Laksamana AS: Perang Nuklir dengan Rusia atau China Kemungkinan Nyata
loading...
A
A
A
Rezim Trump memicu ketegangan dengan Beijing selama pandemi. Trump terus-menerus menyebut COVID-19 sebagai "virus China" setelah wabah dimulai di Wuhan.
Rezimnya berhenti hanya karena malu mendukung teori konspirasi bahwa virus itu buatan manusia dan telah bocor dari laboratorium Wuhan.
Sesaat sebelum Biden mengambil alih kekuasaan, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengEklaim Departemen Pertahanan memiliki bukti bahwa para ilmuwan Wuhan jatuh sakit dengan gejala yang mirip dengan virus corona pada 2019.
Dia kemudian mendeklasifikasi intelijen yang juga mengeklaim laboratorium tersebut memiliki hubungan rahasia dengan militer China.
Beijing menyangkal kedua klaim tersebut, dan mengatakan wabah itu dimulai di komunitas Wuhan.
Kepresidenan Biden secara luas diharapkan untuk fokus pada upaya diplomasi, dalam upaya menstabilkan hubungan AS dengan kekuatan-kekuatan utama yang melemah selama tahun-tahun Trump.
Richard menulis dalam analisisnya bahwa China bisa menjadi "rekan strategis" AS.
Namun dia memperingatkan Beijing telah berinvestasi dalam sistem rudal hipersonik dan konvensional canggih, bersama dengan pembom jarak jauh berkemampuan nuklir.
"[Negara] kekuatan telah menimbun senjata nuklir dengan kecepatan yang bisa berlipat ganda [jika tidak tiga atau empat kali lipat] selama dekade berikutnya," klaim Richard, tanpa menyebut nama negara.
Rezimnya berhenti hanya karena malu mendukung teori konspirasi bahwa virus itu buatan manusia dan telah bocor dari laboratorium Wuhan.
Sesaat sebelum Biden mengambil alih kekuasaan, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengEklaim Departemen Pertahanan memiliki bukti bahwa para ilmuwan Wuhan jatuh sakit dengan gejala yang mirip dengan virus corona pada 2019.
Dia kemudian mendeklasifikasi intelijen yang juga mengeklaim laboratorium tersebut memiliki hubungan rahasia dengan militer China.
Beijing menyangkal kedua klaim tersebut, dan mengatakan wabah itu dimulai di komunitas Wuhan.
Kepresidenan Biden secara luas diharapkan untuk fokus pada upaya diplomasi, dalam upaya menstabilkan hubungan AS dengan kekuatan-kekuatan utama yang melemah selama tahun-tahun Trump.
Richard menulis dalam analisisnya bahwa China bisa menjadi "rekan strategis" AS.
Namun dia memperingatkan Beijing telah berinvestasi dalam sistem rudal hipersonik dan konvensional canggih, bersama dengan pembom jarak jauh berkemampuan nuklir.
"[Negara] kekuatan telah menimbun senjata nuklir dengan kecepatan yang bisa berlipat ganda [jika tidak tiga atau empat kali lipat] selama dekade berikutnya," klaim Richard, tanpa menyebut nama negara.