Hampir 10 Bulan Mengingtai Iran, Kapal Induk AS Dipulangkan
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Kapal induk USS Nimitz sedang dalam perjalanan pulang ke Amerika Serikat (AS) setelah hampir 10 bulan beroperasi di Timur Tengah untuk memantau militer Iran .
Pentagon pada hari Selasa mengonfirmasi pemulangan kapal induk tersebut.
USS Nimitz, satu-satunya kapal induk Angkatan Laut AS yang beroperasi di Timur Tengah, telah meninggalkan Laut Arab dan Armada ke-5 setelah dikerahkan selama lebih dari 270 hari, penempatan yang sangat lama.
Juru bicara Pentagon, John Kirby, mengatakan kapal itu saat ini berada di Indo-Pasifik dalam perjalanan pulang ke Amerika Serikat.
Baca Juga: Setir Kontroversial Tesla, di Amerika Ilegal, di Belanda Legal
Dia menyebut langkah tersebut sebagai "tindakan penyeimbangan" antara persyaratan dan kemampuan militer AS, dan bukan tanggapan atas "bagian tertentu dari intelijen di bagian dunia tertentu".
"Kami tidak membuat keputusan seperti ini begitu saja dan ada banyak faktor, terutama ketika Anda berurusan dengan kelompok tempur yang telah berada di laut dan dikerahkan selama ini—hampir 10 bulan—jadi Anda harus mempertimbangkan keausan pada kapal itu sendiri serta pengaruhnya terhadap pelaut," kata Kirby, seperti dikutip The Hill, Rabu (3/2/2021).
Baca Juga: Mengejutkan, Jeff Bezos Siap Mundur dari CEO Amazon Tahun Ini
Menteri Pertahanan Lloyd Austin percaya bahwa kami AS memiliki kehadiran yang kuat di Timur Tengah untuk merespons dan dia terus berdiskusi. Dia yakin bahwa langkah ini demi kepentingan nasional.
Pentagon pada hari Selasa mengonfirmasi pemulangan kapal induk tersebut.
USS Nimitz, satu-satunya kapal induk Angkatan Laut AS yang beroperasi di Timur Tengah, telah meninggalkan Laut Arab dan Armada ke-5 setelah dikerahkan selama lebih dari 270 hari, penempatan yang sangat lama.
Juru bicara Pentagon, John Kirby, mengatakan kapal itu saat ini berada di Indo-Pasifik dalam perjalanan pulang ke Amerika Serikat.
Baca Juga: Setir Kontroversial Tesla, di Amerika Ilegal, di Belanda Legal
Dia menyebut langkah tersebut sebagai "tindakan penyeimbangan" antara persyaratan dan kemampuan militer AS, dan bukan tanggapan atas "bagian tertentu dari intelijen di bagian dunia tertentu".
"Kami tidak membuat keputusan seperti ini begitu saja dan ada banyak faktor, terutama ketika Anda berurusan dengan kelompok tempur yang telah berada di laut dan dikerahkan selama ini—hampir 10 bulan—jadi Anda harus mempertimbangkan keausan pada kapal itu sendiri serta pengaruhnya terhadap pelaut," kata Kirby, seperti dikutip The Hill, Rabu (3/2/2021).
Baca Juga: Mengejutkan, Jeff Bezos Siap Mundur dari CEO Amazon Tahun Ini
Menteri Pertahanan Lloyd Austin percaya bahwa kami AS memiliki kehadiran yang kuat di Timur Tengah untuk merespons dan dia terus berdiskusi. Dia yakin bahwa langkah ini demi kepentingan nasional.