Pakar Ungkap Alasan Terjadinya Peningkatan Penembakan Massal di AS
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Angka resmi telah mengungkapkan bahwa Kota New York , Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan kejahatan yang mengkhawatirkan selama delapan bulan terakhir. Angka-angka untuk New York menunjukkan peningkatan 63% dalam insiden penembakan di dalam atau di depan toko-toko, serta kenaikan 222% dalam perampokan dan lonjakan 10% dalam perampokan.
Lonjakan insiden penembakan tidak hanya terjadi di New York, dengan Arsip Kekerasan Senjata Amerika mencatat sekitar 578 penembakan massal secara nasional antara awal 2020 hingga 26 November 2020.
(Baca: NYPD: Aksi Penembakan di New York Alami Peningkatan Signifikan )
Craig Jackson, profesor psikologi kesehatan kerja di Universitas Birmingham City, mengungkap beberapa alasan yang mungkin menjadi penyebab peningkatan tindak kejahatan bersenjata, khususnya penembakan massal. Salah satu alasannya, papar Jackson, adalah tingkat kepemilikan senjata di AS.
Jacson menuturkan, berdasarkan Arsip Kekerasan Senjata, penembakan massal adalah jika ada empat orang yang terluka, baik secara fatal atau tidak, tidak termasuk pelaku dan itu dapat terkait dengan aktivitas kriminal, perselisihan, geng, atau aktivitas narkoba.
"Jadi, itu cara yang sangat longgar untuk mengukur penembakan massal; ada cara yang lebih konservatif yang menuntut empat kematian atau tiga kematian yang tidak terkait dengan kejahatan," ucapnya, seperti dilansir Sputnik.
Arsip Kekerasan Senjata, ucapnya, adalah ukuran paling longgar tentang penembakan massal. Tetapi, ketika menggunakan statistik tersebut, hanya pada tahun 2020 saja, pada bulan Agustus pihaknya telah mencapai 578 insiden penembakan massal.
Tahun lalu, jelas Jackson, sepanjang 2019, hanya ada 417 insiden. "Jadi kami sudah melihat peningkatan besar. Sekarang, biasanya ada peningkatan umum, dari tahun ke tahun penembakan massal perlahan-lahan meningkat, tetapi ini telah melonjak dari 417 menjadi sekitar 600 penembakan massal pada akhir tahun, jika tidak lebih," ujarnya.
(Baca: Ada Ancaman Penembakan Massal Jika Biden Menang Pilpres AS, FBI Beraksi )
Dia lalu menuturkan, ada sejumlah alasan di balik mengapa menurut kami penembakan massal telah meningkat. Menurutnya, ada hubungan yang sangat jelas yang telah dibuktikan oleh penelitian, yakni semakin banyak senjata yang ada di masyarakat, semakin banyak penembakan massal yang terjadi.
"Ini lebih kompleks daripada hanya mengatakan senjata sama dengan penembakan massal, tetapi statistik itu, korelasi itu, ada di sana. Bahkan, ketika Anda menyesuaikan dengan tingkat latar belakang kriminalitas atau kekerasan dalam masyarakat, Anda cenderung menemukan bahkan berdasarkan negara bagian, bahwa semakin banyak senjata yang Anda miliki, semakin banyak penembakan massal yang akan Anda lakukan," ungkapnya.
Lonjakan insiden penembakan tidak hanya terjadi di New York, dengan Arsip Kekerasan Senjata Amerika mencatat sekitar 578 penembakan massal secara nasional antara awal 2020 hingga 26 November 2020.
(Baca: NYPD: Aksi Penembakan di New York Alami Peningkatan Signifikan )
Craig Jackson, profesor psikologi kesehatan kerja di Universitas Birmingham City, mengungkap beberapa alasan yang mungkin menjadi penyebab peningkatan tindak kejahatan bersenjata, khususnya penembakan massal. Salah satu alasannya, papar Jackson, adalah tingkat kepemilikan senjata di AS.
Jacson menuturkan, berdasarkan Arsip Kekerasan Senjata, penembakan massal adalah jika ada empat orang yang terluka, baik secara fatal atau tidak, tidak termasuk pelaku dan itu dapat terkait dengan aktivitas kriminal, perselisihan, geng, atau aktivitas narkoba.
"Jadi, itu cara yang sangat longgar untuk mengukur penembakan massal; ada cara yang lebih konservatif yang menuntut empat kematian atau tiga kematian yang tidak terkait dengan kejahatan," ucapnya, seperti dilansir Sputnik.
Arsip Kekerasan Senjata, ucapnya, adalah ukuran paling longgar tentang penembakan massal. Tetapi, ketika menggunakan statistik tersebut, hanya pada tahun 2020 saja, pada bulan Agustus pihaknya telah mencapai 578 insiden penembakan massal.
Tahun lalu, jelas Jackson, sepanjang 2019, hanya ada 417 insiden. "Jadi kami sudah melihat peningkatan besar. Sekarang, biasanya ada peningkatan umum, dari tahun ke tahun penembakan massal perlahan-lahan meningkat, tetapi ini telah melonjak dari 417 menjadi sekitar 600 penembakan massal pada akhir tahun, jika tidak lebih," ujarnya.
(Baca: Ada Ancaman Penembakan Massal Jika Biden Menang Pilpres AS, FBI Beraksi )
Dia lalu menuturkan, ada sejumlah alasan di balik mengapa menurut kami penembakan massal telah meningkat. Menurutnya, ada hubungan yang sangat jelas yang telah dibuktikan oleh penelitian, yakni semakin banyak senjata yang ada di masyarakat, semakin banyak penembakan massal yang terjadi.
"Ini lebih kompleks daripada hanya mengatakan senjata sama dengan penembakan massal, tetapi statistik itu, korelasi itu, ada di sana. Bahkan, ketika Anda menyesuaikan dengan tingkat latar belakang kriminalitas atau kekerasan dalam masyarakat, Anda cenderung menemukan bahkan berdasarkan negara bagian, bahwa semakin banyak senjata yang Anda miliki, semakin banyak penembakan massal yang akan Anda lakukan," ungkapnya.