Pertama Kali dalam Sejarah, AI Jadi Copilot Pesawat Militer AS
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Sebuah lompatan besar dalam dunia kedirgantaraan dilakukan oleh Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) , USAF. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, USAF menggunakan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan sebagai Copilot untuk pesawat militer mereka.
USAF mengungkapkan bahwa mereka melakukan hal itudi sebuah pesawat militer selama latihan penerbangan pada minggu ini.
Untuk diketahui, AI mengacu pada kemampuan mesin untuk melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia, seperti belajar dari pengalaman, membuat prediksi, mengenali pola dan fungsi pemecahan masalah lainnya.
Dalam rilisnya, USAF mengonfirmasi bahwa algoritma AI digunakan untuk mengontrol sensor dan sistem navigasi pesawat pengintai U-2 Dragon Lady selama penerbangan pelatihan di Pangkalan Angkatan Udara Beale di California.
Pesawat yang digunakan selama tes ditugaskan ke Sayap Pengintai ke-9 di pangkalan udara itu. Pesawat tersebut bermesin jet tunggal, pesawat ketinggian tinggi yang menyediakan pengumpulan data intelijen di segala cuaca.
“Penerbangan ini menandai lompatan besar bagi pertahanan nasional karena kecerdasan buatan terbang di atas pesawat militer untuk pertama kalinya dalam sejarah Departemen Pertahanan. Algoritma AI, yang dikembangkan oleh Laboratorium Federal Komando Tempur Udara U-2, melatih AI untuk melaksanakan tugas-tugas khusus dalam penerbangan yang seharusnya dilakukan oleh pilot," tulis USAF dalam rilisnya.
"Penerbangan itu adalah bagian dari skenario yang dibangun secara khusus yang mengadu AI dengan algoritma komputer dinamis lainnya untuk membuktikan kemampuan teknologi baru, dan kemampuannya untuk bekerja dalam koordinasi dengan manusia," tambah rilis tersebut seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (17/12/2020).(Baca juga: Robot AI Bertanya ke Putin: Apakah Robot AI Bisa Jadi Presiden? )
Menurut USAF, sistem AI bernama ARTUµ itu digunakan untuk penggunaan sensor dan navigasi taktis. Tanggung jawab utama sistem itu adalah mengidentifikasi peluncur musuh.
Pesawat masih dikemudikan oleh pilot, dan tidak ada senjata yang terlibat. Namun, setelah lepas landas, kontrol sensor ditangani oleh ARTUµ, yang telah mempelajari cara mencapai tujuan sensor dari lebih dari setengah juta iterasi pelatihan yang disimulasikan komputer.
USAF mengungkapkan bahwa mereka melakukan hal itudi sebuah pesawat militer selama latihan penerbangan pada minggu ini.
Untuk diketahui, AI mengacu pada kemampuan mesin untuk melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia, seperti belajar dari pengalaman, membuat prediksi, mengenali pola dan fungsi pemecahan masalah lainnya.
Dalam rilisnya, USAF mengonfirmasi bahwa algoritma AI digunakan untuk mengontrol sensor dan sistem navigasi pesawat pengintai U-2 Dragon Lady selama penerbangan pelatihan di Pangkalan Angkatan Udara Beale di California.
Pesawat yang digunakan selama tes ditugaskan ke Sayap Pengintai ke-9 di pangkalan udara itu. Pesawat tersebut bermesin jet tunggal, pesawat ketinggian tinggi yang menyediakan pengumpulan data intelijen di segala cuaca.
“Penerbangan ini menandai lompatan besar bagi pertahanan nasional karena kecerdasan buatan terbang di atas pesawat militer untuk pertama kalinya dalam sejarah Departemen Pertahanan. Algoritma AI, yang dikembangkan oleh Laboratorium Federal Komando Tempur Udara U-2, melatih AI untuk melaksanakan tugas-tugas khusus dalam penerbangan yang seharusnya dilakukan oleh pilot," tulis USAF dalam rilisnya.
"Penerbangan itu adalah bagian dari skenario yang dibangun secara khusus yang mengadu AI dengan algoritma komputer dinamis lainnya untuk membuktikan kemampuan teknologi baru, dan kemampuannya untuk bekerja dalam koordinasi dengan manusia," tambah rilis tersebut seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (17/12/2020).(Baca juga: Robot AI Bertanya ke Putin: Apakah Robot AI Bisa Jadi Presiden? )
Menurut USAF, sistem AI bernama ARTUµ itu digunakan untuk penggunaan sensor dan navigasi taktis. Tanggung jawab utama sistem itu adalah mengidentifikasi peluncur musuh.
Pesawat masih dikemudikan oleh pilot, dan tidak ada senjata yang terlibat. Namun, setelah lepas landas, kontrol sensor ditangani oleh ARTUµ, yang telah mempelajari cara mencapai tujuan sensor dari lebih dari setengah juta iterasi pelatihan yang disimulasikan komputer.