Perusahaan China Ini Dicurigai Hendak Mengoleksi DNA Orang-orang AS
loading...
A
A
A
WASHINGTON - BGI Group, sebuah perusahaan China , menawarkan untuk membangun laboratorium tes COVID-19 di Amerika Serikat (AS) pada awal pandemi. Pejabat intelijen Washington curiga itu merupakan upaya untuk mengumpulkan DNA orang-orang Amerika.
BGI Group, yang disebut-sebut sebagai perusahaan bioteknologi terbesar di dunia, menawarkan untuk membangun dan menjalankan laboratorium tes virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 di Washington, New York dan California.
Tawaran itu menimbulkan kecurigaan bagi Direktur Pusat Keamanan dan Kontraintelijen, Bill Evanina. Dia memperingatkan negara-negara bagian AS itu tidak menyetujui tawaran BGI Group.
"Kekuatan asing dapat mengumpulkan, menyimpan dan mengeksploitasi informasi biometrik dari tes COVID," kata Evanina dalam pemberitahuan publik di program 60 Minutes, yang dilansir Fox News, Sabtu (30/1/2021).
Evanina, seperti banyak pejabat AS lainnya, khawatir China akan menggunakan perusahaan seperti BGI Group untuk mengumpulkan biodata, yang menurutnya merupakan ancaman keamanan nasional karena dunia mulai lebih memperhatikan aset tersebut.
Menurutnya, biodata dapat menentukan jalur perawatan kesehatan, menunjukkan jenis masalah medis yang lazim sekarang atau di masa depan, memungkinkan entitas untuk membuat monopoli atas terapi atau obat-obatan yang diperlukan untuk mengobatinya.
"Ini menunjukkan pola pikir jahat Partai Komunis China, untuk memanfaatkan krisis dunia seperti COVID," kata Evanina. "Kami memberikan nasihat kepada tidak hanya setiap orang Amerika, tetapi juga untuk rumah sakit, asosiasi, dan klinik."
"Mengetahui bahwa BGI adalah perusahaan China, apakah kita mengerti kemana perginya datanya?," paparnya.
Evanina mengatakan dia yakin China bergerak agresif untuk mengendalikan komoditas yang saat ini tidak dihargai oleh kebanyakan orang.
Dia diduga telah mencegah negara-negara bagian AS untuk menerima tawaran BGI Group. Namun, Evanina memperingatkan bahwa perusahaan China telah berinvestasi di perusahaan biotek AS selama bertahun-tahun. BGI telah mengembangkan kemitraan dengan rumah sakit AS jauh sebelum pandemi dimulai.
"Ini masa lalu dan masa depan Anda serta masa depan anak-anak Anda," kata Evanina.
"Ini sangat berisiko dan saya pikir yang tidak diketahui mungkin adalah bagian yang paling berisiko."
BGI Group membantah dugaan motivasi tersebut. "Gagasan bahwa data genom warga Amerika dengan cara apapun dikompromikan melalui aktivitas BGI di AS tidak berdasar," kata BGI dalam sebuah pernyataan.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
BGI Group, yang disebut-sebut sebagai perusahaan bioteknologi terbesar di dunia, menawarkan untuk membangun dan menjalankan laboratorium tes virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 di Washington, New York dan California.
Tawaran itu menimbulkan kecurigaan bagi Direktur Pusat Keamanan dan Kontraintelijen, Bill Evanina. Dia memperingatkan negara-negara bagian AS itu tidak menyetujui tawaran BGI Group.
"Kekuatan asing dapat mengumpulkan, menyimpan dan mengeksploitasi informasi biometrik dari tes COVID," kata Evanina dalam pemberitahuan publik di program 60 Minutes, yang dilansir Fox News, Sabtu (30/1/2021).
Evanina, seperti banyak pejabat AS lainnya, khawatir China akan menggunakan perusahaan seperti BGI Group untuk mengumpulkan biodata, yang menurutnya merupakan ancaman keamanan nasional karena dunia mulai lebih memperhatikan aset tersebut.
Menurutnya, biodata dapat menentukan jalur perawatan kesehatan, menunjukkan jenis masalah medis yang lazim sekarang atau di masa depan, memungkinkan entitas untuk membuat monopoli atas terapi atau obat-obatan yang diperlukan untuk mengobatinya.
"Ini menunjukkan pola pikir jahat Partai Komunis China, untuk memanfaatkan krisis dunia seperti COVID," kata Evanina. "Kami memberikan nasihat kepada tidak hanya setiap orang Amerika, tetapi juga untuk rumah sakit, asosiasi, dan klinik."
"Mengetahui bahwa BGI adalah perusahaan China, apakah kita mengerti kemana perginya datanya?," paparnya.
Evanina mengatakan dia yakin China bergerak agresif untuk mengendalikan komoditas yang saat ini tidak dihargai oleh kebanyakan orang.
Dia diduga telah mencegah negara-negara bagian AS untuk menerima tawaran BGI Group. Namun, Evanina memperingatkan bahwa perusahaan China telah berinvestasi di perusahaan biotek AS selama bertahun-tahun. BGI telah mengembangkan kemitraan dengan rumah sakit AS jauh sebelum pandemi dimulai.
"Ini masa lalu dan masa depan Anda serta masa depan anak-anak Anda," kata Evanina.
"Ini sangat berisiko dan saya pikir yang tidak diketahui mungkin adalah bagian yang paling berisiko."
BGI Group membantah dugaan motivasi tersebut. "Gagasan bahwa data genom warga Amerika dengan cara apapun dikompromikan melalui aktivitas BGI di AS tidak berdasar," kata BGI dalam sebuah pernyataan.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
(min)