Prancis Tutupi Kejahatan UEA di Penjara Rahasia Yaman
loading...
A
A
A
PARIS - Seorang anggota parlemen Prancis menuduh pemerintahan Presiden Emmanuel Macron menutupi berbagai kejahatan yang dilakukan Uni Emirat Arab (UEA) di satu pabrik di Yaman yang digunakan sebagai penjara rahasia.
"Berapa lama Anda akan terus berbohong?" ujar anggota parlemen Clementine Autain bertanya kepada Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Jean-Yves Le Drian dan Menteri Pertahanan (Menhan) Florence Parly dalam pidatonya di parlemen.
“Saya bertanya kepada Parly tentang ini. Dia bilang dia tidak tahu. Saya menyampaikan kekhawatiran saya kepada Le Drian. Dia mengarahkan saya ke perusahaan-perusahaan terkait. Saya ingin tahu apa yang para menteri lakukan," ungkap dia.
Autain mengatakan dia berbicara atas nama 51 anggota parlemen Prancis yang menandatangani surat terbuka pada Senin mengungkapkan keprihatinan atas UEA yang membuat penjara di pabrik produksi gas, yang sebagian dimiliki perusahaan minyak Prancis Total, di Balhaf, Yaman. (Baca Juga: Turki akan Bantu Irak Lenyapkan Semua Teroris PKK)
Dia menunjukkan bahwa pemerintah Prancis memberikan pinjaman USD263 juta kepada sejumlah perusahaan, termasuk Total, ketika pabrik Balhaf didirikan. (Lihat Infografis: Presiden Joko Widodo Urutan 12 Tokoh Muslim Berpengaruh 2021)
“Beberapa hari yang lalu, Anda memberikan Legiun d'Honneur kepada (Presiden Mesir) al-Sisi. Hari ini, keheningan Anda menutupi kejahatan yang dilakukan UEA di satu pabrik yang dibangun dengan dukungan Prancis,” papar dia. (Lihat Video: Kebakaran Dahsyat Hanguskan Pabrik di Brisbane, Australia)
Dia juga membahas masalah ini dalam posting di Twitter, mengatakan, “Saya yakin pemerintah telah memutuskan untuk tidak marah dengan 'sekutu Emirat' yang kepadanya mereka menjual senjata senilai 1,4 miliar euro (lebih dari $ 1,7 miliar) pada 2019.”
Masalah ini pertama kali terungkap menyusul laporan oleh media Prancis, Le Monde pada November tahun lalu.
Laporan tersebut mengutip kesaksian orang-orang yang ditahan dan menjadi sasaran tindakan tidak manusiawi, termasuk penyiksaan di penjara rahasia itu.
Lihat Juga: Putin Bicara tentang Perang Dunia 3: Bahaya Makin Meningkat, tapi Tak Perlu Membuat Siapa Pun Takut
"Berapa lama Anda akan terus berbohong?" ujar anggota parlemen Clementine Autain bertanya kepada Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Jean-Yves Le Drian dan Menteri Pertahanan (Menhan) Florence Parly dalam pidatonya di parlemen.
“Saya bertanya kepada Parly tentang ini. Dia bilang dia tidak tahu. Saya menyampaikan kekhawatiran saya kepada Le Drian. Dia mengarahkan saya ke perusahaan-perusahaan terkait. Saya ingin tahu apa yang para menteri lakukan," ungkap dia.
Autain mengatakan dia berbicara atas nama 51 anggota parlemen Prancis yang menandatangani surat terbuka pada Senin mengungkapkan keprihatinan atas UEA yang membuat penjara di pabrik produksi gas, yang sebagian dimiliki perusahaan minyak Prancis Total, di Balhaf, Yaman. (Baca Juga: Turki akan Bantu Irak Lenyapkan Semua Teroris PKK)
Dia menunjukkan bahwa pemerintah Prancis memberikan pinjaman USD263 juta kepada sejumlah perusahaan, termasuk Total, ketika pabrik Balhaf didirikan. (Lihat Infografis: Presiden Joko Widodo Urutan 12 Tokoh Muslim Berpengaruh 2021)
“Beberapa hari yang lalu, Anda memberikan Legiun d'Honneur kepada (Presiden Mesir) al-Sisi. Hari ini, keheningan Anda menutupi kejahatan yang dilakukan UEA di satu pabrik yang dibangun dengan dukungan Prancis,” papar dia. (Lihat Video: Kebakaran Dahsyat Hanguskan Pabrik di Brisbane, Australia)
Dia juga membahas masalah ini dalam posting di Twitter, mengatakan, “Saya yakin pemerintah telah memutuskan untuk tidak marah dengan 'sekutu Emirat' yang kepadanya mereka menjual senjata senilai 1,4 miliar euro (lebih dari $ 1,7 miliar) pada 2019.”
Masalah ini pertama kali terungkap menyusul laporan oleh media Prancis, Le Monde pada November tahun lalu.
Laporan tersebut mengutip kesaksian orang-orang yang ditahan dan menjadi sasaran tindakan tidak manusiawi, termasuk penyiksaan di penjara rahasia itu.
Lihat Juga: Putin Bicara tentang Perang Dunia 3: Bahaya Makin Meningkat, tapi Tak Perlu Membuat Siapa Pun Takut
(sya)