Kebanjiran Lagi, Kapal Induk Inggris Senilai Rp58,7 Triliun Terdampar 6 Bulan
loading...
A
A
A
LONDON - Kapal induk terbaru Angkatan Laut Kerajaan Inggris akan terdampar hingga enam bulan ke depan atau hingga pertengahan 2021 setelah bocor dan kebanjiran untuk yang kedua kalinya.
Kapal HMS Prince of Wales dilarang meninggalkan Portsmouth pada minggu ini dengan alasan keamanan setelah ada masalah utama pada listrik akibat kebanjiran. (Baca: Dituduh Coba Kudeta Erdogan, Pilot F-16 Turki Dihukum Penjara 648 Tahun )
Kapal senilai 3,1 miliar poundsterling atau lebih dari Rp58,7 triliun ini dijadwalkan berlayar ke Amerika Serikat (AS) untuk berlatih dengan jet F-35, 12 bulan setelah kapal tersebut terakhir bepergian.
Menurut laporan The Sun, Senin (7/12/2020), ribuan galon air laut mengalir ke ruang mesin kapal saat banjir. Insiden tersebut membuat lemari listrik terendam air selama lebih dari 24 jam.
"Memalukan. Perjalanan ke Amerika membutuhkan perencanaan bertahun-tahun dan kami harus mengatakan kami tidak bisa datang," kata sumber yang mengetahui kondisi kapal induk tesebut kepada The Sun.
"Butuh waktu berbulan-bulan untuk memperbaiki kerusakan. Biaya akan mencapai jutaan (poundsterling)."
Bermil-mil kabel sekarang dilaporkan sedang dinilai kerusakannya dalam insiden kebanjiran kedua. (Baca juga: IRGC: Ilmuwan Nuklir Iran Dibunuh Senjata Canggih yang Dikontrol Satelit )
Pada bulan Mei lalu, air terekam mengalir masuk melalui langit-langit di tempat tinggal di dalam kapal. Angkatan Laut saat itu menggambarkannya sebagai "insiden minor".
Meski mengalami kebanjiran untuk kedua kalinya, Angkatan Laut bersikeras bahwa HMS Prince of Wales akan tetap beroperasi pada 2023 seperti yang dijadwalkan.
Awal tahun ini, kapal induk tersebut memicu kegaduhan di pelabuhan asalnya, karena mesinnya yang bising membuat penduduk setempat terjaga di malam hari.
Kapal itu sering berjalan dengan generator diesel dari pangkalan dan para pemilik rumah di dekat pangkalan mengatakan kapal tersebut itu membuat hidup mereka sengsara.
Salah satunya, Neil Sutton, yang mengatakan; "Banyak yang menempelkan kepala kami di bawah bantal kami di malam hari dalam upaya untuk tidur."
"Dalam penguncian (untuk mencegah penyebaran Covid-19) ini, mengapa kita tidak bisa membuka jendela kita dan menikmati kedamaian dan ketenangan?," katanya.
Kapal sepanjang 919 kaki dan seberat 65.000 ton, yang dapat membawa 36 pesawat dan empat helikopter, tetap berada di Pangkalan Angkatan Laut Portsmouth, Hants.
Lihat Juga: Daftar 11 Kapal Induk Bertenaga Nuklir AS, Aset Strategis untuk Pertahankan Pengaruh Global
Kapal HMS Prince of Wales dilarang meninggalkan Portsmouth pada minggu ini dengan alasan keamanan setelah ada masalah utama pada listrik akibat kebanjiran. (Baca: Dituduh Coba Kudeta Erdogan, Pilot F-16 Turki Dihukum Penjara 648 Tahun )
Kapal senilai 3,1 miliar poundsterling atau lebih dari Rp58,7 triliun ini dijadwalkan berlayar ke Amerika Serikat (AS) untuk berlatih dengan jet F-35, 12 bulan setelah kapal tersebut terakhir bepergian.
Menurut laporan The Sun, Senin (7/12/2020), ribuan galon air laut mengalir ke ruang mesin kapal saat banjir. Insiden tersebut membuat lemari listrik terendam air selama lebih dari 24 jam.
"Memalukan. Perjalanan ke Amerika membutuhkan perencanaan bertahun-tahun dan kami harus mengatakan kami tidak bisa datang," kata sumber yang mengetahui kondisi kapal induk tesebut kepada The Sun.
"Butuh waktu berbulan-bulan untuk memperbaiki kerusakan. Biaya akan mencapai jutaan (poundsterling)."
Bermil-mil kabel sekarang dilaporkan sedang dinilai kerusakannya dalam insiden kebanjiran kedua. (Baca juga: IRGC: Ilmuwan Nuklir Iran Dibunuh Senjata Canggih yang Dikontrol Satelit )
Pada bulan Mei lalu, air terekam mengalir masuk melalui langit-langit di tempat tinggal di dalam kapal. Angkatan Laut saat itu menggambarkannya sebagai "insiden minor".
Meski mengalami kebanjiran untuk kedua kalinya, Angkatan Laut bersikeras bahwa HMS Prince of Wales akan tetap beroperasi pada 2023 seperti yang dijadwalkan.
Awal tahun ini, kapal induk tersebut memicu kegaduhan di pelabuhan asalnya, karena mesinnya yang bising membuat penduduk setempat terjaga di malam hari.
Kapal itu sering berjalan dengan generator diesel dari pangkalan dan para pemilik rumah di dekat pangkalan mengatakan kapal tersebut itu membuat hidup mereka sengsara.
Salah satunya, Neil Sutton, yang mengatakan; "Banyak yang menempelkan kepala kami di bawah bantal kami di malam hari dalam upaya untuk tidur."
"Dalam penguncian (untuk mencegah penyebaran Covid-19) ini, mengapa kita tidak bisa membuka jendela kita dan menikmati kedamaian dan ketenangan?," katanya.
Kapal sepanjang 919 kaki dan seberat 65.000 ton, yang dapat membawa 36 pesawat dan empat helikopter, tetap berada di Pangkalan Angkatan Laut Portsmouth, Hants.
Lihat Juga: Daftar 11 Kapal Induk Bertenaga Nuklir AS, Aset Strategis untuk Pertahankan Pengaruh Global
(min)