Akibat Perang dan Kerusuhan, Ini Migrasi Manusia Terbesar Dalam Sejarah

Minggu, 10 Januari 2021 - 11:29 WIB
loading...
A A A
Transfer populasi di Uni Soviet antara 1920 dan 1951 (era rezim Stalin) adalah contoh migrasi massal yang dipaksakan. Tujuan pemindahan itu adalah untuk mengisi wilayah-wilayah yang dibersihkan secara etnis dan mentransfer tenaga kerja ke daerah-daerah tertinggal. Menurut statistik, migrasi paksa ini memicu pergerakan
sekitar 6 juta orang dan membunuh sekitar 1,5 juta orang. (Baca juga: Jepang Berencana Ciptakan Satelit yang Terbuat dari Kayu)

4. Pemisahan India

Akibat Perang dan Kerusuhan, Ini Migrasi Manusia Terbesar Dalam Sejarah


Dari 1858 hingga 1947, India berada di bawah kekuasaan Kerajaan Inggris. Muslim telah hidup berdampingan dengan umat Hindu dan Sikh untuk waktu lama, tetapi ini berubah setelah India dipartisi pada 1947. Inggris pergi, dan India terpecah menjadi dua negara merdeka: India dan Pakistan.

Peristiwa ini memicu migrasi massal Muslim ke Pakistan Barat dan Pakistan Timur (sekarang Bangladesh) dan Hindu dan Sikh ke India. Serangan-serangan brutal antara kedua negara mengikuti dan pada akhir migrasi terjadi pada 1948 dimana ribuan orang terbunuh akibatnya

5. Migrasi Besar Baru

Akibat Perang dan Kerusuhan, Ini Migrasi Manusia Terbesar Dalam Sejarah


Migrasi Besar Baru adalah proses kebalikan dari apa yang terjadi dengan orang Afrika-Amerika antara 1910 dan 1970. Periode baru migrasi AS ini mulai dari 1965 dan berlangsung di masa sekarang dimana menunjukkan perubahan pola migrasi. Perubahan itu yakni dengan orang Afrika Amerika meninggalkan Northeastern dan Barat Tengah Amerika Serikat dan pergi ke Selatan.

"New South" menarik populasi kulit hitam dengan ikatan keluarga dan biaya hidup yang lebih rendah. Migrasi menunjukkan hasil dengan sangat cepat, dan pada 1975 statistik telah menunjukkan tujuh negara bagian selatan sebagai penerima migrasi kulit hitam utama. (Baca juga: Fosil Ini Membuktikan Kalau Dinosaurus Juga Mengerami Telurnya)

6. Migrasi Afrika-Amerika
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0995 seconds (0.1#10.140)