Pemerintah Afghanistan Tuding Taliban Pelaku Serangan ke RS Bersalin

Kamis, 14 Mei 2020 - 23:44 WIB
loading...
Pemerintah Afghanistan...
Pemerintah Afghanistan menyalahkan Taliban atas serangan di sebuah RS bersalin di Kabul. Foto/CFR.org
A A A
KABUL - Pemerintah Afghanistan menyalahkan Taliban atas serangan mematikan terhadap sebuah rumah sakit bersalin di Ibu Kota Kabul. Serangan itu menewaskan sedikitnya 24 orang, termasuk bayi yang baru lahir dan ibunya. Taliban juga dituding berada di balik serangan di sebuah acara pemakaman di Nangarhar.

Para pejabat Afghanistan mendesak masyarakat internasional untuk memberikan tekanan kepada kelompok pemberontak itu agar mengurangi aksi kekerasan. Total 56 orang tewas dalam dua serangan di Kabul dan Nanganrhar dengan lebih dari 100 lainnya terluka. (Baca: Kelompok Bersenjata Serbu Rumah Sakit Bersalin di Kabul )

"Taliban percaya pada teror dan kekerasan," kata juru bicara pemerintah Afghanistan Sediq Sediqqi.

"Mereka berada di balik semua kekerasan dan kejahatan di negara ini," imbuhnya seperti dikutip dari CBS News, Kamis (23/5/2020).

Wakil Presiden Pertama Afghanistan Amrullah Saleh, mengecam serangan itu di Twitter.

"Taliban teroris, sekutu mereka atau bekas sekutu mereka atau saudara kembar ideologis mereka karena menyerang bangsal bersalin dan membunuh para ibu , bayi yang baru lahir, dan warga sipil tak berdosa lainnya," katanya.

"Bukti menunjukkan bahwa Taliban berada dalam suasana perayaan untuk membantai kaum Syiah di sebuah rumah sakit bersalin di Kabul," tuding Saleh, menambahkan dengan mencerca beberapa pihak yang percaya dengan Taliban dan mengatakan keberadaan kelompok ISIS fiktif di negara itu. (Baca: Sadisnya Teroris Serang RS Kabul, 2 Bayi Baru Lahir Ikut Dibantai )

Baik Saleh maupun Sediqi tidak memberikan bukti atas tuduhan mereka terhadap Taliban maupun ISIS. Faksi ISIS di negara itu, yang telah lama dipandang dan diperang AS sebagai musuh terpisah di Afghanistan, belum mengklaim bertanggung jawab atas pembantaian itu.

Taliban telah membantah bertanggung jawab atas kedua serangan itu dan menyalahkan ISIS atas serangan di Kabul dan Nangarhar. Mereka juga menuduh Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menciptakan rintangan untuk proses perdamaian.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Rabu kemarin, kelompok itu mengatakan siap untuk melawan pasukan Afghanistan dan memperingatkan bahwa, mulai sekarang dan seterusnya, tanggung jawab eskalasi kekerasan lebih lanjut akan jatuh tepat di pundak pemerintahan Kabul. (Baca: Afghanistan Umumkan Operasi Ofensif Terhadap Taliban )

Amerika Serikat (AS) dan Taliban menandatangani perjanjian bersejarah mereka di Doha pada bulan Februari. Pemerintahan Trump mendorong keras untuk perjanjian itu, ingin menepati janji Trump untuk mengakhiri perang terpanjang yang melibatkan pasukan Amerika.

Kesepakatan itu menjamin penarikan penuh pasukan militer AS dan pembicaraan langsung antara Taliban dengan pemerintahan Ghani. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengakui segera setelah perjanjian ditandatangani bahwa jalan di depan akan "berbatu dan bergelombang," tetapi serangan baru-baru ini mungkin mendorong rencana perdamaian ke titik puncak.
(ber)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1657 seconds (0.1#10.140)