Putri Saddam Hussein Salahkan Iran atas Kekacauan Irak
loading...
A
A
A
AMMAN - Raghad Hussein, putri tertua mantan Presiden Irak Saddam Hussein, menyalahkan Iran atas kekacauan yang terjad di Irak. Hal itu dia sampaikan dalam pidato yang direkam untuk memperingati 14 tahun eksekusi gantung ayahnya.
Selain Iran, Raghad juga menyalahkan penguasa pasca-Saddam di Irak. Klip audio Raghad telah dipublikasikan di akun Twitter-nya.
Dia tidak menyinggung Amerika Serikat (AS), meski faktanya Washington-lah yang menggulingkan Saddam Hussein pada tahun 2003.
Baca Juga: Buum! Tiga Tahun Lagi Industri Pertahanan Indonesia Masuk 50 Besar
Raghad Hussein menggambarkan Iran dan proksi Irak-nya sebagai musuh keadilan, musuh kebebasan, dan musuh kemanusiaan.
“Ayah dan saudara laki-laki saya melawan penjajah sampai akhir, sampai mencapai kemartiran,” katanya, mengacu pada Saddam dan kedua putranya; Qusay dan Uday.
Baca Juga: Terungkap! Segini Gaji Presiden AS Joe Biden
Dia menggambarkan Saddam sebagai presiden sah Irak, kemudian mengisyaratkan mendukung demonstrasi anti-pemerintah di Baghdad, yang pecah pada 1 Oktober 2019 dan menyebabkan Perdana Menteri Adel Abdul Mehdi mengundurkan diri pada November 2019.
Dia memuji pemuda Irak karena melawan "penghinaan dan tirani", sambil menuntut hak, kebebasan, dan kehidupan yang bermartabat.
Namun, sebelumnya, Raghad membantah telah mengeluarkan pernyataan yang mendukung protes Irak pada Oktober 2020. Dia menggambarkan apa yang telah dikaitkan dengannya sebagai "berita palsu".
“Kata-kata Raghad tidak memiliki pengaruh apa pun di jalanan Irak,” kata Laith Abdul Rahman, seorang penulis Irak dan komentator politik kepada Gulf News, Rabu (20/1/2021). "Sebaliknya, mereka mungkin memiliki pengaruh negatif pada Revolusi Oktober, yang anggotanya sekarang mungkin dituduh menerima dukungan dari elemen Baath."
Baca Juga: Jokowi Akui Tak Mudah Praktikan Gas dan Rem dalam Penanganan Covid
Demonstrasi di Irak belum berakhir meskipun Abdul Mehdi mengundurkan diri dan terus berlanjut di bawah penggantinya, perdana menteri saat ini, Mustapha Al Kazemi.
"Adapun kritiknya terhadap Iran, ini wajar," kata Abdul Rahman. "Dia percaya bahwa ayahnya dieksekusi karena pengawasan Iran atas Irak."
Situs web Al Alam milik pemerintah Iran membalas Raghad Hussein dengan editorial berjudul; "Kepada Raghad Saddam: Apakah Anda ingat bagaimana paman Anda mempersembahkan kepala suami Anda kepada ayah Anda?"
Artikel itu merujuk pada suami Raghad, Hussein Kamel Al Majid, yang membelot dari rezim Saddam, bersama istrinya, dan pergi ke Yordania. Dia dibujuk pulang dan dibunuh oleh Saddam pada Februari 1996.
Dalam beberapa bulan terakhir, Raghad menjadi berita karena aktivitasnya di Twitter. Dia sering menyangkal pernyataan yang dikaitkan dengan dirinya dan anggota keluarga Saddam.
Pada 30 Agustus 2020, dia membantah membagikan uang kepada warga Irak yang membutuhkan. Pada 24 September, dia men-tweet pernyataan ucapan selamat ke Arab Saudi pada Hari Nasionalnya. Pada 1 Oktober, di menulis pesan belasungkawa kepada rakyat Kuwait atas meninggalnya Emir Sabah Al Ahmad Al Sabah, musuh bebuyutan ayahnya.
Pesan Twitter terakhirnya sebelum Tahun Baru adalah pada 27 Oktober, ketika dia berduka atas meninggalnya wakil ayahnya; Izzat Ibrahim Al Douri, yang memimpin apa yang disebut pemberontakan Sunni sejak 2003.
Raghad Hussein juga menyebabkan keributan pada Desember 2016, ketika dia memuji Presiden AS Donald Trump, dengan mengatakan bahwa dia menikmati "kepekaan politik tingkat tinggi."
Raghad Hussein telah tinggal di Amman, Yordania, sejak penggulingan rezim Saddam tahun 2003, sebagai tamu Raja Abdullah II. Pada tahun 2006, Penasihat Keamanan Nasional Irak Muwafak Al Rabeii mengeluarkan surat perintah penangkapan atas namanya dan menuntut ekstradisinya, menuduhnya mendanai pemberontakan anti-pemerintah.
