Polisi Filipina Tembak Kepala Seorang Ibu dan Anaknya, Duterte Merasa Ngeri
loading...
A
A
A
MANILA - Seorang polisi Filipina yang sedang tidak bertugas membunuh secara brutal seorang Ibu dan putranya, di mana kedua korban ditembak kepalanya dari jarak dekat. Aksi polisi yang terekam dalam video itu membuat Presiden Rodrigo Duterte merasa ngeri.
"Saya tidak berpikir Anda bisa lepas dari kerasnya keadilan karena tertangkap di televisi (TV). Bahkan saya tercengang...Itu tidak adil dan terlalu brutal," kata Duterte dalam rapat kabinetnya yang disiarkan televisi pada Senin (21/12/2020) malam. (Baca: AS Gertak Iran dengan Kapal Selam Nuklir Bersenjata Rudal Tomahawk )
Presiden yang terkenal mengumbar ancaman pembunuhan terhadap para pelaku kriminal ini mengaku telah melihat video berdurasi lima menit dari aksi Sersan Jonel Nuezca, 46, yang menembak Sonya Gregorio, 52, dan putranya Anthony Gregorio, 25, dari jarak dekat pada Minggu sore di kota Paniqui, provinsi Tarlac.
Laporan polisi mengatakan pembunuhan sadis itubuntut dari perkelahian yang dimulai setelah Anthony meledakkan meriam udara yang terbuat dari pipa PVC. Aksi meledakkan meriam itu rupanya manuver korban dari pertengkaran sengit atas sengketa tanah.
Sepanjang insiden itu, Sonya memeluk putranya erat-erat untuk mencegah Nuezca membawanya.
Beberapa detik sebelum penembakan, putri Nuezca, yang masih di bawah umur, mendekati Sonya, menampar lengan wanita itu, dan menyuruhnya melepaskan putranya. (Baca juga: Potret Wuhan: Dulu Pusat Wabah COVID-19, Kini Pusat Pesta )
"Lepaskan saja dia! Lepaskan saja!" teriak gadis itu. Sonya mengatakan kepadanya: "Kamu beritahu (ayahmu) untuk melepaskan."
Ketika gadis itu berteriak bahwa ayahnya adalah seorang polisi, wanita itu menjawab "Saya tidak peduli!" dan mengejeknya.
Nuezca bertanya pada Sonya: "Apakah kamu ingin aku mengakhiri kamu sekarang?". Kemudian tanpa peringatan, dia mengeluarkan pistol 9mm dan menembak kepalanya, dengan lusinan orang menonton dan setidaknya dua orang merekam video dengan ponsel mereka. Dia kemudian menembak putra Sonya, juga di bagian kepala.
Tepat sebelum melarikan diri dari tempat kejadian, sang polisi tersebut sekali lagi menembak Sonya di kepala saat dia tergeletak di tanah.
"Saya tidak berpikir Anda bisa lepas dari kerasnya keadilan karena tertangkap di televisi (TV). Bahkan saya tercengang...Itu tidak adil dan terlalu brutal," kata Duterte dalam rapat kabinetnya yang disiarkan televisi pada Senin (21/12/2020) malam. (Baca: AS Gertak Iran dengan Kapal Selam Nuklir Bersenjata Rudal Tomahawk )
Presiden yang terkenal mengumbar ancaman pembunuhan terhadap para pelaku kriminal ini mengaku telah melihat video berdurasi lima menit dari aksi Sersan Jonel Nuezca, 46, yang menembak Sonya Gregorio, 52, dan putranya Anthony Gregorio, 25, dari jarak dekat pada Minggu sore di kota Paniqui, provinsi Tarlac.
Laporan polisi mengatakan pembunuhan sadis itubuntut dari perkelahian yang dimulai setelah Anthony meledakkan meriam udara yang terbuat dari pipa PVC. Aksi meledakkan meriam itu rupanya manuver korban dari pertengkaran sengit atas sengketa tanah.
Sepanjang insiden itu, Sonya memeluk putranya erat-erat untuk mencegah Nuezca membawanya.
Beberapa detik sebelum penembakan, putri Nuezca, yang masih di bawah umur, mendekati Sonya, menampar lengan wanita itu, dan menyuruhnya melepaskan putranya. (Baca juga: Potret Wuhan: Dulu Pusat Wabah COVID-19, Kini Pusat Pesta )
"Lepaskan saja dia! Lepaskan saja!" teriak gadis itu. Sonya mengatakan kepadanya: "Kamu beritahu (ayahmu) untuk melepaskan."
Ketika gadis itu berteriak bahwa ayahnya adalah seorang polisi, wanita itu menjawab "Saya tidak peduli!" dan mengejeknya.
Nuezca bertanya pada Sonya: "Apakah kamu ingin aku mengakhiri kamu sekarang?". Kemudian tanpa peringatan, dia mengeluarkan pistol 9mm dan menembak kepalanya, dengan lusinan orang menonton dan setidaknya dua orang merekam video dengan ponsel mereka. Dia kemudian menembak putra Sonya, juga di bagian kepala.
Tepat sebelum melarikan diri dari tempat kejadian, sang polisi tersebut sekali lagi menembak Sonya di kepala saat dia tergeletak di tanah.