India Diam-Diam Memproduksi 500 Juta Vaksin Covid
loading...
A
A
A
NEW DELHI - Demi mengurangi ketergantungan dari perusahaan farmasi asing, banyak negara mengembangkan vaksin Covid-19 domestik atau lokal sebagai solusi dalam pelaksanaan vaksinasi massal. Kendati banyak pihak meragukannya, tetapi tak sedikit yang mendukung sebagai upaya nasionalisme dan mempercepat terbentuk kekebalan kelompok.
India merupakan negara yang paling semangat dalam penyediaan vaksin lokal. Bahkan, India telah memberikan sertifikasi dan izin untuk vaksinasi dengan vaksin lokal bernama Covaxin buatan Bharat Biotech. Padahal, vaksin itu masih dalam tahap pengujian dan baru pada Maret mendatang diketahui tingkat efektivitasnya.
Direktur Operasional Bharat Biotech berbasis di Hyderabad, Krishna Ella, menegaskan bahwa perusahaannya sudah melaksanakan 200 uji klinis. “Kita memiliki pengalaman dan keahlian dalam memproduksi vaksin serta memiliki paten serta telah mengekspor produknya ke 123 negara,” katanya, dilansir Reuters, Selasa (05/01/21).
(Baca juga: Susul Inggris, India Setujui Vaksin COVID-19 AstraZeneca )
Bharat Biotech sudah memproduksi 20 juta vaksin sejauh ini. Mereka juga akan memproduksi 200 juta dosis di Hyderabad dan 500 juta dosis di kota lain pada tahun ini.
Vaksin buatan India juga direncanakan akan digunakan oleh klinik swasta di Brasil.
Geraldo Barbosa, Kepala Brazilian Association of Vaccine Clinics (ABCVAC), siap memimpin delegasi ke India untuk melakukan nota kesepakatan dengan Bharat Biotech. Namun, regulasi kesehatan di Brasil belum memberikan sertifikasi terhadap vaksin tersebut.
Selain India, Rusia juga telah melakukan vaksinasi massal dengan Sputnik V, meski tidak jelas bagaimana proses uji klinisnya. Keputusan Moskow menyepakati vaksin tersebut menjadi perhatian bagi para pakar. Banyak ilmuwan khawatir Moskow menjadikan gengsi nasional dibandingkan faktor keselamatan. Mereka mempertanyakan kerja pengembangan vaksin buatan Rusia ini dan menduga para penelitinya telah mengabaikan tahapan-tahapan tertentu.
(Baca juga: Selain Vaksin Sputnik V, Rusia Kembali yang Pertama Menemukan Obat Covid-19 )
Namun, Presiden Vladimir Putin dan para pejabat Rusia menyatakan vaksin tersebut tergolong aman. “Saya mengetahui vaksin itu bekerja secara efektif dan membentuk imunitas yang kuat. Saya katakan, itu melewati segala proses pemeriksaan,” kata Putin, dalam rapat pemerintahan, dilansir Reuters. Dia juga menekankan bahwa vaksin melalui semua tahapan uji yang dibutuhkan.
Banyak negara juga percaya dengan Sputnik V. Aljazair, Venezuela, hingga Argentina menggunakan Sputnik V sebagai vaksin untuk vaksinasi massal. Argentina sepakat membeli 10 juta dosis vaksin Suputnik, demikian juga dengan Venezuela. Bahkan, Turki bersiap memproduksi vaksin Sputnik V di dalam negerinya.
Apakah aman menggunakan vaksin yang belum jelas efektivitasnya? “Belum tahu. Apakah kamu melakukan uji klinis atau tidak,” kata Gagandeep Kang, salah seorang pakar vaksin ternama di India, dilansir BBC. Uji klinis merupakan proses untuk menentukan apakah vaksin mampu merespons imunitas atau memiliki efek samping.
Di India, vaksin Covaxin juga disambut skeptis. “Selama tidak ada data tahap ketiga, kita tidak mengetahui bagaimana efektivitas vaksin tersebut,” kata Shahid Jameel, pakar virus di India.
Pandangan serupa diungkapkan Paul Griffin, pakar penyakit infeksi di Universitas Queensland. Dia mengatakan tidak pernah mendengar adanya vaksin yang digunakan dalam kondisi darurat tetap dalam fase uji klinis. “Itu biasa dilaksanakan uji klinisnya sangat kuat dan jika data awal mendukung penggunaan vaksin karena menunjukkan keselamatan dan efektivitasnya,” katanya.
(Baca juga: Mewaspadai Gelombang Kedua Korona )
Pemimpin Partai Kongres Shashi Tharoor mengungkapkan pemberian izin vaksin Covaxin merupakan langkah prematur dan berbahaya karena belum menyelesaikan uji klinis tahap ketiga. "Itu seharusnya dihindari hingga uji klinisnya selesai," tuturnya. Kemudian, Randeep Guleria, Direktur All India Institute of Medical Sciences, juga sepakat. "Kita harus fokus dengan vaksin Astra Zeneca dan vaksin Bharat Biotech hanya dijadikan cadangan," tandasnya.