Perdana Menteri Yordania pada saat itu, Maarouf Al Bakhit, menjawab bahwa Raghad “di bawah perlindungan keluarga kerajaan”.
Selain Iran, Raghad juga menyalahkan penguasa pasca-Saddam di Irak. Klip audio Raghad telah dipublikasikan di akun Twitter-nya.
Dia tidak menyinggung Amerika Serikat (AS), meski faktanya Washington-lah yang menggulingkan Saddam Hussein pada tahun 2003.
Baca Juga: Buum! Tiga Tahun Lagi Industri Pertahanan Indonesia Masuk 50 Besar
Raghad Hussein menggambarkan Iran dan proksi Irak-nya sebagai musuh keadilan, musuh kebebasan, dan musuh kemanusiaan.
“Ayah dan saudara laki-laki saya melawan penjajah sampai akhir, sampai mencapai kemartiran,” katanya, mengacu pada Saddam dan kedua putranya; Qusay dan Uday.
Baca Juga: Terungkap! Segini Gaji Presiden AS Joe Biden
Dia menggambarkan Saddam sebagai presiden sah Irak, kemudian mengisyaratkan mendukung demonstrasi anti-pemerintah di Baghdad, yang pecah pada 1 Oktober 2019 dan menyebabkan Perdana Menteri Adel Abdul Mehdi mengundurkan diri pada November 2019.
Dia memuji pemuda Irak karena melawan "penghinaan dan tirani", sambil menuntut hak, kebebasan, dan kehidupan yang bermartabat.
Namun, sebelumnya, Raghad membantah telah mengeluarkan pernyataan yang mendukung protes Irak pada Oktober 2020. Dia menggambarkan apa yang telah dikaitkan dengannya sebagai "berita palsu".
“Kata-kata Raghad tidak memiliki pengaruh apa pun di jalanan Irak,” kata Laith Abdul Rahman, seorang penulis Irak dan komentator politik kepada Gulf News, Rabu (20/1/2021). "Sebaliknya, mereka mungkin memiliki pengaruh negatif pada Revolusi Oktober, yang anggotanya sekarang mungkin dituduh menerima dukungan dari elemen Baath."
Baca Juga: Jokowi Akui Tak Mudah Praktikan Gas dan Rem dalam Penanganan Covid
Demonstrasi di Irak belum berakhir meskipun Abdul Mehdi mengundurkan diri dan terus berlanjut di bawah penggantinya, perdana menteri saat ini, Mustapha Al Kazemi.
"Adapun kritiknya terhadap Iran, ini wajar," kata Abdul Rahman. "Dia percaya bahwa ayahnya dieksekusi karena pengawasan Iran atas Irak."
Situs web Al Alam milik pemerintah Iran membalas Raghad Hussein dengan editorial berjudul; "Kepada Raghad Saddam: Apakah Anda ingat bagaimana paman Anda mempersembahkan kepala suami Anda kepada ayah Anda?"
Artikel itu merujuk pada suami Raghad, Hussein Kamel Al Majid, yang membelot dari rezim Saddam, bersama istrinya, dan pergi ke Yordania. Dia dibujuk pulang dan dibunuh oleh Saddam pada Februari 1996.
Dalam beberapa bulan terakhir, Raghad menjadi berita karena aktivitasnya di Twitter. Dia sering menyangkal pernyataan yang dikaitkan dengan dirinya dan anggota keluarga Saddam.
Pada 30 Agustus 2020, dia membantah membagikan uang kepada warga Irak yang membutuhkan. Pada 24 September, dia men-tweet pernyataan ucapan selamat ke Arab Saudi pada Hari Nasionalnya. Pada 1 Oktober, di menulis pesan belasungkawa kepada rakyat Kuwait atas meninggalnya Emir Sabah Al Ahmad Al Sabah, musuh bebuyutan ayahnya.
Pesan Twitter terakhirnya sebelum Tahun Baru adalah pada 27 Oktober, ketika dia berduka atas meninggalnya wakil ayahnya; Izzat Ibrahim Al Douri, yang memimpin apa yang disebut pemberontakan Sunni sejak 2003.
Raghad Hussein juga menyebabkan keributan pada Desember 2016, ketika dia memuji Presiden AS Donald Trump, dengan mengatakan bahwa dia menikmati "kepekaan politik tingkat tinggi."
Raghad Hussein telah tinggal di Amman, Yordania, sejak penggulingan rezim Saddam tahun 2003, sebagai tamu Raja Abdullah II. Pada tahun 2006, Penasihat Keamanan Nasional Irak Muwafak Al Rabeii mengeluarkan surat perintah penangkapan atas namanya dan menuntut ekstradisinya, menuduhnya mendanai pemberontakan anti-pemerintah.
Perdana Menteri Yordania pada saat itu, Maarouf Al Bakhit, menjawab bahwa Raghad “di bawah perlindungan keluarga kerajaan”.
(min)