Kasus Virus Corona Hampir 1 Juta, Eropa Akan Masuki Masa Kritis
loading...
A
A
A
JENEWA - Eropa sedang menghadapi badai pandemi COVID-19 dengan jumlah kasus mendekati satu juta. Negara-negara Eropa pun diminta untuk bergerak dengan sangat hati-hati saat mempertimbangkan untuk mengurangi pembatasan wilayah (lockdown).
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Jumlah kasus di seluruh wilayah terus meningkat. Dalam 10 hari terakhir, jumlah kasus yang dilaporkan di Eropa hampir dua kali lipat menjadi hampir 1 juta,” ujar direktur Eropa WHO, Hans Kluge, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (16/4/2020).
Ini berarti, kata Kluge, sekitar 50% dari beban global COVID-19 ada di Eropa. Lebih dari 84 ribu orang di Eropa telah tewas dalam epidemi.
"Awan badai pandemi ini masih sangat menggantung di kawasan Eropa," kata Kluge.
Kluge pun mengatakan sangat penting untuk memahami kompleksitas dan ketidakpastian transisi mengingat sejumlah beberapa negara Eropa mulai mempertimbangkan apakah pembatasan mungkin dilonggarkan dan apakah sekolah serta beberapa tempat kerja mungkin akan dibuka kembali.
Perusahaan dan politisi di seluruh dunia khawatir tentang dampak ekonomi dari penutupan yang lama, dan beberapa negara di Eropa - seperti Jerman, Denmark, Spanyol, dan lain-lain - mulai berpikir tentang cara meringankan beberapa pembatasan sosial.
Kluge mengatakan WHO mengakui bahwa kebijakan jarak sosial yang dirancang untuk memperlambat penyebaran virus "mempengaruhi kehidupan dan mata pencaharian".
“Orang-orang bertanya dengan benar: Berapa banyak yang harus kita tanggung? Dan untuk berapa lama? Sebagai tanggapan, kami, pemerintah, dan otoritas kesehatan harus memberikan jawaban untuk mengidentifikasi kapan, dalam kondisi apa dan bagaimana kami dapat mempertimbangkan transisi yang aman," tuturnya.
Setiap langkah untuk mengangkat langkah-langkah lockdown pertama-tama harus memastikan beberapa hal penting, katanya, termasuk bukti yang menunjukkan transmisi COVID-19 suatu negara sedang dikendalikan, risiko wabah diminimalkan, dan bahwa sistem kesehatan memiliki kapasitas untuk mengidentifikasi, menguji, melacak, dan mengisolasi kasus COVID-19.
"Kita tetap di mata badai. Jika Anda tidak dapat memastikan kriteria ini ada sebelum mengurangi batasan, saya mendesak Anda untuk berpikir ulang," katanya.
"Tidak ada jalur cepat kembali ke normal," pungkasnya.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Jumlah kasus di seluruh wilayah terus meningkat. Dalam 10 hari terakhir, jumlah kasus yang dilaporkan di Eropa hampir dua kali lipat menjadi hampir 1 juta,” ujar direktur Eropa WHO, Hans Kluge, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (16/4/2020).
Ini berarti, kata Kluge, sekitar 50% dari beban global COVID-19 ada di Eropa. Lebih dari 84 ribu orang di Eropa telah tewas dalam epidemi.
"Awan badai pandemi ini masih sangat menggantung di kawasan Eropa," kata Kluge.
Kluge pun mengatakan sangat penting untuk memahami kompleksitas dan ketidakpastian transisi mengingat sejumlah beberapa negara Eropa mulai mempertimbangkan apakah pembatasan mungkin dilonggarkan dan apakah sekolah serta beberapa tempat kerja mungkin akan dibuka kembali.
Perusahaan dan politisi di seluruh dunia khawatir tentang dampak ekonomi dari penutupan yang lama, dan beberapa negara di Eropa - seperti Jerman, Denmark, Spanyol, dan lain-lain - mulai berpikir tentang cara meringankan beberapa pembatasan sosial.
Kluge mengatakan WHO mengakui bahwa kebijakan jarak sosial yang dirancang untuk memperlambat penyebaran virus "mempengaruhi kehidupan dan mata pencaharian".
“Orang-orang bertanya dengan benar: Berapa banyak yang harus kita tanggung? Dan untuk berapa lama? Sebagai tanggapan, kami, pemerintah, dan otoritas kesehatan harus memberikan jawaban untuk mengidentifikasi kapan, dalam kondisi apa dan bagaimana kami dapat mempertimbangkan transisi yang aman," tuturnya.
Setiap langkah untuk mengangkat langkah-langkah lockdown pertama-tama harus memastikan beberapa hal penting, katanya, termasuk bukti yang menunjukkan transmisi COVID-19 suatu negara sedang dikendalikan, risiko wabah diminimalkan, dan bahwa sistem kesehatan memiliki kapasitas untuk mengidentifikasi, menguji, melacak, dan mengisolasi kasus COVID-19.
"Kita tetap di mata badai. Jika Anda tidak dapat memastikan kriteria ini ada sebelum mengurangi batasan, saya mendesak Anda untuk berpikir ulang," katanya.
"Tidak ada jalur cepat kembali ke normal," pungkasnya.
(ber)