Jenderal Israel Sebut AS Kembali ke Kesepakatan Nuklir Iran sebagai Kesalahan Besar
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Aviv Kochavi mengatakan bahwa akan menjadi kesalahan bagi Amerika Serikat (AS) untuk kembali ke kesepakatan nuklir Iran. Pemerintahan Joe Biden mengatakan, pihaknya siap untuk kembali membawa AS ke kesepakatan nuklir, langkah yang mendapat dukungan dari Eropa, tapi ditolak oleh sekutu AS di Timur Tengah.
Dia menuturkan bahwa tindakan militer "harus di atas meja" saat dia menjelaskan posisinya tentang masalah tersebut, yang kontras dengan yang dilakukan olehBiden.
"Jika kesepakatan nuklir 2015 terwujud, Iran akan mendapatkan bom. Kembalinya AS ke perjanjian itu akan menjadi "hal yang salah" untuk dilakukan," ucapnya, seperti dilansir Arab News pada Rabu (27/1/2021).
Kochavi mengatakan, perjanjian itu akan memungkinkan rezim Iran untuk memperkaya uranium ke tingkat yang cukup untuk pengembangan bom nuklir.
“Secara strategis kemungkinan akan mengarah pada nuklirisasi kawasan Timur Tengah. Untuk alasan itu, apapun yang menyerupai kesepakatan saat ini adalah buruk dan tidak boleh diizinkan," ujarnya.
"Iran saat ini bukanlah Iran tahun 2015. Saat ini, Iran berada di bawah tekanan yang sangat besar, tekanan ekonomi yang harus dipertahankan dengan segala cara, apa pun yang terjadi. ”
Jenderal Israel itu mengatakan bahwa aktivitas sentrifugal canggih Iran dan kemajuan baru-baru ini dalam pengayaan uranium dapat berarti bahwa rezim tersebut "hanya beberapa minggu" lagi untuk bisa memproduksi bom nuklir.
Tindakan seketat mungkin, ujarnya, harus diambil untuk mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir.
“Berdasarkan analisis fundamental ini, saya telah menginstruksikan IDF untuk menyusun sejumlah rencana operasional, selain rencana yang ada, dan kami sedang mengerjakannya dengan tekun dan akan mengembangkannya di tahun-tahun mendatang,” kata Kochavi.
Dia menambahkan bahwa setiap keputusan untuk bertindak atas rencana IDF akan dibuat oleh kepemimpinan politik Israel dan bahwa rencana ini harus ada di atas meja.
Dia menuturkan bahwa tindakan militer "harus di atas meja" saat dia menjelaskan posisinya tentang masalah tersebut, yang kontras dengan yang dilakukan olehBiden.
"Jika kesepakatan nuklir 2015 terwujud, Iran akan mendapatkan bom. Kembalinya AS ke perjanjian itu akan menjadi "hal yang salah" untuk dilakukan," ucapnya, seperti dilansir Arab News pada Rabu (27/1/2021).
Kochavi mengatakan, perjanjian itu akan memungkinkan rezim Iran untuk memperkaya uranium ke tingkat yang cukup untuk pengembangan bom nuklir.
“Secara strategis kemungkinan akan mengarah pada nuklirisasi kawasan Timur Tengah. Untuk alasan itu, apapun yang menyerupai kesepakatan saat ini adalah buruk dan tidak boleh diizinkan," ujarnya.
"Iran saat ini bukanlah Iran tahun 2015. Saat ini, Iran berada di bawah tekanan yang sangat besar, tekanan ekonomi yang harus dipertahankan dengan segala cara, apa pun yang terjadi. ”
Jenderal Israel itu mengatakan bahwa aktivitas sentrifugal canggih Iran dan kemajuan baru-baru ini dalam pengayaan uranium dapat berarti bahwa rezim tersebut "hanya beberapa minggu" lagi untuk bisa memproduksi bom nuklir.
Tindakan seketat mungkin, ujarnya, harus diambil untuk mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir.
“Berdasarkan analisis fundamental ini, saya telah menginstruksikan IDF untuk menyusun sejumlah rencana operasional, selain rencana yang ada, dan kami sedang mengerjakannya dengan tekun dan akan mengembangkannya di tahun-tahun mendatang,” kata Kochavi.
Dia menambahkan bahwa setiap keputusan untuk bertindak atas rencana IDF akan dibuat oleh kepemimpinan politik Israel dan bahwa rencana ini harus ada di atas meja.
(esn)