Reaksi Warga China terhadap Swab Anal COVID-19: 'Malu Tak Ada Habisnya'

Jum'at, 29 Januari 2021 - 15:18 WIB
loading...
Reaksi Warga China terhadap Swab Anal COVID-19: Malu Tak Ada Habisnya
Seorang mahasiswa kedokteran mengambil sampel usap setelah pengujian antigen untuk COVID-19 di Paris, Prancis, 23 November 2020. Foto/REUTERS/Ludovic Marin/Pool/File Photo
A A A
BEIJING - Otoritas kesehatan di China jadi sorotan dunia setelah melakukan swab test (tes usap) melalui anus terhadap warga untuk deteksi virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 . Publik setempat juga bereaksi atas swab test anal tersebut.

Dokter setempat mengklaim prosedur invasif itu bisa lebih efektif dalam mendeteksi virus daripada tes usap hidung.



China, tempat virus corona pertama kali muncul lebih dari setahun yang lalu, saat ini mengalami lonjakan kasus terburuk sejak Maret. Wabah telah menyebabkan banyak kota di bagian utara negara itu ditutup—setelah dua kasus varian Inggris dilaporkan ditemukan.

Para pendatang internasional di Beijing dan Qingdao diharuskan menjalani tes usap anal sebelum menyelesaikan periode karantina. Menurut media pemerintah, tes tersebut hanya digunakan di beberapa kota pada kelompok berisiko tinggi.

Baca Juga: McGregor Paksa Duel Ulang, Javier Mendez: Khabib Hancurkan Dia!

Orang-orang selama ini telah dites dengan metode usap tenggorokan dan hidung yang lebih tradisional, serta tes antibodi. Tetapi penduduk sekarang telah diberikan usapan asam nukleat rektal.

Metode itu memicu perdebatan sengit di China, terutama di platform media sosial Xiaohongshu.

Baca Juga: Calvin Kattar Meregang Nyawa, Sepak Terjangnya Mengguncang Dunia

Seorang siswa bernama Douyacai, yang menjalani tes usap anal setelah kembali dari Korea Selatan, mengatakan dua personel medis melakukan tes tersebut. "Hanya rasa malu yang tak ada habisnya. Tidak ada perasaan lain. Semoga beruntung," tulis dia, seperti dikutip news.com.au, Jumat (29/1/2021).



Orang-orang juga bereaksi di Weibo dengan kegembiraan dan horor. "Sangat beruntung saya kembali ke China lebih awal," tulis seorang pengguna Weibo. "Kerusakan rendah, tetapi penghinaan yang ekstrem," tulis pengguna lain kata yang lain, menggunakan emoji tertawa.

"Saya telah melakukan dua usapan anal, setiap kali saya melakukannya, saya harus melakukan usap tenggorokan sesudahnya—saya sangat takut perawat akan lupa untuk menggunakan (alat) usap baru," tulis seorang pengguna Weibo.

Para pakar kesehatan mengatakan kepada media pemerintah China, CCTV, bahwa tes usap anal lebih akurat dalam mendeteksi virus corona. Mereka mengeklaim jejak virus bisa bertahan lebih lama di anus daripada di saluran pernapasan.

Tes tersebut dilakukan dengan memasukkan kapas sekitar tiga hingga lima sentimeter ke dalam rektum dan diputar beberapa kali. Sama halnya dengan metode usap hidung, sampel dari usap anal ditempatkan dengan aman ke dalam wadah sampel.

Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan seluruh prosedur tes usap anal hanya memakan waktu sekitar 10 detik.



Li Tongzeng, wakil direktur yang bertanggung jawab atas penyakit menular di Rumah Sakit You'an Beijing, mengatakan kepada penyiar CCTV bahwa tes usap anal akan menangkap lebih banyak virus.

"Sejak dimulainya wabah virus corona, kami telah menguji virus tersebut terutama menggunakan usap tenggorokan,” katanya.

"Dalam beberapa kasus tanpa gejala atau pada individu dengan gejala ringan, mereka cenderung sembuh dari penyakit dengan sangat cepat," paparnya.

“Mungkin saja tidak ada jejak virus di tenggorokan mereka setelah tiga hingga lima hari. Apa yang kami temukan adalah bahwa pada beberapa pasien yang terinfeksi, virus corona bertahan lebih lama di saluran pencernaan atau kotoran mereka daripada di saluran pernapasan mereka," imbuh Li.

China dilaporkan mulai menggunakan metode ini lebih sering setelah seorang bocah lelaki berusia 9 tahun dites tanpa gejala positif virus corona minggu lalu.

Lebih dari 1.200 siswa di sekolahnya di distrik selatan Daxing dan kontak dekat mereka diuji dengan metode usap anal.

CCTV mengatakan pada hari Minggu usap anal tidak akan digunakan seluas metode lain, karena teknik itu "tidak nyaman".

Ketika kasus COVID-19 meningkat di seluruh dunia, China telah memberlakukan persyaratan yang lebih ketat pada kedatangan internasional dalam upaya untuk menjaga transmisi domestik mendekati nol.



Negara itu juga memperketat pembatasan di dalam negeri, dengan Beijing mengumumkan bahwa orang-orang dari daerah berisiko menengah atau tinggi akan dilarang keluar kota mulai Kamis untuk mengurangi risiko penularan virus selama periode Tahun Baru Imlek.

Sementara itu, orang-orang yang datang ke negara tersebut harus memiliki beberapa hasil tes negatif dan karantina setidaknya selama 14 hari di hotel yang ditunjuk pada saat kedatangan, dengan banyak kota dan wilayah yang memberlakukan persyaratan observasi rumah tambahan.

Baca Juga: Indonesia Peringkat Ke-85 Penanganan Pandemi Covid-19

Hingga Rabu lalu, China telah melaporkan total 89.272 kasus virus corona yang dikonfirmasi. Korban meninggal di negara itu naik satu menjadi 4.636 jiwa setelah kematian tambahan pada hari Senin.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1015 seconds (0.1#10.140)