Diduga Dikudeta Militer Myanmar, Inilah Sosok Aung San Suu Kyi

Senin, 01 Februari 2021 - 07:56 WIB
loading...
Diduga Dikudeta Militer Myanmar, Inilah Sosok Aung San Suu Kyi
Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi ditangkap militer, Senin (2/1/2021). Diduga terjadi kudeta militer. Foto/REUTERS
A A A
YANGON - Kudeta militer diduga sedang terjadi di Myanmar setelah pemimpin de facto Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint ditangkap pasukan militer pagi ini (1/2/2021). Siapa sosok Suu Kyi yang dijuluki sebagai "the Lady" Myanmar ini?

Aung San Suu Kyi memimpin partainya; Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), dalam pemungutan suara pemilu Myanmar 8 November 2020. Itu merupakan pemilu kedua Myanmar sejak berakhirnya pemerintahan junta militer pada tahun 2011.



Berikut adalah beberapa fakta tentang pemimpin de facto berusia 75 tahun yang naik ke tampuk kekuasaan setelah menang telak dalam pemilu 2015, yang mendirikan pemerintahan sipil pertama di negara Asia Tenggara itu dalam setengah abad.

1. Aung San Suu Kyi adalah putri pahlawan kemerdekaan Aung San. Sang ayah dibunuh ketika Suu Kyi berusia dua tahun. Pemimpin perempuan ini menghabiskan sebagian besar masa mudanya di luar negeri. Di Universitas Oxford, dia bertemu dengan akademisi Inggris Michael Aris, yang kemudian menjadi suaminya. Mereka memiliki dua putra dan menetap di Oxford.

2. Pada tahun 1988, Suu Kyi kembali ke Yangon, kemudian ke ibu kota, untuk merawat ibunya yang sekarat. Di sana, dia terseret dalam protes yang dipimpin mahasiswa terhadap militer, yang telah berkuasa sejak kudeta tahun 1962.



3. Sejak kembali ke negaranya, Suu Kyi muncul sebagai seorang pembicara publik yang fasih. Dia adalah kandidat untuk memimpin gerakan, tetapi protes dihancurkan, para pemimpinnya terbunuh dan dipenjara. Dia kemudian dipenjara di rumah keluarganya di tepi danau, di mana dia tinggal sebagai tahanan rumah sampai tahun 2010, meskipun dibebaskan sebentar dari rumah dan ditangkap lagi.

4. Setelah 2010, Suu Kyi membuat keputusan untuk tetap berada di Myanmar untuk memimpin kampanye demokrasi. Meskipun militer menjelaskan bahwa dia boleh pergi, dia khawatir dia tidak akan diizinkan kembali ke negaranya.

5. Dia dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1991, yang dikampanyekan oleh putra tertuanya; Alexander, atas namanya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1213 seconds (0.1#10.140)