Ratusan Napi Positif Covid-19, Para Tahanan Politik Turki Terancam
loading...
A
A
A
ISTANBUL - Bintang NBA Boston Celtics, Enes Kanter, mengingatkan dunia tentang bahaya pandemi virus corona di Turki. Hal ini terkait kekhawatiran terjadinya penyebaran virus corona secara massif di penjara dan terkesan sengaja diabaikan oleh rezim Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Enes Kanter merujuk pada situasi yang kini terjadi di penjara Silivri Istanbul, tempat tahanan politik, jurnalis dan mereka yang berseberangan dengan Erdogan. Di penjara tersebut, delapan narapidana (napi) dilarikan ke rumah sakit karena positif terinfeksi virus corona baru; SARS-CoV-2, penyebab Covid-19. Sedangkan total tahanan yang telah terpapar virus itu mencapai 191 orang.
"Mereka tinggal berdesakan di dalam satu ruangan. Tujuh orang dalam satu sel," tulis dia di Twitter.
Kondisi itu semakin memprihatinkan karena terkesan ada pengabaian oleh pemerintah terhadap tahanan politik, jurnalis dan aktivis, yang selama ini ditahan karena berseberangan dengan Pemerintahan Erdogan. Termasuk di antaranya adalah orang-orang yang dituduh menjadi simpatisan ulama Turki, Fethullah Gulen.
Rezim Erdogan telah membuat kebijakan pembebasan tahanan akibat pandemi Covid-19. Namun, dari puluhan ribu tahanan yang dibebaskan tak ada satu pun tahanan politik, aktivis pro demokrasi dan jurnalis.
Mereka yang dibebaskan rata-rata pelaku kejahatan seperti para gangster, pencuri dan penjahat lainnya termasuk anggota kelompok ISIS atau Daesh.
"Bila Anda mengorganisir perusahaan kriminal atau Anda mencuri uang seseorang atau jika Anda mencoba membunuh seseorang maka dibebaskan. Tapi bila Anda berbagi sesuatu di Facebook, Anda tidak akan tahu. Jurnalis, aktivis politik dan blogger akan dipenjara dan berisiko terinfeksi virus corona," ujar Veysel Ok, Wakil Direktur Asosiasi Studi Media dan Hukum Turki, seperti dilansir dari The Independent, Rabu (13/5/2020).
Lantaran ada diskriminasi itulah keputusan Turki untuk membebaskan puluhan ribu napi menuai kritikan. Kelompok oposisi mengatakan pembebasan para napi tidak termasuk orang-orang yang ditangkap dengan tuduhan terlibat upaya kudeta 2016.
Sejak kudeta militer yang gagal itu, sebanyak 300.000 orang yang dituduh pengikut Fethullah Gulen ditangkap dan dikenakan dakwaan terorisme. Di antara mereka adalah politisi, guru, dosen, dan bahkan jurnalis.
Menteri Kehakiman Turki Abdulhamit Gul mengatakan virus corona baru menyebar di kalangan napi di penjara yang penuh sesak. Tercatat ada belasan kasus positif Covid-19 di antara napi pada pertengahan April, sedangkan tiga penderita meninggal dunia. Sebanyak 79 sipir penjara, 80 hakim, jaksa, dan tim forensik juga terjangkit virus tersebut.
Jumlah tersebut telah meningkat. Dalam pernyataan pers pekan lalu, Menteri Kehakiman Abdulhamit Gul mengatakan 120 napi dari berbagai penjara telah dinyatakan positif terinfeksi virus corona baru. Dia mengklaim bahwa kementerian telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menangani ancaman penularan Covid-19 di penjara.
Enes Kanter merujuk pada situasi yang kini terjadi di penjara Silivri Istanbul, tempat tahanan politik, jurnalis dan mereka yang berseberangan dengan Erdogan. Di penjara tersebut, delapan narapidana (napi) dilarikan ke rumah sakit karena positif terinfeksi virus corona baru; SARS-CoV-2, penyebab Covid-19. Sedangkan total tahanan yang telah terpapar virus itu mencapai 191 orang.
"Mereka tinggal berdesakan di dalam satu ruangan. Tujuh orang dalam satu sel," tulis dia di Twitter.
Kondisi itu semakin memprihatinkan karena terkesan ada pengabaian oleh pemerintah terhadap tahanan politik, jurnalis dan aktivis, yang selama ini ditahan karena berseberangan dengan Pemerintahan Erdogan. Termasuk di antaranya adalah orang-orang yang dituduh menjadi simpatisan ulama Turki, Fethullah Gulen.
Rezim Erdogan telah membuat kebijakan pembebasan tahanan akibat pandemi Covid-19. Namun, dari puluhan ribu tahanan yang dibebaskan tak ada satu pun tahanan politik, aktivis pro demokrasi dan jurnalis.
Mereka yang dibebaskan rata-rata pelaku kejahatan seperti para gangster, pencuri dan penjahat lainnya termasuk anggota kelompok ISIS atau Daesh.
"Bila Anda mengorganisir perusahaan kriminal atau Anda mencuri uang seseorang atau jika Anda mencoba membunuh seseorang maka dibebaskan. Tapi bila Anda berbagi sesuatu di Facebook, Anda tidak akan tahu. Jurnalis, aktivis politik dan blogger akan dipenjara dan berisiko terinfeksi virus corona," ujar Veysel Ok, Wakil Direktur Asosiasi Studi Media dan Hukum Turki, seperti dilansir dari The Independent, Rabu (13/5/2020).
Lantaran ada diskriminasi itulah keputusan Turki untuk membebaskan puluhan ribu napi menuai kritikan. Kelompok oposisi mengatakan pembebasan para napi tidak termasuk orang-orang yang ditangkap dengan tuduhan terlibat upaya kudeta 2016.
Sejak kudeta militer yang gagal itu, sebanyak 300.000 orang yang dituduh pengikut Fethullah Gulen ditangkap dan dikenakan dakwaan terorisme. Di antara mereka adalah politisi, guru, dosen, dan bahkan jurnalis.
Menteri Kehakiman Turki Abdulhamit Gul mengatakan virus corona baru menyebar di kalangan napi di penjara yang penuh sesak. Tercatat ada belasan kasus positif Covid-19 di antara napi pada pertengahan April, sedangkan tiga penderita meninggal dunia. Sebanyak 79 sipir penjara, 80 hakim, jaksa, dan tim forensik juga terjangkit virus tersebut.
Jumlah tersebut telah meningkat. Dalam pernyataan pers pekan lalu, Menteri Kehakiman Abdulhamit Gul mengatakan 120 napi dari berbagai penjara telah dinyatakan positif terinfeksi virus corona baru. Dia mengklaim bahwa kementerian telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menangani ancaman penularan Covid-19 di penjara.