Korban Jiwa Akibat Covid-19 di Inggris Capai 38.000
loading...
A
A
A
LONDON - Angka kematian akibat COVID-19 di Inggris mencapai 38.000 pada awal Mei, menjadi yang terburuk di Eropa. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan tentang penanganan krisis virus Corona Perdana Menteri Boris Johnson.
Kantor Statistik Nasional untuk Inggris dan Wales merilis jumlah kematian resmi di Inggris menjadi 38.289 pada 3 Mei. Menurut penghitungan Reuters dari daftar kematian yang juga mencakup Skotlandia dan Irlandia Utara angka ini naik hampir 6.000 dalam waktu seminggu, seperti dinukil dari kantor berita yang berbasis di London itu, Selasa (12/5/2020).
Sementara berbagai cara penghitungan membuat perbandingan dengan negara-negara lain menjadi sulit, angka tersebut menegaskan bahwa Inggris termasuk di antara yang paling parah terkena pandemi yang telah menewaskan lebih dari 285.000 di seluruh dunia itu.
Data ini datang sehari setelah Johnson menetapkan rencana bertahap untuk membuat Inggris kembali bekerja, termasuk menyarankan untuk memakai masker buatan rumah - meskipun upayanya untuk mengangkat lockdown memicu kebingungan.
Angka kematian yang tinggi di Inggris meningkatkan tekanan pada Johnson. Partai-partai oposisi mengatakan dia terlalu lambat untuk memaksakan lockdown, terlambat melakukan pengujian massal dan terlambat mendapatkan peralatan pelindung yang cukup untuk rumah sakit.
Data menunjukkan gambaran suram di panti jompo yang telah sangat terpukul oleh pandemi.
“Panti jompi menunjukkan penurunan paling lambat, sayangnya,” kata statistik ONS, Nick Stripe kepada BBC TV.
“Untuk pertama kalinya yang saya ingat, ada lebih banyak kematian total di panti jompo daripada di rumah sakit pada minggu itu,” imbuhnya.
Rumah jompo sekarang merupakan sepertiga dari semua kematian COVID-19 di Inggris dan Wales.
Sebuah Laporan Khusus Reuters yang diterbitkan pekan lalu menunjukkan panti jompo menanggung beban kebijakan yang dirancang untuk melindungi rumah sakit dari COVID-19, membuat banyak rumah jompo terserang virus.
Kantor Statistik Nasional untuk Inggris dan Wales merilis jumlah kematian resmi di Inggris menjadi 38.289 pada 3 Mei. Menurut penghitungan Reuters dari daftar kematian yang juga mencakup Skotlandia dan Irlandia Utara angka ini naik hampir 6.000 dalam waktu seminggu, seperti dinukil dari kantor berita yang berbasis di London itu, Selasa (12/5/2020).
Sementara berbagai cara penghitungan membuat perbandingan dengan negara-negara lain menjadi sulit, angka tersebut menegaskan bahwa Inggris termasuk di antara yang paling parah terkena pandemi yang telah menewaskan lebih dari 285.000 di seluruh dunia itu.
Data ini datang sehari setelah Johnson menetapkan rencana bertahap untuk membuat Inggris kembali bekerja, termasuk menyarankan untuk memakai masker buatan rumah - meskipun upayanya untuk mengangkat lockdown memicu kebingungan.
Angka kematian yang tinggi di Inggris meningkatkan tekanan pada Johnson. Partai-partai oposisi mengatakan dia terlalu lambat untuk memaksakan lockdown, terlambat melakukan pengujian massal dan terlambat mendapatkan peralatan pelindung yang cukup untuk rumah sakit.
Data menunjukkan gambaran suram di panti jompo yang telah sangat terpukul oleh pandemi.
“Panti jompi menunjukkan penurunan paling lambat, sayangnya,” kata statistik ONS, Nick Stripe kepada BBC TV.
“Untuk pertama kalinya yang saya ingat, ada lebih banyak kematian total di panti jompo daripada di rumah sakit pada minggu itu,” imbuhnya.
Rumah jompo sekarang merupakan sepertiga dari semua kematian COVID-19 di Inggris dan Wales.
Sebuah Laporan Khusus Reuters yang diterbitkan pekan lalu menunjukkan panti jompo menanggung beban kebijakan yang dirancang untuk melindungi rumah sakit dari COVID-19, membuat banyak rumah jompo terserang virus.