Potret Wuhan: Dulu Pusat Wabah COVID-19, Kini Pusat Pesta

Selasa, 22 Desember 2020 - 06:41 WIB
loading...
Potret Wuhan: Dulu Pusat...
Orang-orang bersenang-senang di sebuah kelab malam di Wuhan, China. Foto/REUTERS/Aly Song
A A A
WUHAN - Orang-orang yang bersuka ria memadati kalab malam, bar, dan restoran di kota China tengah, Wuhan, yang berpenduduk 11 juta jiwa. Pemandangan ini kontras dengan yang terjadi pada Desember 2019 dan Januari 2020 ketika kota itu menjadi pusat wabah virus corona baru ( COVID-19 ) secara global.

Kebangkitan Wuhan adalah sekilas ke dunia pasca-pandemi yang diharapkan banyak orang pada tahun 2021 nanti. (Baca: AS Gertak Iran dengan Kapal Selam Nuklir Bersenjata Rudal Tomahawk )

"Selama masa epidemi, Wuhan benar-benar kota yang mati," kata salah satu orang yang bersuka ria saat dia makan daging yang ditusuk dengan sekelompok teman, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (22/12/2020).

“Setelah dibuka kembali, saya belum pernah melihat begitu banyak orang. Sekarang semua orang keluar untuk makan dan bersenang-senang."

Kota itu meluncurkan total penguncian atau lockdown 76 hari dari 23 Januari hingga 8 April setelah wabah pertama, dan belum melaporkan kasus baru COVID-19 sejak awal Mei.

Awal bulan ini, kota tersebut bahkan meluncurkan video promosi untuk menarik wisatawan.

“Dari segudang lampu yang berkelap-kelip di sepanjang Sungai Yangtze dan tarian serta musik yang menakjubkan dari kapal pesiar Zhiyin, hingga cahaya yang berkilauan dan suara-suara indah dari livehouse...beri saya lima! Semua orang!," bunyi video promosi tersebut. (Baca juga: Penumpang Meninggal karena COVID-19, Penerbangan United Airlines Kacau )

Itu terjadi ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan tim ahli internasional yang akan melakukan perjalanan ke China bulan depan untuk menyelidiki asal-usul COVID-19. Mereka akan pergi ke Wuhan dan akan melakukan penyelidikan dengan bebas.

Ditanya tentang misi internasional, yang telah dikerjakan organisasi itu selama berbulan-bulan untuk sampai ke China, kepala darurat WHO Michael Ryan mengatakan kepada wartawan bahwa para ahli diperkirakan akan melakukan perjalanan pada minggu pertama Januari.

“Akan ada pengaturan karantina, tentu saja kita harus. Seperti biasa, kami harus mematuhi apa pun pengaturan manajemen risiko dalam perjalanan saat kedatangan dan di China sendiri," katanya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1271 seconds (0.1#10.140)