Dubes Rusia: Saya Tak Percaya Jenderal AS Ingin Perang Nuklir dengan Moskow
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Duta Besar (dubes) Rusia untuk Amerika Serikat (AS) Anatoly Antonov mengatakan dia percaya bahwa ada jenderal waras Amerika yang benar-benar mempertimbangkan untuk perang senjata nuklir skala penuh dengan Moskow.
"Saya yakin gagasan seperti itu akan muncul di benak beberapa politisi yang tidak sehat," kata Antonov.
Diplomat itu mengatakan kesepakatan internasional seperti perjanjian New START membantu mencegah politisi tertentu di AS mendorong dunia melewati ujung konfrontasi nuklir. Dia lebih lanjut mengomentari perpanjangan yang baru-baru ini dicapai untuk perjanjian pengurangan senjata nuklir terakhir yang tersisa antara kedua negara, dengan mengatakan bahwa hal itu tidak akan memengaruhi jumlah inspeksi pemantauan yang diamanatkan di bawah New START.
Antonov melanjutkan, Rusia dan AS akan terus bekerja pada masalah pengendalian senjata. "Pekerjaan itu akan sangat sulit dan rumit," ujarnya, seperti dikutip Sputniknews, Kamis (4/2/2021).
Menurutnya, pembicaraan tidak hanya menyentuh masalah yang ada, tetapi juga yang sedang berkembang, seperti sistem persenjataan mutakhir. Dubes Antonov menyebut sistem pertahanan rudal AS di Eropa, rudal jarak pendek dan menengah, kemampuan serangan global, senjata hipersonik, dan persenjataan luar angkasa di masa depan sebagai hal-hal yang kemungkinan besar akan menjadi agenda pembicaraan di masa depan.
AS, di era Donald Trump, telah menarik diri dari Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) dengan dalih Rusia melanggar perjanjian tersebut. Moskow membantah klaim bahwa mereka telah melanggar kesepakatan, yang melarang rudal yang mampu menempuh jarak antara 500 hingga 5.500 kilometer. Moskow sendiri mempertanyakan kepatuhan AS terhadap perjanjian tersebut.
Pada saat yang sama, kedua negara berhasil menemukan titik temu pada kesepakatan New START, yang perpanjangannya mulai berlaku pada 3 Februari. Perjanjian, yang ditandatangani kembali pada tahun 2010, diperpanjang selama lima tahun lagi tanpa perubahan setelah hampir berakhir.
Pembicaraan dengan pemerintah AS sebelumnya pada tahun 2020 terhenti karena upaya Washington untuk mengubah ketentuan perjanjian dan memasukkan China ke dalamnya. Pemerintahan Joe Biden, yang dilantik pada tanggal 20 Januari lalu, berhasil menyelesaikan negosiasi hanya beberapa hari sebelum perjanjian New START berakhir.
"Saya yakin gagasan seperti itu akan muncul di benak beberapa politisi yang tidak sehat," kata Antonov.
Diplomat itu mengatakan kesepakatan internasional seperti perjanjian New START membantu mencegah politisi tertentu di AS mendorong dunia melewati ujung konfrontasi nuklir. Dia lebih lanjut mengomentari perpanjangan yang baru-baru ini dicapai untuk perjanjian pengurangan senjata nuklir terakhir yang tersisa antara kedua negara, dengan mengatakan bahwa hal itu tidak akan memengaruhi jumlah inspeksi pemantauan yang diamanatkan di bawah New START.
Antonov melanjutkan, Rusia dan AS akan terus bekerja pada masalah pengendalian senjata. "Pekerjaan itu akan sangat sulit dan rumit," ujarnya, seperti dikutip Sputniknews, Kamis (4/2/2021).
Menurutnya, pembicaraan tidak hanya menyentuh masalah yang ada, tetapi juga yang sedang berkembang, seperti sistem persenjataan mutakhir. Dubes Antonov menyebut sistem pertahanan rudal AS di Eropa, rudal jarak pendek dan menengah, kemampuan serangan global, senjata hipersonik, dan persenjataan luar angkasa di masa depan sebagai hal-hal yang kemungkinan besar akan menjadi agenda pembicaraan di masa depan.
AS, di era Donald Trump, telah menarik diri dari Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) dengan dalih Rusia melanggar perjanjian tersebut. Moskow membantah klaim bahwa mereka telah melanggar kesepakatan, yang melarang rudal yang mampu menempuh jarak antara 500 hingga 5.500 kilometer. Moskow sendiri mempertanyakan kepatuhan AS terhadap perjanjian tersebut.
Pada saat yang sama, kedua negara berhasil menemukan titik temu pada kesepakatan New START, yang perpanjangannya mulai berlaku pada 3 Februari. Perjanjian, yang ditandatangani kembali pada tahun 2010, diperpanjang selama lima tahun lagi tanpa perubahan setelah hampir berakhir.
Pembicaraan dengan pemerintah AS sebelumnya pada tahun 2020 terhenti karena upaya Washington untuk mengubah ketentuan perjanjian dan memasukkan China ke dalamnya. Pemerintahan Joe Biden, yang dilantik pada tanggal 20 Januari lalu, berhasil menyelesaikan negosiasi hanya beberapa hari sebelum perjanjian New START berakhir.
(min)