Krisis Keuangan, Badan Bantuan PBB untuk Palestina Berada di 'Tepi Jurang'
loading...
A
A
A
RAMALLAH - Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) mengatakan bahwa mereka saat ini berada di "ujung jurang" karena krisis keuangan akut. UNRWA mulai mengalami krisis finansial setelah Amerika Serikat (AS), sebagai donatur terbesar menghentikan bantuan mereka.
UNRWA memberikan layanannya kepada sekitar 5,3 juta pengungsi Palestina dan sejak AS membekukan semua dukungannya kepada badan tersebut pada Januari, krisis finansial mulai membayangi. AS menghentikan bantuan, karena mereka tidak puas dengan cara kerja badan tersebut yang dinilai bias terhadap Israel.
(Baca: Satu Dekade Pendudukan Israel Buat Palestina Merugi hingga Rp270 Triliun )
Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini mengatakan, bahwa badan tersebut mendapatkan bantuan terendah dalam kurang waktu delapan tahun terakhir. Hal ini, jelasnya, membuat UNRWA kesulitan untuk memberikan bantuan yang maksimal bagi pengunsi Palestina.
"UNRWA menerima kontribusi terendah tahun ini sejak 2012, pada saat kebutuhan pengungsi diperparah oleh efek pandemi pada sumber daya mereka yang sedikit," kata Lazzarini, seperti dilansir Anadolu Agency.
(Baca: November, Bulan Penuh Sejarah dan Makna untuk Palestina )
"Dengan arus kas Badan pada level terendah sejak 2012, dan dengan kebutuhan pengungsi yang sangat tinggi karena dampak Covid-19, risiko penyintas GBV (kekerasan berbasis gender) menjadi akut jika dukungan kepada mereka terancam," sambungnya.
Dia menyatakan, bukan hanya bantuan kepada para pengungsi Palestina yang terhambat, tapi juga pembayaran gaji untuk staf mereka turut terhambat akibat krisis ini.
(Baca: Hari Anak Sedunia: Ratusan Anak Palestina Ditahan Israel )
“Sampai hari ini, saya belum punya dana yang cukup untuk membayar gaji November kepada staf UNRWA yang berada di garis depan pandemi Covid-19,” ucap Lazzarini.
Meski demikian, dia menegaskan kembali jaminan badan PBB untuk terus memberikan layanan kepada pengungsi Palestina sampai solusi politik untuk perjuangan mereka ditemukan. "Saya mendesak masyarakat internasional untuk segera meningkatkan dukungannya kepada UNRWA,"tukasnya.
UNRWA memberikan layanannya kepada sekitar 5,3 juta pengungsi Palestina dan sejak AS membekukan semua dukungannya kepada badan tersebut pada Januari, krisis finansial mulai membayangi. AS menghentikan bantuan, karena mereka tidak puas dengan cara kerja badan tersebut yang dinilai bias terhadap Israel.
(Baca: Satu Dekade Pendudukan Israel Buat Palestina Merugi hingga Rp270 Triliun )
Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini mengatakan, bahwa badan tersebut mendapatkan bantuan terendah dalam kurang waktu delapan tahun terakhir. Hal ini, jelasnya, membuat UNRWA kesulitan untuk memberikan bantuan yang maksimal bagi pengunsi Palestina.
"UNRWA menerima kontribusi terendah tahun ini sejak 2012, pada saat kebutuhan pengungsi diperparah oleh efek pandemi pada sumber daya mereka yang sedikit," kata Lazzarini, seperti dilansir Anadolu Agency.
(Baca: November, Bulan Penuh Sejarah dan Makna untuk Palestina )
"Dengan arus kas Badan pada level terendah sejak 2012, dan dengan kebutuhan pengungsi yang sangat tinggi karena dampak Covid-19, risiko penyintas GBV (kekerasan berbasis gender) menjadi akut jika dukungan kepada mereka terancam," sambungnya.
Dia menyatakan, bukan hanya bantuan kepada para pengungsi Palestina yang terhambat, tapi juga pembayaran gaji untuk staf mereka turut terhambat akibat krisis ini.
(Baca: Hari Anak Sedunia: Ratusan Anak Palestina Ditahan Israel )
“Sampai hari ini, saya belum punya dana yang cukup untuk membayar gaji November kepada staf UNRWA yang berada di garis depan pandemi Covid-19,” ucap Lazzarini.
Meski demikian, dia menegaskan kembali jaminan badan PBB untuk terus memberikan layanan kepada pengungsi Palestina sampai solusi politik untuk perjuangan mereka ditemukan. "Saya mendesak masyarakat internasional untuk segera meningkatkan dukungannya kepada UNRWA,"tukasnya.
(esn)