Jepang dan China Sepakat Mulai Lagi Bisnis Travel yang Terpukul Covid

Rabu, 25 November 2020 - 04:04 WIB
loading...
Jepang dan China Sepakat Mulai Lagi Bisnis Travel yang Terpukul Covid
Menlu China Wang Yi bertemu Menlu Jepang Toshimitsu Motegi di Tokyo, Jepang. Foto/REUTERS
A A A
TOKYO - Jepang dan China sepakat memulai lagi bisnis travel yang terpukul pandemi virus corona pada bulan ini. Kedua negara juga melanjutkan perundingan tentang wilayah sengketa di Laut China Timur.

Ini menjadi dialog tingkat tinggi pertama sejak Jepang memilih pemimpin baru pada September.

Kunjungan dua hari Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi ke Tokyo dilakukan di tengah kekhawatiran yang meningkat atas aktivitas Beijing di wilayah tersebut.



Pembicaraan dengan Menlu Jepang Toshimitsu Motegi membahas konflik maritim, perdagangan, dan respons pandemi. (Baca Juga: Hampir 2.500 Pegawai Terkena Covid-19, Top Glove Tutup Sebagian Pabrik)

Pada Rabu, Wang akan bertemu Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga yang sejauh ini berusaha menyeimbangkan ketergantungan ekonomi Jepang yang mendalam pada China dengan masalah keamanan, termasuk klaim Beijing atas pulau yang dikendalikan Jepang. (Lihat Infografis: AS Ujicoba Jet Siluman F-35 untuk Serangan Nuklir Supersonik)

Suga telah menghindari retorika keras anti-China yang digunakan sekutu Jepang, Amerika Serikat. Suga berupaya melawan pengaruh China dengan memperkuat hubungan dengan Australia dan memilih Vietnam serta Indonesia untuk perjalanan luar negeri pertamanya. (Lihat Video: Siapkan Langkah Hukum, JK Bantah Danai Kepulangan Rizieq)

“Penting untuk berinteraksi dengan orang-orang dan berbicara langsung satu sama lain,” papar Motegi dalam jumpa pers setelah pertemuan.

“Saya berharap kesepakatan ini akan berkontribusi pada revitalisasi ekonomi Jepang dan China, serta mendorong saling pengertian,” ungkap Motegi.

Dia merujuk pada skema perampingan perjalanan untuk pelancong bisnis dan mereka yang tinggal di masing-masing negara, yang telah dibatasi karena pandemi virus corona.

Sementara sengketa maritim pada pulau-pulau Laut China Timur yang disebut Senkaku di Jepang dan Diaoyu di China masih belum terselesaikan. Kedua belah pihak telah membuat langkah tentatif lebih dekat melalui perjanjian perdagangan.

Pemerintah Jepang telah mengeluhkan gangguan "tanpa henti" oleh China di perairan sekitar pulau yang diklaim kedua negara.

Motegi meminta China untuk mengambil "sikap berwawasan ke depan" dan mengatakan dia akan terus berkomunikasi dengan China.

Wang tetap menegaskan sikap Beijing. “Kami tentunya akan terus menjaga kedaulatan negara kami,” tutur dia.

"Melalui upaya bersama kedua belah pihak, kami ingin menjadikan Laut China Timur sebagai lautan perdamaian, persahabatan, dan kerja sama," ujar Wang, mencatat bahwa kedua negara berencana melakukan pembicaraan maritim tingkat kerja bulan depan.

“Menlu Jepang dan China juga mengonfirmasi kemajuan dalam membangun hotline antara otoritas pertahanan mereka,” ungkap seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Jepang.

Kedua negara menerapkan mekanisme komunikasi maritim dan udara Jepang-China pada 2018 untuk menghindari bentrokan yang tidak disengaja. Namun hotline militer, elemen kunci dari skema tersebut, belum disiapkan.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0947 seconds (0.1#10.140)