India merupakan negara yang paling semangat dalam penyediaan vaksin lokal. Bahkan, India telah memberikan sertifikasi dan izin untuk vaksinasi dengan vaksin lokal bernama Covaxin buatan Bharat Biotech. Padahal, vaksin itu masih dalam tahap pengujian dan baru pada Maret mendatang diketahui tingkat efektivitasnya.
Direktur Operasional Bharat Biotech berbasis di Hyderabad, Krishna Ella, menegaskan bahwa perusahaannya sudah melaksanakan 200 uji klinis. “Kita memiliki pengalaman dan keahlian dalam memproduksi vaksin serta memiliki paten serta telah mengekspor produknya ke 123 negara,” katanya, dilansir Reuters, Selasa (05/01/21).
(Baca juga: Susul Inggris, India Setujui Vaksin COVID-19 AstraZeneca )
Bharat Biotech sudah memproduksi 20 juta vaksin sejauh ini. Mereka juga akan memproduksi 200 juta dosis di Hyderabad dan 500 juta dosis di kota lain pada tahun ini.
Vaksin buatan India juga direncanakan akan digunakan oleh klinik swasta di Brasil.
Geraldo Barbosa, Kepala Brazilian Association of Vaccine Clinics (ABCVAC), siap memimpin delegasi ke India untuk melakukan nota kesepakatan dengan Bharat Biotech. Namun, regulasi kesehatan di Brasil belum memberikan sertifikasi terhadap vaksin tersebut.
Selain India, Rusia juga telah melakukan vaksinasi massal dengan Sputnik V, meski tidak jelas bagaimana proses uji klinisnya. Keputusan Moskow menyepakati vaksin tersebut menjadi perhatian bagi para pakar. Banyak ilmuwan khawatir Moskow menjadikan gengsi nasional dibandingkan faktor keselamatan. Mereka mempertanyakan kerja pengembangan vaksin buatan Rusia ini dan menduga para penelitinya telah mengabaikan tahapan-tahapan tertentu.
(Baca juga: Selain Vaksin Sputnik V, Rusia Kembali yang Pertama Menemukan Obat Covid-19 )
Namun, Presiden Vladimir Putin dan para pejabat Rusia menyatakan vaksin tersebut tergolong aman. “Saya mengetahui vaksin itu bekerja secara efektif dan membentuk imunitas yang kuat. Saya katakan, itu melewati segala proses pemeriksaan,” kata Putin, dalam rapat pemerintahan, dilansir Reuters. Dia juga menekankan bahwa vaksin melalui semua tahapan uji yang dibutuhkan.
Banyak negara juga percaya dengan Sputnik V. Aljazair, Venezuela, hingga Argentina menggunakan Sputnik V sebagai vaksin untuk vaksinasi massal. Argentina sepakat membeli 10 juta dosis vaksin Suputnik, demikian juga dengan Venezuela. Bahkan, Turki bersiap memproduksi vaksin Sputnik V di dalam negerinya.
Apakah aman menggunakan vaksin yang belum jelas efektivitasnya? “Belum tahu. Apakah kamu melakukan uji klinis atau tidak,” kata Gagandeep Kang, salah seorang pakar vaksin ternama di India, dilansir BBC. Uji klinis merupakan proses untuk menentukan apakah vaksin mampu merespons imunitas atau memiliki efek samping.
Di India, vaksin Covaxin juga disambut skeptis. “Selama tidak ada data tahap ketiga, kita tidak mengetahui bagaimana efektivitas vaksin tersebut,” kata Shahid Jameel, pakar virus di India.
Pandangan serupa diungkapkan Paul Griffin, pakar penyakit infeksi di Universitas Queensland. Dia mengatakan tidak pernah mendengar adanya vaksin yang digunakan dalam kondisi darurat tetap dalam fase uji klinis. “Itu biasa dilaksanakan uji klinisnya sangat kuat dan jika data awal mendukung penggunaan vaksin karena menunjukkan keselamatan dan efektivitasnya,” katanya.
(Baca juga: Mewaspadai Gelombang Kedua Korona )
Pemimpin Partai Kongres Shashi Tharoor mengungkapkan pemberian izin vaksin Covaxin merupakan langkah prematur dan berbahaya karena belum menyelesaikan uji klinis tahap ketiga. "Itu seharusnya dihindari hingga uji klinisnya selesai," tuturnya. Kemudian, Randeep Guleria, Direktur All India Institute of Medical Sciences, juga sepakat. "Kita harus fokus dengan vaksin Astra Zeneca dan vaksin Bharat Biotech hanya dijadikan cadangan," tandasnya.
(ynt)