Perusuh Capitol AS Ternyata Para Terduga Teroris yang Dipantau FBI
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Sebuah laporan yang memberatkan mengungkapkan bahwa puluhan perusuh yang menyerbu Gedung Capitol Amerika Serikat (AS) berada dalam daftar terduga teroris yang dipantau FBI.
Penyerbuan Gedung Capitol pada 6 Januari lalu itu dilakukan massa pendukung Presiden Donald Trump. Penyerbuan terjadi ketika Kongres sedang mengesahkan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden.
Meski masuk dalam daftar pantauan, hal itu tidak menghentikan mereka untuk melakukan pemberontakan bersenjata.
Dalam kerusuhan yang menewaskan lima orang, termasuk seorang petugas polisi, para petugas penegak hukum benar-benar kewalahan oleh massa yang geram.
The Washington Post menyampaikan data para perusuh itu dalam sebuah laporan eksklusif setelah berbicara dengan orang dalam yang mengklaim puluhan pemberontak—termasuk banyak tersangka supremasi kulit putih—ditampilkan di Database Penyaringan Teroris (TSDB) nasional.
Menurut situs web FBI, daftar pantauannya adalah database tunggal yang berisi informasi keamanan nasional yang sensitif dan penegakan hukum mengenai identitas mereka yang diketahui atau patut dicurigai terlibat dalam kegiatan teroris dan dijalankan oleh Pusat Penyaringan Teroris FBI , yang didirikan setelah serangan 11 September (9/11).
Namun menurut The Washington Post, bocoran data tersebut menggarisbawahi batasan dari daftar pantauan seperti itu.
"Meskipun mereka dimaksudkan untuk meningkatkan pengumpulan dan berbagi informasi di antara lembaga investigasi, mereka jauh dari cara yang sangat mudah untuk mendeteksi ancaman sebelumnya," tulis wartawan Devlin Barrett, Spencer S Hsu dan Marissa J Lang dalam laporan mereka.
Namun, itu hanya yang terbaru dari serangkaian kebocoran data yang memalukan, yang muncul setelah pertumpahan darah di Capitol.
Penyerbuan Gedung Capitol pada 6 Januari lalu itu dilakukan massa pendukung Presiden Donald Trump. Penyerbuan terjadi ketika Kongres sedang mengesahkan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden.
Meski masuk dalam daftar pantauan, hal itu tidak menghentikan mereka untuk melakukan pemberontakan bersenjata.
Dalam kerusuhan yang menewaskan lima orang, termasuk seorang petugas polisi, para petugas penegak hukum benar-benar kewalahan oleh massa yang geram.
The Washington Post menyampaikan data para perusuh itu dalam sebuah laporan eksklusif setelah berbicara dengan orang dalam yang mengklaim puluhan pemberontak—termasuk banyak tersangka supremasi kulit putih—ditampilkan di Database Penyaringan Teroris (TSDB) nasional.
Menurut situs web FBI, daftar pantauannya adalah database tunggal yang berisi informasi keamanan nasional yang sensitif dan penegakan hukum mengenai identitas mereka yang diketahui atau patut dicurigai terlibat dalam kegiatan teroris dan dijalankan oleh Pusat Penyaringan Teroris FBI , yang didirikan setelah serangan 11 September (9/11).
Namun menurut The Washington Post, bocoran data tersebut menggarisbawahi batasan dari daftar pantauan seperti itu.
"Meskipun mereka dimaksudkan untuk meningkatkan pengumpulan dan berbagi informasi di antara lembaga investigasi, mereka jauh dari cara yang sangat mudah untuk mendeteksi ancaman sebelumnya," tulis wartawan Devlin Barrett, Spencer S Hsu dan Marissa J Lang dalam laporan mereka.
Namun, itu hanya yang terbaru dari serangkaian kebocoran data yang memalukan, yang muncul setelah pertumpahan darah di Capitol.