Balas Dendam, Insinyur Rudal AS Perokok Ganja Bocorkan Rahasia

Rabu, 09 Desember 2020 - 00:03 WIB
loading...
Balas Dendam, Insinyur...
James Robert Schweitzer, 58, insinyur rudal yang juga mantan kontraktor Pentagon, membocorkan dokumen rahasia militer Amerika Serikat. Foto/Twitter @jrsinhbca
A A A
WASHINGTON - Seorang mantan kontraktor Pentagon yang bekerja pada sistem rudal Amerika Serikat (AS) menghadapi tuntutan pidana karena membagikan dokumen rahasia dalam rencana balas dendam terhadap majikannya. Dia dendam setelah kehilangan izin keamanan karena merokok ganja.

James Robert Schweitzer, 58, seorang insinyur perangkat lunak, telah didakwa dengan perbuatan jahat dan perusakan properti pemerintah setelah dia mulai membocorkan "informasi pertahanan nasional" rahasia pada tahun 2016 terkait sensor rudal AS. (Baca: Langka, Pejabat Militer AS Sebut Pasukan Iran Miliki Rasa Hormat )

Selama periode dua tahun, pihak berwenang menuduh Schweitzer mengirim informasi rahasia ke media dan bahkan mengungkapkan kepada polisi "fantasi gelap" -nya adalah melakukan pembunuhan massal. Jaksa penuntut mengatakan dia mengakui kepada FBI bahwa dia tahu beberapa "informasi militer kritis" yang dia ungkapkan "dapat mengakibatkan korban Amerika di luar negeri atau di Amerika Serikat", dan mengancam akan meningkatkan aktivitasnya jika dia tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.

"Saya sudah selesai bermain," tulisnya kepada Pentagon pada Juli 2020, sebagaimana tertulis dalam dokumen pengaduan pidana yang disegel minggu lalu, seperti dikutip Daily Beast, Selasa (8/12/2020). "Jika seseorang
menemukan posting-an saya dan melakukan serangan...Saya akan senang bahwa seseorang akhirnya mengambil tindakan."

Schweitzer diduga mem-posting dokumen rahasia di tautan Dropbox publik yang dapat diakses oleh siapa saja. Dia juga diduga menulis dan mem-posting artikel ke LinkedIn yang berisi rahasia militer AS, dan bahkan men-tweet "selamat" kepada Iran setelah serangan drone tahun 2019 terhadap fasilitas minyak Arab Saudi. (Baca: Kisah Jet Hawk Indonesia Kejar Jet Tempur Australia saat Krisis Timor Leste )

“Saya melewati batas,” tulis Schweitzer kepada rekan kerjanya pada September 2019. “Saya juga bersiap-siap untuk menerbitkan koran di WikiLeaks. Saya telah mengirimkan rahasia militer ke Departemen Pertahanan selama setahun terakhir...Saya telah menggunakan...rahasia militer sebagai umpan. Anda pasti mengira itu akan sangat mengecewakan seseorang sekarang."

Terlepas dari dugaan perilaku kurang ajar ini, evaluasi kesehatan mental yang diperintahkan pengadilan pada November 2018 menemukan bahwa Schweitzwer bukanlah ancaman bagi masyarakat. Dia ditangkap pada 3 Desember dan dibebaskan pada hari itu dengan uang jaminan USD250.000. Pengacaranya menolak mengomentari tuduhan tersebut.

Catatan pengadilan tidak menyebutkan nama perusahaan tempat Schweitzer bekerja dari 2003 hingga Juli 2016. Namun profil LinkedIn-nya mengidentifikasi dia sebagai "insinyur perangkat lunak tertanam untuk sistem radar dan komunikasi" selama periode itu di Raytheon, produsen utama rudal Patriot. Daftar kontribusi kampanye negara bagian California yang disediakan oleh sekretaris negara bagian California juga mengidentifikasi Schweitzer sebagai karyawan Raytheon, seperti halnya database kontribusi pemilihan federal resmi. Schweitzer adalah insinyur sistem rudal Raytheon kedua yang ditangkap tahun ini karena salah menangani informasi rahasia.

Raytheon, Departemen Pertahanan, dan asisten jaksa AS yang menuntut kasus tersebut tidak segera menanggapi permintaan komentar. (Baca juga: Bendera Israel dan Spanduk 'Terima Kasih Mossad' Berkibar di Teheran )

Aduan yang diajukan di Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Pusat California mengatakan bahwa masalah Schweitzer dimulai pada tahun 2010, ketika dia memberi tahu petugas keamanan perusahaannya bahwa dia bermaksud untuk mulai menggunakan mariyuana medis yang diresepkan oleh seorang dokter.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1771 seconds (0.1#10.140)