga: Raja Charles III Ambil Barang Berharga dari Rumah Pangeran Andrew, Kesal Perintahnya Tak Dipatuhi
Kepergian mereka, pertama kali dilaporkan oleh Daily Telegraph. Menurut laporan itu, pengusiran terjadi karena mereka tiba dengan visa jurnalisme tetapi diyakini bekerja untuk Kementerian Keamanan Negara China, bagian dari aparat intelijen Beijing.
Kepergian mereka tak banyak diungkap media dan tidak terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
Kantor Dalam Negeri Inggris menolak mengomentari laporan tersebut.
Lihat infografis: Perusahaan China Bangun Kota di Depan Pintu Australia
Tidak jelas organisasi media tempat mereka bekerja. Kedutaan Besar (Kedubes) China di London telah dihubungi untuk memberikan komentar.
Lihat video: Masuk Masjidil Haram Pakai Barcode, Jamaah Umrah Diberi Waktu 3 Jam
Pengungkapan itu muncul setelah Ofcom pada Kamis mencabut izin badan penyiaran pemerintah China CGTN untuk beroperasi di Inggris.
Regulator penyiaran mengatakan perusahaan yang memiliki izin itu tidak memiliki kontrol sehari-hari atas saluran yang melanggar aturan.
Keputusan itu tidak terkait dengan pemberitaan tentang ketiga jurnalis China tersebut.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan pihaknya "sangat menentang" keputusan Ofcom.
Sementara itu, pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan pihaknya "sangat terganggu" oleh laporan BBC yang merinci tuduhan pemerkosaan sistematis terhadap wanita Uighur di kamp-kamp China.
"Kekejaman ini mengejutkan hati nurani dan harus dihadapi dengan konsekuensi serius," ungkap seorang juru bicara pemerintah AS.
Menteri pemerintah Inggris, Nigel Adams, mengatakan kepada parlemen bahwa laporan tersebut menunjukkan "tindakan jahat yang jelas".
Menurut perkiraan, lebih dari satu juta etnis Uighur dan minoritas lainnya telah ditahan di kamp-kamp di China.
Investigasi yang diterbitkan BBC pada Rabu berisi kesaksian langsung dari para korban pemerkosaan sistematis, pelecehan seksual dan penyiksaan terhadap tahanan wanita oleh polisi dan penjaga China.
Lihat Juga: Raja Charles III Ambil Barang Berharga dari Rumah Pangeran Andrew, Kesal Perintahnya Tak Dipatuhi
(sya)